Landasan Teori. KAJIAN PUSTAKA.
Setiap konsumen memiliki minat beli berbeda-beda, maka dalam memasarkan suatu produk tertentu diperlukan suatu perencanaan strategi guna
mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, mengapa demikian: a. Keputusan yang diambil sekarang berkenaan dengan masa depan.
b. Soal-soal terpenting mengenai alokasi sumberdaya, yang akan dapat menentukan keberhasilan perusahaan pada jangka lama.
c. Keunggulan untuk bersaing memungkinkan perusahaan melayani kaum pelanggan secara lebih sempurna daripada pesaingnya.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Faktor-Faktor Kebudayaan
a. Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar
diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari. b. Sub Budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku
anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor-Faktor Sosial a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
b. Keluarga Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli. c. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang
mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya. 3.Faktor-faktor Pribadi
a. Usia dan Tahap Daur Hidup. Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama
hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.
b. Pekerjaan Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.
c. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang
dapat berpengaruh terhadap pilihan produk yang akan digunakan. d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut menentukan perilaku pembelian.
e. Kepribadian dan Konsep Diri Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang
sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri. 4. Faktor-faktor Psikologis
a. Motivasi Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu. b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi
oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. c. Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh
dengan mempelajarinya.
d. Kepercayaan dan Sikap Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap
selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian Kotler, 1997. 3. Fungsi dari IklanPromosi.
Komunikasi pemasaran Marketing Communication mengenal upaya pencitraan melalui iklan dan promosi. Yang juga mempunyai peran sangat
penting dalam membangun suatu brand image. Beriklan dan promosi mempunyai target “audience” yang sangat luas. Sehingga dalam waktu
singkat, pesan yang ingin disampaikan tentang “brand image” akan lebih diterima oleh masyarakatkonsumen. Dalam melakukan aktifitas bisnis,
mustahil jika kita sebagai pelaku bisnis akan melupakan yang namanya iklan dan promosi.
a. Pengertian Periklanan Periklanan adalah salah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh
perusahaan dalam melancarkan komunikasi persuasif kepada pembeli dan masyarakat. Iklan dapat merupakan cara yang berbiaya efektif guna
menyebarkan pesan, baik untuk membangun preferensi merek atau untuk mendidik orang.
Menurut Morrison 1993 iklan diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial
dan mempromosikan penjualan suatu produk barang atau jasa untuk
mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik, untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan pemasang iklan.
Menurut Tjiptono 1997 iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atas keuntungan suatu
produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan
pembelian. b. Tujuan Periklanan
Menurut Tjiptono 1997 pada umumnya tujuan utama iklan adalah untuk menjual sesuatu, baik itu berupa produk, maupun jasa, yang digunakan untuk
meningkatkan penjualan perusahaan. Adapun tujuan dari periklanan tersebut secara umum adalah:
1. Menginformasikan c. Memberitahukan pasar mengenai produk baru.
d. Mengusulkan kegunaan lain suatu produk. e. Memberitahukan pasar mengenai perubahan harga.
f. Menjelaskan cara kerja suatu produk. g. Menjelaskan pelayanan yang tersedia.
h. Mengoreksi kesan yang salah. i. Mengurangi kecemasan konsumen.
j. Membangun citra perusahaan.
2. Membujuk a. Membentuk preferensi merek.
b. Mendorong pengalihan merek. c. Masalah persepsi konsumen mengenai atribut produk.
d. Membujuk konsumen untuk segera membeli. e. Membujuk konsumen untuk menghubungi penjual.
3. Mengingatkan a. Mengingatkan konsumen bahwa produk tersebut mungkin akan
di butuhkan dimasa yang akan datang. b. Mengingatkan konsumen dimana dapat membeli.
c. Menjaga agar konsumen tetap ingat pada merek produk walaupun tidak sedang pada musimnya.
d. Mempertahankan kesadaran puncak. Secara umum media periklanan ada dua jenis yaitu:
1 Media cetak a.
Majalah. b.
Koran. 2 Media Elektronik
a. Televisi.
b. Radio.
4. Minat Beli Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
sesuatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian Mowen dan Minor, 2001. Minat beli didefinisikan sebagai kecenderungan konsumen untuk
membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian. Pengertian minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan
bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksi rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli
ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa datang.
