Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan
berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.
4. Tinjauan tentang Pengembangan Tes Hasil Belajar
Semua alat ukur yang akan digunakan untuk menguji siswa termasuk menggunakan tes hasil belajar perlu dipastikan kemampuannya
agar dapat mengukur dengan baik. Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang berkualitas baik, maka diperlukan prosedur atau langkah-langkah
pengembangan yang menjamin dalam pembuatan soal tes tersebut. Tes hasil belajar yang baik akan memperoleh data yang akurat dari siswa.
Dengan begitu tujuan dari tes hasil belajar tersebut akan tercapai. Ada
sembilan langkah
yang perlu
ditempuh dalam
mengembangkan tes hasil belajar menurut Mardapi dalam Widoyoko, 2014: 122. Kesembilan langkah tersebut meliputi:
a. Menyusun spesifikasi tes Menetapkan spesifikasi tes yaitu berisi uraian yang
menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal dan
siapa saja yang menulis soal, akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes ini mencakup empat
kegiatan : 1 menentukan tujuan tes, 2 menyusun kisi-kisi tes, 3 memilih bentuk tes, dan 4 menentukan panjang tes.
b. Menulis soal tes Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Langkah ini perlu dilakukan
secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Kualitas tes secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh tingkat kebaikan dari
masing-masing butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.
c. Menelaah soal tes Setelah soal selesai dibuat, perlu dilakukan telaah terhadap
soal-soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan ataupun
kesalahan. Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik, kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan soal sangat mungkin terjadi. Telaah ini
sebaiknya dilakukan oleh orang lain, bukan pembuat soal. Sering kali kesalahan terletak pada tata bahasa maupun subtansi yang tidak terlihat
oleh pembuat soal. Akan tetapi lebih baik lagi jika telaah dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari sejumlah ahli secara bersama-
sama. Dengan menelaah soal ini, diharapkan dapat memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.
d. Melakukan uji coba tes Uji coba perlu dilakukan sebelum soal tes digunakan. Uji coba
ini dilakukan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba tersebut dapat
diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesulitan, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda dan lain sebagainya. Jika
memang hasil uji coba soal tersebut belum memenuhi kualitas yang diharapkan, perlu dilakukan pembenahan atau perbaikan.
e. Menganalisis butir soal tes Berdasarkan hasil uji coba perlu dilakukan analisis butir soal
yang telah disusun. Melalui analisis butir soal ini dapat diketahui antara lain: tingkat kesulitan butir soal, daya beda dan juga efektivitas
pengecoh. f. Memperbaiki tes
Langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan atau yang belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi serta beberapa yang lain
mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
g. Merakit Tes Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah
berikutnya dalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruhan butir soal tersebut perlu disusun secara hati-
hati hingga menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus
diperhatikan. Walaupun butir soal telah disusun dengan baik, jika penyusunannya sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut
menjadi tidak baik. h. Melaksanakan tes
Langkah berikutnya adalah melaksanakan tes dengan cara memberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini diperlukan pemantauan atau pengawasan agar tes benar-benar
dikerjakan secara jujur dan sesuai dengan ketentuan. Pelaksanaan tes dilakukan dengan hati-hati agar tujuan tersebut benar-benar dapat
tercapai. i. Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah,
menengah atau tinggi. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar serta guru dalam mengajar yang lebih
baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata pelajaran, siswa dapat menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai ini
juga bisa berupa imbalan reward terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan siswa. Imbalan inilah yang akan menjadi
motivasi atau pendorong siswa untuk belajar lebih giat. Nilai juga merupakan
informasi mengenai
keberhasilan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran
Berdasarkan pendapat Mardapi di atas, ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar yang meliputi a
menyusun spesifikasi, b menulis soal tes, c menelaah soal tes, d melakukan uji coba tes, e menganalisis butir soal, f memperbaiki tes, g
merakit tes, h melakukan tes, dan i menafsirkan hasil tes.
5. Tinjauan tentang Taksonomi Bloom yang Direvisi