Penentuan BOP Biaya Operasional
Produksi Proses
Produksi
Pasar
Penyediaan Fasilitas:
- alat-alat musik
- sarana dan prasarana
pendukung
Penciptaan Ide:
- syair lirik lagu
- instrument musik
- ritme irama
musik
V.1. Bagan Arus Produksi Komunitas
C. Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie
Secara umum segala bentuk usaha tidak terlepas dari bidang keuangan. Segala bentuk kegiatan khususnya produksi selalu dihadapkan pada
banyaknya biaya-biaya yang patut diperhitungan sebagai salah satu syarat untuk menjalankan proses produksi secara lebih baik. Dalam usaha industri
musik rekaman sektor keuangan juga menentukan keberhasilan mereka dalam menjalankan usahanya, yaitu mencakup penyediaan modal, menentukan
anggaran biaya, perencanaan pendapatan, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan perusahaan Major Label yang syarat dengan kaum pemodal, komunitas indie justru sering terbentur pada sektor keuangan ketika
menjalankan usahanya. Sebagai perusahaan besar yang bergerak dalam industri musik rekaman pihak Major Label tentunya sudah memperhitungkan
secara matang mencakup segala proses kegiatan berkaitan dengan sistem keuangan yang harus mereka jalankan. Hal tersebut dikaitkan dari besarnya
modal yang dimiliki dan tentunya mampu menunjang segala bentuk aktivitas pengeluaran dalam mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang
industri musik rekaman. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengelolaan
keuangan dari komunitas musik indie meliputi berbagai tahap, yakni: 1.
Penyediaan Modal Modal usaha pada dasarnya diperoleh dari proses patungan, yaitu
dimana setiap personil diwajibkan mengeluarkan sejumlah nominal yang sama besar yang digunakan untuk mendukung proses usaha yang mereka
jalankan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengelola bentuk usaha mereka yaitu dalam
bidang musik. Selain dari patungan modal usaha juga diperoleh dari pihak-pihak lain atau sering disebut sebagai Sponsor.
Menurut Ipung selaku manajer Monophone band mengemukakan bahwa modal yang dihasilkan dari pihak sponsor memiliki 2 sifat:
a dana yang dikeluarkan oleh pihak tertentu yang secara murni
merupakan suatu bentuk hibah tanpa ada kesepakatan terhadap bentuk- bentuk perjanjian tertentu
b dana yang dikeluarkan oleh pihak lain terhadap band yang
bersangkutan sebagai bentuk investasi yang menawarkan kerjasama antara kedua belah pihak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati bersama. Pada sifat yang pertama secara mendasar dapat diterangkan bahwa
komunitas musik indie sering diuntungkan oleh keberadaan pihak-pihak lain sponsor yang rela memberikan dukungan baik secara material atau
nominal maupun dalam bentuk-bentuk lain tanpa mengharapkan balas jasa atau proses timbale balik, melainkan sebuah bentuk hibah. Dalam hal ini
pihak-pihak sponsor yang dimaksud biasanya adalah teman-teman atau orang-orang terdekat mereka yang ikut mensuport mendukung segala
bentuk kreativitas me reka dengan harapan merasa ikut bahagia jika band- band yang disponsori mampu meraih kesuksesan. Martin, Komunitas
Lajar Tanjap, Yogyakarta 2007 Untuk sifat modal yang kedua salah satu sponsor yang dapat
dimunculkan disini adalah Distro Distribution Outlet pakain, yaitu suatu bentuk usaha yang bergerak dalam bidang usaha produksi pakaian jadi
sekaligus suatu bentuk usaha yang juga masuk dalam kategori indie. Adapun bentuk aplikasi kerjasama mereka yaitu dengan cara para musisi
atau band dianjurkan memakai atribut yang berkaitan pada saat melakukan
pentas musik atau memberikan logo atau cap khusus sesuai dengan simbol dari sponsor yang dimunculkan pada cover atau sampul album yang telah
dimiliki sebagai bentuk promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan sponsor kekalangan masyarakat umum. Sedangkan manfaat jasa sponsor
itu sendiri terhadap band atau musisi adalah mereka memperoleh fasilitas kostum secara gratis atau tanpa biaya.
2. Menentukan biaya operasional produksi
Penentuan biaya operasional yang dikeluarkan komunitas musik indie dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya pada dasarnya
dilakukan yakni dengan cara di ambil dari modal yang sudah dimiliki dan dari proses patungan dengan perbandingan 50 : 50
Proses penentuan biaya produksi secara umum dilakukan oleh komunitas musik indie pada saat akan dilangsungkannya proses produksi.