Sedangkan definisi minat beli menurut Handoyo 2002 adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap
mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Erna Ferrinndewi 2008 mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen unutuk melakukan pembelian atas suatu produk,
melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, merekomendasikan, memilih, dan akhirnya
mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk 1994 menyatakan bahwa minat beli
sebagai motivasi dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi tinggi terhadap obyek
tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba
untuk menghindarkan obyek bersangkutan. Implikasi dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk
atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak. Menurut Ferdinand dikutip dari skripsi Yanti Febrianti, minat beli
dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut: 1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk. 2. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya
dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Ekstensi merek terjadi apabila calon pembeli sudah mempunyai cukup informasi mengenai merek induk dan sudah terbentuk persepsi, apabila
persepsi tersebut positif maka calon pembeli tersebut biasanya akan tertarik untuk membeli produk ekstensi yang ditawarkan, terutama apabila
mereka melihat bahwa produk ektensi tersebut mempunyai kaitan yang logis dengan produk dari merek induk.
Minat beli yang diakibatkan daya tarik produk atau jasa yang ditawarkan merupakan suatu mental dari konsumen yang merefleksikan
rencana pembelian suatu produk terhadap merek tertentu. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Swastha dan Irawan 2005 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi,
bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya
menghilangkan minat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan
seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan
yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang
diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah. c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang
menggunakan waktu senggangnya. d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda
dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja. e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan
orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.
Menurut Kotler 2004 bahwa tahapan-tahapan dalam proses keputusan membeli yaitu:
1. Pengenalan masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau
kebutuhan. 2. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya akan mencari informasi atau pun mungkin tidak mencari informasi yang lebih
banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek
dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu.
3. Penilaian alternatif. Tahap dalam pengambilan keputusan membeli dimana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Dalam mengevaluasi merek
yang ditemukan, konsumen dapat melakukan tahap penilain, yakni dengan cara mengevalusinya dengan melihat citra produk yang
ditampilkan oleh suatu perusahaan maka dapat dikatakan konsumen sudah memiliki minat untuk melakukan pembelian
terhadap suatu produk. 4. Keputusan membeli
Tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen benar-benar membeli produk dan jasa.
5. Perilaku pasca beli. Tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen
mengambil keputusan apakah membeli atau tidak berdasarkan kepuasan dan ketidakpuasan yang mereka rasakan.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa proses keputusan pembelian dimulai jauh sebelum tindakan membeli itu sendiri dan mempunyai
konsekuensi yang panjang setelah membeli. Proses dimulai dari pengenalan
masalah atau kebutuhan, dimana kesadaran kebutuhan merupakan tahap dalam proses pembelian. Selanjutnya mereka akan mencari informasi-
informasi yang berkaitan dengan kebutuhan, kemudian akan menentukan pilihan atau alternative yang paling sesuai dengan kebutuhan tersebut. Setelah
itu, mereka harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli. Jika keputusan yang diambil adalah membeli konsumen harus membuat
serangkain keputusan yang menyangkut merek, harga, warna toko dan lain
sebagainya.
6. Hubungan Efektifitas Iklan dengan Minat Beli Menurut hierarchy of effect model, dari melihat iklan sampai dengan
melakukan pembelian, konsumen selalu mengikuti alur proses yang sangat teratur. Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi
produkmerek tertentu diawali oleh awareness atau pengenalan terhadap produk tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pemahaman, ditindak lanjuti
dengan tingkat kesukaan dan penilaian lebih baik dibandingkan dengan produk lain dan akhirnya konsumen memutuskan untuk mencoba merek
tersebut. Dari model ini disebutkan bahwa proses ini selalu berurutan dan selalu berawal dari proses pengenalan.
Awareness sendiri berasal dari ditangkapnya informasi tentang merek dan
produk oleh konsumen, baik oleh usaha yang dilakukan oleh konsumen sendiri dalam aktivitasnya baik sengaja maupun tidak sengaja mencari
ataupun oleh
aktivitas proaktif
pengelola produkmerek
untuk mengkomunikasikan produkjasanya.
7. Brand Image
Menurut Mowen dan Miror 2001 citra merek brand image adalah gebyar dari seluruh asosiasi yang terkait pada suatu merek yang sudah ada
dibenak konsumen. Pembentukan citra merek juga dipengaruhi oleh pengalaman konsumen. Menurut Patricia 2004 citra merek brand image
adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Menurut Shimp 2000 citra merek brand image adalah jenis asosiasi yang muncul
dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu.
Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat dibenak konsumen. Citra merek memiliki tiga komponen pendukung yaitu: citra pembuat corporate image, celebrity endorser dan citra produk
product image itu sendiri Nicolino, 2004. 1. Citra Pembuat corporate image
Corporate Image adalah persepsi publik terhadap perusahaan, dalam
persepsi publik citra perusahaan terbentuk dari asosiasi antara perusahaan sebagai subjek dan atribut-atributnya seperti: baik, buruk, berkualitas, peduli
lingkungan, dan bertanggung jawab. Akumulasi dari citra perusahaan akan membentuk reputasi perusahaaan yang sangat bermakna bagi perusahaan,
bukan hanya bermanfaat dalam berhubungannya dengan para pelanggan,
tetapi juga dengan stakeholder yang lain, reputasi yang baik ketika berhubungan dengan pemasok, dapat meningkatkan bargaining position,
demikian dengan jalur distribusi, perusahaan yang mempunyai reputasi baik akan mendapat perlakuan khusus, apalagi dengan pelayanan publik akan
mendapatkan banyak kemudahan. 2. Celebrity Endorser.
Celebrity endorser adalah suatu iklan yang menggunakan tokoh terkenal
atau public figure sebagai penyampai pesan iklannya yang kelak mungkin mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena prestasi sang
bintang tersebut atau rasa suka dari konsumen. Termasuk kelompok selebritis ini adalah bintang televisi maupun bintang film, bintang olah raga, politikus,
seorang pengusaha, artis, dan orang-orang tertentu yang berasal dari militer. Pendapat ini menunjukkan bahwa ukuran selebritis adalah orang-orang yang
dikenal publik dengan berbagai latar belakangnya, baik dalam entertainment, militer, ilmu pengetahuan, olah raga, maupun bidang lainnya. Orang-orang
terkenal ini biasanya menjadi figur publik sehingga posisinya sebanding selebritis.
Endorser sering juga disebut direct source sumber langsung yaitu
seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih
mewakili image sebuah produk brand image. Biasanya orang yang terpilih
sebagai endorser tersebut berasal dari kalangan tokoh masyarakat yang memiliki karakter menonjol dan daya tarik yang kuat. Maka keahlian yang
dimiliki selebriti dengan merek produk yang diiklankan haruslah relevan. Kaitan antara celebrity endorser dengan citra merek adalah selain untuk
meningkatkan kredibilitas brand, keuntungan utama menggunakan selebriti adalah kemampuan iklan untuk diingat dalam waktu singkat. Citra image
yang dimiliki oleh publik tentang bintang ini secara tidak langsung ditransfer ke dalam merek brand yang dibintanginya dibandingkan non-celebrity atau
lay endorser . Penggunaan bintang-bintang terkenal ini lebih efektif untuk
menghasilkan respons yang positif terhadap brand sekaligus meningkatkan keinginan untuk membeli.
Hal-hal yang menjadi indikator celebrity endorser yang baik yaitu popularitas bagaimana seorang selebriti dikenal oleh masyarakat, daya tarik
selebriti hal-hal yang dimiliki oleh seorang selebriti yang mampu menyita perhatian masyarakat, dan kecocokan selebriti kecocokan selebriti dengan
segmen pasar dari sebuah produk. 3. Citra Produk.
Citra produk adalah respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan
kesan masyarakat pada suatu brand image, artinya citra produk merupakan
keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak masyarakat tentang produk yang akan dijual dipasaran.
