Inferioritas dan Superioritas Situasi Bekerja

16 Seorang pekerja yang tidak berhasil di lapangan kerjanya dapat mengadakan berbagai rasionalisasi untuk memberi semacam pertanggungjawaban untuk kegagalannya. Rasionalisasi dapat merupakan suatu cara untuk membenarkan suatu tingkah laku. Misalnya, seorang pegawai yang mengatakan bahwa ia tidak giat bekerja karena pekerjaannya terlampau rendah bagi dirinya yang berpendidikan tinggi. 7 Berpindah kerja Berpindah kerja merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika pekerja tersebut telah lelah berusaha, merasa usahanya sia-sia, merasa tidak nyaman sehingga memutuskan untuk mencari pekerjaan lain dimana ia dapat lebih berhasil.

c. Inferioritas dan Superioritas

Bagi Adler dalam Ansbacher Ansbacher, 1958, seseorang dengan kekurangan fisik dapat menimbulkan perasaan inferioritas. Menurut Adler, setiap orang dapat mengembangkan perasaan inferioritasnya, salah satunya seseorang yang memiliki disabilitas tubuh. Seseorang dengan kondisi disabilitas dapat menjadi tidak terlalu peduli dengan dirinya sendiri dan mengembangkan perasaan inferioritas secara berlebihan. Wujud dari perasaan tersebut dapat berupa tidak adanya rasa percaya diri dan tidak memiliki keberanian. 17 Keyakinan Adler dalam Awilsol, 2009 adalah bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferioritas. Perasaan inferioritas ini menggerakkan individu untuk berjuang menjadi sukses atau superioritas. Perjuangan untuk menjadi superioritas, bisa jadi memiliki motivasi yang berbeda, akan tetapi semuanya diarahkan menuju tujuan final. Seseorang dengan perasaan kecil, lemah dan tidak lengkap sesungguhnya memiliki dorongan untuk tumbuh, menjadi lengkap atau sukses. Dari perasaan kecil, lemah dan tidak lengkap ini mereka menetapkan tujuan final untuk menjadi besar, lengkap dan kuat. Bagi Adler, setiap tujuan final dapat bersifat fiktif atau semu. Tujuan semu ini tidak harus didasarkan pada kenyataan, namun tujuan semu inilah yang dapat membimbing tingkah laku seseorang untuk berjuang dan memungkinkan seseorang untuk menghadapi realitas dengan lebih baik. Menurut Adler kehidupan manusia dimotivasi oleh dorongan untuk mengatasi inferioritas dan menjadi superioritas. Superioritas disini bukanlah menjadi lebih baik dibandingkan orang lain atau mengalahkan orang lain, tetapi terus menerus berusaha menjadi lebih baik. Superioritas ini juga ditunjukkan dengan adanya minat sosial pada orang lain, seperti menunjukkan 18 cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, peduli dan hal yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah dan inferioritas, lalu mengembangkan sistem untuk mengatasi kelemahan fisik itu menjadi besar, kuat dan superior. Orang yang sehat akan memperjuangkan inferioritasnya untuk menjadi superioritas. Hal ini tidak terlepas pada bagaimana pandangan subyektif orang tersebut pada dirinya sendiri dan pada masa depan. Hambatan fisik menjadi bermakna jika dapat merangsang perasaan inferioritas yang subjektif menjadi pemicu perjuangan untuk mencapai kesempurnaan. Menurut Adler, inferioritas fisik adalah anugrah. Berkat inferioritas itu, membuat mereka mengkompensasikan dengan berjuang mencapai kesehatan jiwa dan hidup berguna. Ada juga yang mengkompensasikannya dengan menarik diri dari orang lain dan memanfaatkan kecacatannya untuk mendapatkan belas kasihan. 19

2. Tenaga Kerja