Secara lebih jelas Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Erdy selaku manajer sekaligus personil dari Flower market band yang menyatakan
bahwa sebagian besar rangkaian kegiatan dari komunitas musik indie masih bersifat insidental spontan, sehingga penentuan biaya operasional
produksi hanya didasarkan pada kebutuhan yang harus dikeluarkan saat diperlukan saja tanpa ada rincian anggaran atau perhitungan khusus yang
sebelumnya sudah harus disusun demi kelancaran proses produksinya. Dari acuan diatas dapat digambarkan bahwa dalam menyiasati
besarnya biaya yang harus dikeluarkan terhadap minimnya modal yang dimiliki komunitas musik indie mengunakan strategi “mencari aman”
yaitu dengan menyesuaikan biaya yang sudah dimiliki dalam mencapai jumlah produk yang akan dihasilkan. Dengan kata lain mereka tidak mau
memaksakan diri untuk dapat menghasilkan produk berdasarkan target atau jumlah tertentu, melainkan jumlah produk yang dihasilkan justru
didasarkan pada modal yang telah dimiliki. 3.
Penentuan Pendapatan Dalam tahap ini komunitas musik indie mengemukakan bahwa
perolehan pendapatan adalah faktor yang juga ikut menentukan kelangsungan bentuk usaha mereka. Dikaitkan pada minimnya aspek
keuangan modal yang dimiliki komunitas musik indie pun didorong untuk mampu menghasilkan jumlah nominal tertentu sebagai bentuk
pendapatan yang nantinya mampu digunakan untuk mencukupi segala kebutuhan atau biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Ditinjau dari cara memperolehnya komunitas musik indie mampu meraih pendapatan dengan cara sebagai berikut:
a Konsep panggung live performance, dalam hal ini band-band musik
indie memasang tariff nilai atau harga tertentu yang ditawarkan pada pihak-pihak lain ya ng tertarik pada jasa mereka. Pihak-pihak lain yang
dimaksudkan disini diantaranya adalah kafe, pub, diskotik, rumah makan dan lain sebagainya. Adapun bentuk jasa yang mereka tawarkan
adalah memberikan hiburan pada para pengunjung dilokasi- lokasi tersebut diatas sesuai dengan kesepakatan berkaitan dengan
pendapatan yang nantinya dapat mereka hasilkan sesuai dengan tariff yang sudah ditentukan.
b Hasil penjualan album atau produk yang sudah dihasilkan, dalam hal
ini pendapatan diperoleh dengan menjumlah total biaya yang sudah dikeluarkan dalam proses produksi dan selanjutnya digunakan untuk
menentukan harga pokok produk atau album yang sudah siap dijual dengan menaikkan tingkat harga pada persentase tertentu sebagai
bentuk pendapatan yang nantinya mampu mereka peroleh. 4.
Alokasi Pendapatan Sebagai tindak lanjut terhadap pendapatan yang sudah dihasilkan
komunitas indie berusaha mamanfaatkannya pendapatan tersebut sedemikian rupa dengan berusaha mengelola pendapatan yang sudah
diterima melalui 3 tahap, yakni: a
Menentukan pendapatan bersih, yakni memberlakukan adanya pemotongan terhadap besarnya total pendapatan yang telah diterima
oleh jumlah biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi. b
Menentukan besarnya persentase dari pendapatan untuk kas, yaitu jumlah pendapatan yang sebelumnya sudah mendapatkan potongan
terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi selanjutnya diambil persentase sesuai dengan kesepakatan seluruh
anggota untuk disimpan sebagai kas. c
Mendistribusikan pendapatan pada seluruh anggota, dalam hal ini jumlah pendapatan yang tersisa yaitu setelah melalui kedua tahap
diatas selanjutnya didistribusikan secara langsung pada seluruh anggota sebagai bentuk penghargaan atas segala usaha yang telah
mereka lakukan bersama. dalam hal ini komunitas musik indie secara umum menerapkan prinsip sama rata, yakni setelah memberlakukan
tahapan-tahapan seperti diatas pendapatan yang ada dibagikan sama rata sesuai dengan jumlah anggota atau personil band yang
bersangkutan tanpa ada pembedaan terhadap besarnya nominal yang diterima atau sesuai dengan kesepakatan yang sebelumnya sudah
disetujui. Dalam pelaksanaan praktik pengelolaan keuangan, secara umum tahap-tahap
diatas merupakan acuan yang digunakan oleh komunitas musik indie dalam mengelola usahanya khususnya dalam aspek industri musik rekaman.
