BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat sekolah dasar. Mata pelajaran IPS disusun
berdasarkan kebutuhan anak usia 6-12 tahun. Anak usia 7-11 tahun menurut teori Piaget Suparno, 2001:69 berada dalam tarap perkembangan
kemampuan tingkat intelektual kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional.
Idealnya dalam pembelajaran IPS, siswa dapat belajar melalui kegiatan yang benar-benar melibatkan siswa agar siswa dapat ikut merasa mengalami,
menghayati dan dapat membayangkan hal-hal yang dapat menjadi pembelajaran sosialnya. Dengan kata lain, siswa diajak untuk memanfaatkan
ilmu-ilmu sosial dan kemajuan zaman sebagai sumber belajar. Belajar akan lebih bermakna jika siswa “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan
sekedar “mengetahui” apa yang dipelajari. Hal ini dikarenakan pengalaman dan pengetahuan siswa akan tersimpan lebih lama apabila siswa terbiasa
dilatih untuk mengalami, menghayati sesuatu dengan didukung dengan teknologi dan komunikasi yang sedang berkembang pesat saat ini.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran IPS ialah guru masih menggunakan metode tradisional dan monoton. Misalnya, guru menggunakan
metode ceramah saja dari materi satu ke materi yang lain. Pendekatan
1
tradisional konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai “pentransfer” ilmu, sementara
siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu. Pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum diterapkan
di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat
lain, menyampaikan informasi dengan cepat, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian, pendekatan
pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu, tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, sering terjadi
kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan
pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.
Maka dari hal tersebut, guru dituntut untuk membuat suatu terobosan khususnya pada jenjang sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar diharapkan sekaligus akan meningkatkan prestasi belajar siswa
dan kuantitas pendidikan pada umumnya. Ada banyak inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas yang berangkat dari pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Diantaranya adalah
yang disebut PAKEMATIK. PAKEMATIK merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi. PAKEMATIK merupakan pengembangan strategi pembelajaran PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan yang lebih dulu dikenal di dunia pendidikan Indonesia. Perbedaannya hanyalah pada pemanfaatannya atau integrasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK dalam proses pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran aktif active learning dengan tujuan utama
meningkatkan kualitas pembelajaran. Jadi, kunci utamanya adalah pada pembelajaran aktifnya, bukan pada pengetahuan teknis mengenai Teknologi
Informasi dan Komunikasi TIK karena perangkat TIK hanya akan menjadi media pendukung pembelajaran.
Pembelajaran yang aktif salah satunya membutuhkan alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari
pengajar ke peserta didik yang bertujuan merangsang siswa untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran dan memberikan
penguatan serta motivasi. Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai media
yang canggih. Pemanfaatan media yang dapat menjadi acuan salah satunya adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Dale 1969:23 yang dikenal
dengan kerucut pengalaman cone experience yang mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa, mulai dari
pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Penggolongan lain
yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan pada teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologi rendah low
technology sampai pada media yang menggunakan teknologi tinggi high technology. Menurut Anitah 2010:19 multimedia merupakan kegiatan
interaktif yang sangat tinggi sebagai penggunaan berbagai jenis media secara berurutan maupun stimultan untuk menyajikan suatu informasi.
Dalam pengembangan ini diharapkan multimedia interaktif dengan pendekatan PAKEMATIK dapat membantu peserta didik dalam memahami
materi pembelajaran dengan optimal. Untuk itu peneliti mengambil judul “Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Pendekatan PAKEMATIK
pada Mata Pelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar”.
B. Rumusan Masalah