Citra berperan menimbulkan preferensi untuk melakukan pembelian. Citra perusahaan juga akan mempengaruhi citra produk dan selanjutnya akan
mempengaruhi preferensi untuk melakukan pembelian. Pembentukan citra dipengaruhi oleh familiaritas terhadap produk dan perusahaan yang
bersangkutan. Familiaritas dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen yang bersumber dari pengalaman pribadi,
pengalaman orang lain dan media massa. Citra merupakan suatu hal yang penting diperhatikan oleh perusahaan, apabila perusahaan memiliki citra yang
baik maka produk dari perusahaan tersebut akan dapat pula diterima dengan baik dipasaran. Demikian halnya dengan citra yang dimiliki oleh produk yang
dihasilkan apabila produk sebelumnya memiliki citra yang baik maka pada peluncuran produk berikutnya kemungkinan besar akan mendapat sambutan
yang baik pula bagi konsumen. Citra produk merupakan persepsi masyarakat terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan. Citra produk dibangun agar menjadi postitif di mata publik, baik publik yang telah menggunakan produk itu maupun potensial
customer yang hendak dibidik agar mengkonsumsi produk tersebut. Manakala
citra suatu merek produk telah menancap dalam pikiran konsumen, maka pada saat dia mempunyai rencana untuk membeli barang sejenis produk tersebut,
yang pertama kali muncul dalam ingatan adalah merek produk yang sudah tertancap di pikirannya sehingga secara refleks mereka membelinya. Citra
produk akan meningkat apabila produk bermutu tinggi dan terus-menerus mengalami perbaikan. Mutu produk dibangun dengan cara melakukan
continuous improvement disegala aspek. Peningkatan kualitas perlu dibarengi
dengan promosi memperkenalkan keunggulan produk tersebut. Pada massa sekarang dengan ramainya persaingan bisa saja terjadi produk yang
sebenarnya bagus namun tidak sukses di pasar karena tidak dikenal oleh publik, disebabkan publik telah dibanjiri oleh informasi produk yang bertubi-
tubi dari para pesaing. Berikut adalah beberapa keuntungan dengan terciptanya brand image
yang kuat antara lain: 1. Peluang bagi produkmerek untuk terus mengembangkan diri dan
memiliki prospek bisnis yang bagus. 2. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan yang
bagus. 3. Menciptakan loyalitas konsumen.
4. Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek telah berhasil dikenal dan diingat oleh konsumen.
5. Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing. Semakin merek dikenal oleh masyarakat, maka perbedaankeunikan baru yang
diciptakan perusahaan akan mudah dikenali konsumen. 6. Mempermudah dalam perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan.
7. Meminimumkan kehancurankepailitan perusahaan. 8. Mempermudah mendapatkan investor baru guna mengembangkan
produk.
Manfaat Citra Merek
Dikenalnya suatu merek recognition artinya seorang konsumen mengingat merek tersebut. Citra konsumen terhadap suatu merek
merupakan hal penting untuk strategi pemasaran perusahaan. Berikut adalah manfaat dari suatu citra merek:
1. Citra dapat dibuat sebagai suatu tujuan di dalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merek-
merek lain dari produk sejenis. 3. Citra merek juga dapat membantu dalam memperbaharui penjualan
suatu merek. 4. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektifitas dari
strategi pemasaran. 5. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar usaha
strategi pemasaran.
Hubungan citra merek dan minat beli
Menurut Mahmud 2010 , “Sikap positif terhadap merek tertentu akan
memungkinkan konsumen melakukan pembelian terhadap merek itu sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen dalam melakukan
pembelian”. Menurut Erna Ferrinndewi 2008
, “Citra merek positif dapat membantu agar konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga
mempermudah pengambilan keputusan ketika melakukan pembelian”. Dengan memiliki citra yang positif maka keuntungan besar bagi merek
karena konsumen akan mudah mengingat mereknya tersebut sehingga peluang konsumen untuk mengambil keputusan dalam membeli produk
pun semakin besar. Citra merek akan memudahkan konsumen dalam membedakan mutu
sehingga dapat berbelanja secara efisien, dan juga merek sangat berperan dalam membentuk persepsi konsumen tentang kualitas produk dan
persepsi yang terbentuk melelui merek tersebut akan banyak mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen.
Citra Merek sebagai Penentu Minat Beli. Keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan
merek yang memiliki citra positif daripada hal-hal lain AB Susanto dan
kawan-kawan, 2004.
Kualitas citra merek memberikan alasan yang peting untuk membeli. Hal
ini mempertimbangkan
merek-merek mana
yang harus
dipertimbangkan dan selanjutnya merek mana yang dipilih. Apabila image yang tertanam dalam suatu produk baik, maka konsumen akan membeli
produk itu untuk dikonsumsi, namun sebaliknya bila image yang tertanam dalam benak konsumen akan merasa tidak puas karena tidak sesuai
dengan informasi yang diketahui dan tidak sesuai dengan harapan. Image yang positif tentu menjadi kekuatan bagi brand yang digunakan produk
tersebut.