Ipung selaku manajer sekaligus personil dari band indie Yogyakarta, yaitu Monophone band memaparkan pola pengelolaan keuangan sebagaimana berikut:
Monophone band merupakan band indie yang mengusung musik dengan aliran, jenis, atau genre Retro. Sampai saat ini Monophone band sudah berhasil membuat
sebuah mini album sebagai bentuk karya yang telah berhasil diproduksi. Untuk mencukupi segala bentuk biaya yang harus dipenuhi berkaitan dengan proses
produksinya, Monophone band selain mengumpulkan modal sendiri yaitu dari hasil patungan seluruh anggota, tambahan modal juga mereka peroleh dari pihak sponsor
yaitu dengan cara menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Keputusan Monophone band menjalin kerjasama dengan pihak sponsor adalah
akibat dari minimnya modal yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan usaha. Kesulitan ini terlihat jelas dari besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan
pada saat proses produksi album mereka dilakukan. Salah satu sumber mengatakan pada saat pengarapan album dilaksanakan biaya produksi yang harus dikeluarkan
pada saat itu adalah sekitar Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,- ironisnya modal yang mampu dikumpulkan dari para anggota saat itu hanya berkisar antara Rp.
500.000,- sampai Rp. 800.000,- akibatnya proses produksi album rekaman tidak terlaksana. Salah satu cara yang ditempuh Monophone band dalam menyikapi
kurangnya modala untuk proses produksi diatas mendorong grup band ini mencari pihak-pihak lain yang mampu memberikan investasi modal sesuai dengan bentuk
kerjasama yang disepakati. Sari, Vokalis Monophone band 2007 Monophone band mengadopsi bentuk-bentuk Distro distribution Outlet pakaian
sebagai pihak sponsor yang memberikan investasi modal dengan balas jasa bentuk kerjasama yang saling menguntungkan, diantaranya adalah dengan
mempromosikan produk-produk dari bentuk usaha distro secara langsung kepada masyarakat umum. Adapun caranya adalah dengan adanya kecenderungan
mayarakat pecinta musik khusunya anak muda yang mudah terinspirasi untuk meniru gaya atau seni berbusana para musisi idolanya membawa peluang bagi para
musisi itu sendiri untuk mempromosikan segala bentuk pakaian maupun atribut yang dipakai pada saat konser dan diperoleh dari pihak sponsor.
Ipung juga mengemukakan bahwa kehadiran dari pihak sponsor sangat berpengaruh dalam kegaiatan usaha mereka. Secara nyata kesuksesan grub band ini
untuk mengelola hasil karya mereka hingga pada dapur rekaman adalah dengan adanya sponsor.
Pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan album selanjutnya dialokasikan pada aspek-aspek yang berkaitan mendukung proses terlaksananya segala bentuk
usaha mereka. Perolehan pendapatan secara matematis di potong 20 untuk
dialokasikan pada pihak sponsor, sedangkan yang 80 dia lokasikan pada keperluan grup meliputi potongan terhadap biaya operasional produksi yang
sebelumnya sudah dikeluarkan selama proses produksi, kas anggota, sekaligus pada setiap individu atau personil grup sebagai bentuk pendapatan atas jerih payah yang
selama ini mereka lakukan. Argumentasi yang sama juga dikeluarkan oleh Erdy selaku manajer sekaligus
personil dari Flower market band, yakni bahwa perihal keuangan yang berkaitan dengan penyelengaraan bentuk usaha dari grup ini juga dipengaruhi oleh keberdaan
pihak lain yaitu sponsor. Secara umum pengalokasian pendapatan baik dari hasil konser secara langsung live performance ataupun dari hasil penjualan album yang
telah berhasil diproduksi adalah sama yaitu dengan tahap pemotongan pendapatan untuk dialokasikan pada pihak sponsor, pemotongan pendapatan untuk keperluan
kas anggota, dan pembagian atas pendapatan terhadap seluruh anngota atau personil band itu sendiri.
Kesimpulan yang diperoleh dari hal diatas adalah bahwa pola pengelolaan keuangan dari Monophone band dan Flower Market band selaku band-band indie
adalah sama. Letak perbedaaan dari kedua band tersebut adalah pada besarnya presentase pengalokasian pendapatan yang telah diperoleh sesuai dengan
kesepakatan dari masing-masing band. Hal lain yang memunculkan perbedaan adalah bentu-bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak sponsor berkaitan
dengan proses kegiatan usaha. Dalam hal bentuk kerjasama dengan pihak sponsor Flower Market band menjalin
kerjasama hanya dalam hal pembagian keuntungan atas pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan album. Pembagian tersebut didasarkan pada besarnya investasi
modal yang pernah dikeluarkan oleh pihak sponsor dalam mendukung grup ini melaksanakan kegiatan usahanya.
Secara singkat pola pengelolaan keuangan komunitas musik indie dapat digambarkan kedalam sebuah bagan seperti dibawah ini.
Bagan V.2. Arus Pola Pengelolaan Keuangan Komunitas Musik Indie
Penyediaan Modal
Menentukan BOP
Sponsor Investasi Dana
Pribadi Anggota
Menentukan Harga Pokok
Produksi
Pendapatan Live
Performance Penjualan
Album
Alokasi Pendapatan
Pemenuhan BOP
Kas Anggota dan
Manajemen terkait
D. Pola Pengelolaan Pemasaran Komunitas Musik Indie