Letak Geografis Kependudukan Perkembangan Musik Yogyakarta Dari Major Label Sampai Indie label

Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

B. Letak Geografis

Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7 º15- 8 º15 Lintang Selatan dan garis 110 º5- 110 º4 Bujur Timur, dengan batas wilayah: Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Sebelah Selatan Samudera Indonesia. Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 km2 terdiri atas Kota Yogyakarta 32,50 km2 , Kabupaten Sleman 574,82 km2 , Kabupaten Bantul 506,85 km2 ,Kabupaten Kulon Progo 586,27 km2,Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km2.

C. Kependudukan

Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi tahun 2000 sebanyak 3.120.478 jiwa. Pada tahun 2004 berdasarkan hasil Susenas jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.220.808 jiwa dengan perincian: Kota Yogyakarta 398.004 jiwa, Kabupaten Sleman 943.932 jiwa, Kabupaten Bantul 816.256 jiwa, Kabupaten Kulonprogo 375.884 jiwa dan Kabupaten Gunung Kidul 686.732 jiwa.Kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta rata-rata 1.011 jiwakm2. Sumber data :BPS Propinsi DIY

D. Perkembangan Musik Yogyakarta Dari Major Label Sampai Indie label

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar adalah juga merupakan suatu wilayah yang kental akan seni dan budaya-budaya daerah yang lahir dari adat atau budaya masyarakat yang sampai saat ini dilestarikan. Dalam bidang seni khususnya musik masyarakat, sebagai salah satu wilayah yang masih memegang teguh adat kesultanan atau keraton masyarakat jogja sudah dibiasakan dengan seni musik yang disebut dengan Karawitan, yaitu suatu seni bermusik yang didominasi oleh seperangkat alat musik klasik sperti kenong, gong, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya musik karawitan menyesuaikan dengan berbagai budaya baru yang diadopsi dari modernisasi dan melahirkan bentuk-bentuk gaya bermusik yang berbeda. Tidak berbeda seperti kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan lain sebagainya, Yogyakarta juga memunculkan berbagai keragaman khususnya berkaitan dengan dunia musik. Banyak terdapat berbagai jenis aliran ataupun genre musik yang dimunculkan oleh para musisi sebagai dampak dari modernisasi zaman. Yogyakarta selain sebagai kota pelajar ataupun kota seni dan budaya, ternyata wilayah ini juag mampu menghasilkan para musisi yang tangguh dan memiliki semangat musikalitas yang tinggi. Hal tersebut dengan sempurna dapat digambarkan banyaknya para musisi yang berasal dari kota gudeg tersebut mampu menembus pasar industri musik lingkup nasional berdasarkan pada karya-karya yang telah berhasil mereka buat. Sebut saja Sheila on 7 yang sempat mengebrak pasar industri musik dengan album mereka yang berhasil terjual lebih dari 30.000 copy . Letto band yang juga hingga saat ini masih sering menghiasi acara layar televisi dan menjadi sebuah icon yang mungkin tak akan pernah terlupakan bagi para pengemarnya. Atmosphere dunia musik diwilayah Yogyakarta bukan hanya didasarkan pada jenis, aliran ataupun genre musik yang telah mampu menembus pasar industri musik lingkup nasional saja. Dari reggae, Ska, Pop, Rock, Keroncong dan lain sebagainya menjadi sebuiah keistimewaan tersendiri bagi wilayah tersebut dalam menyikapi berbagai keragaman khususnya dalam bidang musik. Keragaman selera musik yang dimunculkan memberikan dampak tersendiri bagi para musisi. Dampak positif akan diperoleh ketika musik yang mereka usung menjadi lirikan para pengusaha industri musik rekaman Major Label untuk diadopsi, dan tentunya hal tersebut akan mampu memunculkan peluang bagi para musisi yang bersangkutan akan memperoleh popularitas dan nilai jual yang tinggi akan karya-karyanya. Adapun dampak negative yang sebaliknya diperoleh adalah jika para pengusaha industri musik rekaman Major Label sama sekali tidak tertarik dengan musikalitas yang mereka hasilkan, hal tersebut semakin menguatkan asumsi bahwa para musisi tersebut harus berjuang sendiri dalam upaya mengenalkan musik mereka kemasyarakat banyak sehingga karya-karya mereka mampu dikenal dan diakui oleh masyarakat khususnya para pecinta musik. Berawal dari keragaman yang dimunsulkan membawa sebuah akibat bahwa tidak sedikit berbagai jenis, aliran atau genre