Image yang diyakini oleh konsumen mengenai sebuah merek sangat
bervariasi dari persepsi masing-masing individu. Kualitas sebuah merek memberikan
alasan yang
penting untuk
membeli. Hal
ini mempertimbangkan merek-merek mana yang akan harus dipertimbangkan
dan selanjutnya merek mana yang akan dipilih. Apabila image yang tertanam dalam suatu produk baik, maka konsumen akan membeli produk
itu untuk dikonsumsi, namun sebaliknya bila image yang tertanam dalam benak konsumen mengenai merek tersebut negatif maka harapan
konsumen akan membeli semakin menurun. Image yang positif tentu menjadi kekuatan bagi brand yang digunakan tersebut.
Jejaring memori konsumen berkembang dan mencakup pula informasi produk selain kategori produk dasar yang selanjutnya digunakan untuk
mengevaluasi produk berdasarkan faktor konsistensi dan kualitas. Konsumen mulai memakai nama merek berdasarkan citra merek
bersangkutan sebagi alat heuteristik dalam pembuatan keputusan pembelian. Hal ini selanjutnya memungkinkan konsumen untuk
mengidentifikasi dan membedakan citra merek dari suatu merek tertentu dari para pesaingnya dan sekaligus berperan sebagai jaminan kualitas yang
konsisten. Melalui pemahaman dan pengalaman tertentu dengan merek spesifik
konsumen merasa sangat dekat dengan merek tersebut dan bahkan merasa bahwa merek tersebut telah menjadi bagian dari dirinya. Pada umumnya
kemampuan sebuah merek menjadi ikon dihasilkan dari persistensi dan konsistensi para pemilik dan manajer merek dalam mengkomunikasikan
dan menyampaikan nilai-nilai yang sama selama periode waktu yang relatif lama sehingga calon konsumen mampu mempersepsikan dan
mencari informasi yang cukup tentang citra suatu produk. Merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan
keyakinankepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara
obyektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung memilih merek-merek yang dipersipsikan sesuai dengan kualitasnya.
Dalam penyampian suatu citra produk menggunakan seorang selebritis
untuk memperkenalkan suatu produk. Dengan penggunaan cara penyampain citra tersebut dengan media selebritis banyak berkaitan
dengan gaya hidup yang didambakan. Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek semacam ini, akan
tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu.
Tjiptono 2011 mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam keputusan pembelian. Brand image yang dikelola dengan
baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen
dalam mengambil keputusan pembelian. b. Memperkaya orientasi komsumen terhadap hal-hal yang bersifat
simbolis dari pada fungsi-fungsi produk. c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.
Penciptaan kesan menjadi salah satu karakteristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta
penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen
tentang suatu produk dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk.
Brand image merupakan salah satu alat pemasaran utama yang
merupakan hal penting karena temuan riset dan pengalaman menunjukkan menentukan keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dan
meningkatkan tingkat pembelian. Oleh karena itu, brand image akan jadi penentu kebijakan pengelola dalam menetapkan strategi pemasaran yang
baik. Dengan demikian brand image merupakan unsur pemasaran yang memiliki hubungan erat dengan konsumen yang akan membeli produk
perusahaan tersebut. Brand image
dianggap sebagai asosiasi sebuah produk ketika didengar oleh konsumen. Pembelian oleh konsumen disebabkan karena terjadi
suatu penilian yang objektif atau karena dorongan emosi yang mendorong keputusan bertindak, dan keputusan pembelian dipengaruhi oleh kondisi
psikologis konsumen yang akan menentukan mereknya. Brand image mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran seseorang untuk
melakukan pembelian. Sikap pembeli terhadap merek mempengaruhi perilaku behavior
sehingga brand image yang positif sangat mempengaruhi keputusan pembelian. Citra merek mempunyai posisi yang paling penting dalam
keputusan pembelian karena salah satu keputusan dalam struktur
pembelian adalah keputusan mengenai merek. Konsumen akan lebih mudah dan tidak dibingungkan lagi oleh berbagai macam merek yang ada
karena merek yang telah melekat dibenak mereka. Menurut Patricia 2001, citra merek adalah segala kesan yang muncul
dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek, asosiasi merek yang bisa membentuk citra merek, menjadi pijakan
konsumen dalam keputusan pembelian. Sehingga apabila suatu perusahaan mempunyai kekuatan citra merek yang positif, akan
memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam mengakumulasikan konsumen untuk melakukan pembelian.