musik yang ada tidak mampu meraih pasar khsususnya pasar industri musik rekaman dengan latar belakang kurang atau terbatasnya pengelolaan yang mampu dilakukan. Ironisnya jenis, aliran, atau genre musik tersebut merupakan ragam musikalitas yang tidak masuk dalam kategori Major label. Major label merupakan perusahaan yang didominasi oleh para pemodal dengan tujuan meraih keuntungan. Secara per suku kata dapat pula diartikan, Major berarti besar dalam konteks perusahaan sehingga dapat pula bermakna perusahaan besar, sedangkan label Adapun langkah utama yang dijadikan dasarkan perusahaan tersebut dalam menjalankan usahanya adalah dengan mengadopsi jenis, aliran atau genre musik yang bersifat populer atau sedang ngetrend. Langkah tersebut diambil dengan alasan bahwa pengakuan masyarakat terhadap jenis, aliran atau genre musik yang di cap sedang ngetrend membuka peluang bisnis bahwa musik tersebut secara kasat banyak digemari oleh masyarakat pencinta musik dan tentunya akan mampu menghasilkan keuntungan yang relatif besar. Keberadaan industri musik rekaman sekelas Major Label di wilayah Yogyakarta melahirkan band-band atau musisi yang mampu menembus pasar blantika musik lingkup nasional. Shaggy dog Band, Sheila on 7 band, Letto band merupakan beberapa icon musisi yang berhasil diadopsi oleh Major Label khususnya untuk wilayah Yogyakarta. Karya-karya mereka pun dengan segera menjelma menjadi sebuah bentuk apresiasi yang tidak asing menghiasi media- media hiburan baik media elektronik radio dan televisi, media surat kabar dan media lain- lainnya. Sony Music Record, Entertainment Music Industries EMI, Universal Music record , merupakan beberapa perusahaan industri musik berskala Major Label . Perusahaan ini mengadopsi berbagai jenis, aliran, atau genre musik dengan indikasi ngetrend atau populer dimasyarakat. Keberadaan dari perusahaan- perusahaan tersebut tidak jarang memberikan dampak tersingkirnya jenis, aliran, atau genre musik yang sudah tidak populer dimasyarakat. Berdasarkan pada ketimpangan tersebut muncul komunitas yang menamakan dirinya “Indie”. Indie berarti cap simbolik untuk menunjukkan semangat independent merdeka, tanpa sudi dikendalikan pihak manapun terutama institusi pasar Kompas, 2007. Komunitas ini muncul akibat dominasi perusahaan Major Label dalam upaya meraih perluasan pasar khususnya di sektor industri musik rekaman. Aspek lain yang melatarbelakangi munculnya komunitas musik indie adalah asumsi yang menyatakan bahwa jenis, aliran, atau genre musik yang mereka adopsi di cap sudah tidak populer atau ngetrend dikalangan masyarakat pecinta musik. Berawal dari munculnya asumsi di atas mendorong para musisi atau band- band yang sudah dianggap usang tersebut memberikan semangat perlawanan yaitu dengan tetap menghasilkan karya-karya mereka dengan tujuan meraih pasar dengan sistem pengeolaan yang didasarkan pada kemampuan mereka sendiri. Secara garis besar keberadaan komunitas musik indie bertujuan mempertahankan idealis mereka dalam hal musik, yaitu inggin tetap eksist dan diakui bahwa mereka ada. Bentuk upaya yang mampu dimunculkan komunitas tersebut dalam meraih eksistensi dunia musik yaitu dengan tetap mengapresiasikan konsep musik yang mereka anut dengan tujuan mampu menghasilkan karya-karya yang nantinya dapat dinikmati masyarakat banyak khususnya masyarakat pecinta musik. Komunitas musik indie pada awalnya muncul dari dominasi kreativitas anak muda dalam menyikapi segala aspek yang dinilai syarat dengan berbagai ketimpangan, yakni khusus nya dalam bidang musik. Pangsa pasar yang selama ini dinilai hanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar Major Label memunculkan sebuah bentuk perlawanan yaitu memunculkan berbagai bentuk usaha dengan sistem pengelolaan yang mereka ciptakan sendiri. Banyaknya band-band indie yang ada di Yogyakarta menarik simpati peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pengelolaan dari komunitas tersebut dalam melangsungkan kegiatannya di sektor musik tentunya. Oleh karena jumlah band indie di Yogyakarta belum memiliki data yang pasti peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap band-band indie yang bersifat sudah memiliki album original atau murni hasil karya sendiri.

E. Profil Band Indie Yogyakarta 1. Profil Flowe r Market Band