Deskripsi Tema HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya

D. Deskripsi Tema

Berdasar hasil analisis data yang sudah dilakukan pada keempat subjek penelitian, diperoleh rumusan tema mengenai tahapan culture shock dan gejala culture shock yang dialami oleh subjek. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih detail tentang tahapan culture shock dan gejala culture shock yang dialami oleh subjek penelitian secara keseluruhan: 1. Tahapan Culture Shock Analisis data dari keseluruhan subjek menemukan ada empat tahapan culture shock yang dialami oleh subjek penelitian. Tahapan tersebut adalah tahap honeymoon, tahap crisis atau culture shock, tahap recovery dan tahap adjustment. Berikut ini adalah penjelasan dari tahap culture shockculture shock yang dialami: a. Tahap honeymoon Keempat subjek mengalami tahap honeymoon ketika awal tinggal di Yogyakarta.Mereka merasakan perasaan senang dan antusias ketika awal tinggal di Yogyakarta. Mereka mengatakan sangat antusias untuk menjalani kehidupan di lingkungan barunya dan ingin mendapatkan pengalaman baru. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “Awal datang ke Jogja tu rasanya aduh seneng banget ya akhirnya bisa mandiri. Jadi gimana kehidupanku entar aku jadi kayak udah ga sabar nanti-nanti gimana si hidup sendiri.” Subjek 3, VL “Jadinya rasa senang, rasa menarik aja. Sesuatu yang menarik karena kan baru dari kota yang berbeda juga kan, jadi ya rasa senang. Sesuatu yang menarik dan tertantang begitu.” Tahap honeymoon ini dialami subjek dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan pertama tinggal di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 3, VL “Terus kira – kira masih ingat ga berapa lama perasaan senang dan antusias tadi itu bertahan? Itu berjalan hanya sekitar satu bulan” Subjek 4, IF “Senang itu saya merasa mungkin hampir satu semester saya senang.”

b. Tahap crisis atau culture shock

Pada tahap ini keempat subjek mengalami perasaan – perasaan tidak nyaman.Subjek mengalami masalah terkait dengan bahasa. Selain itu, subjek juga mengalami rasa rindu dengan keluarga dan teman – teman di Papua. Subjek juga mengalami rasa kehilangan teman – teman dan merasa sendiri di Yogyakarta, serta timbul gejala – gejala culture shock lainnya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 2, HR “….kalau kami di Papua itu mungkin bahasanya itu agak kasar begitu. Jadi kalau kami ngomong ke orang – orang di sini mungkin agak bagaimana begitu…. Ya tidak enak, tidak nyaman gitu.” Subjek 1, AS “….di Papua kan kita tu udah biasa bicara yang yaudah bicara aja pake bahasa Papua kan yang gak formal. Kalau misalnya datang disini kan, apalagi bahasa Jawa kan aku sama sekali ga ngerti. Orang- orang kebanyakan, teman – teman di kampus itu bicaranya pakai bahasa Jawa jadi aku kalau mau ngomong pakai bahasa Indonesia juga agak – agak gimana, agak susah buat cari kata – katanya, takutnya gak ngerti mereka.” Subjek 4, IF “…..ada yang berbeda mungkin pertama dari bahasa.Mungkin kita di sana tu bahasanya seperti kalau kita bilang saya itu ‘sa’, mungkin di sini kita banyak pakainya bahasa Jawa.” Subjek 3, VL “….di praktikum saya itu kebanyakan anak – anak Jawa dan mereka tuh berinteraksi sendiri gitu kak. Mereka itu tidak mengajak saya, jadi saya merasa terasingkan begitu.Seperti ih kenapa sih, kita juga sama saja dengan mereka.” Subjek 1, AS “….gak nyaman juga kalau misalnya kita mau dekat sama mereka kita juga kayak agak – agak. Kadang mereka itu juga kayak liat, kita itu kan bukan dari Jawa, bukan dari kota yang besar. Kita dari Papua, jadi mereka kalau mau berteman juga agak pilih – pilih juga sih. Tahap crisis atau culture shock ini berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 2, HR “Perasaan tidak nyaman itu kira – kira bertahan sekitar berapa bulan ? Sekitar 3 bulan.” Subjek 4, IF “Oke.Terus perasaan – perasaan tidak nyaman itu kamu alami berapa nyaman? Kalau perasaan – perasaan itu mungkin saya alami selama satu semester kak.

c. Tahap recovery

Pada tahap ini keempat subjek sudah mulai bisa mengatasi masalahnya dengan berbagai usaha yang dilakukannya. Subjek berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.Selain itu, subjek juga berusaha untuk merubah pola pikirnya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “…..Tapi pas udah berjalan ke sini dan aku tahu kemampuan mereka ternyata nggak beda jauh juga sama kemampuan kita. Liat kesehariannya mereka, liat nilai – nilai mereka, jadi aku mikirnya ternyata mereka itu sama aja sama kita. Jadi nggak ada yang bodoh, nggak ada yag pintar lah, sama aja di dalam kelas. Jadi kenapa mesti takut? Udah mulai PD deh dari situ” Subjek 3, VL “…Kemudian yang kedua itu ya saya merubah pola pikir saya sendiri kak. Agar saya bisa menjadi lebih baik, agar saya bisa menguatkan diri saya sendiri, ayo ayo kamu pasti bisa. Jadi saya lebih merubah diri saya sema gitu kak, saya berpikir jangan sampai ini semua membuat diri saya nggak maju.” Tahap recovery dialami subjek setelah subjek tinggal selama 6 bulan sampai 1 tahun di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 3, VL “Oke.Terus kamu sendiri kapan mulai merasa bisa mengatasi semuanya ini? Sekitar setahunan lah kak.” Subjek 4, IF “….. Itu mulai semester dua kak cara berpikir saya itu sudah mulai saya rubah.”

d. Tahap adjustment

Tahap adjustment ini hanya dialami oleh ketiga subjek, sedangkan satu subjek lagi yaitu subjek 2 HR belum mencapai tahap ini. Ketiga subjek ini sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta. Kemampuan beradaptasi yang dimiliki oleh ketiga subjek tersebut sudah baik. Selain itu ketiga subjek sudah memiliki banyak teman di lingkungan barunya dan rutinitas subjek sudah dapat berjalan dengan baik. Di sisi lain, kemampuan bahasa yang dimiliki subjek pun sudah meningkat. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “……..udah senang aja yah kayak udah benar – benar nikmati masa kuliah di sini. Udah bisa mengikuti alur kehidupan di sini.Ya udah nyaman lah kak.” Subjek 3, VL “…….saya juga sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, farmasi.Saya sangat bersyukur sekarang saya sudah bisa beradaptasi dengan fakultas saya, kemudian saya bersyukur dengan teman – teman saya yang bisa menerima saya.” Subjek 4, IF “…….Iya sudah.Kalau dibandingkan dengan tahun kemarin atau semester – semester kemarin mungkin jauh, sekarang itu saya mulai merasa berbeda. Gimana ya teman sudah banyak, terus sudah lebih mengerti, terus sudah bisa mengerti lingkungan jogja tu seperti apa. Jadi ya senang, ketika jalan – jalan itu wah rasanya senang gitu.Adaptasinya sudah baik gitu kak.” Tahap adjustment dialami ketiga subjek pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “Dari semester tiga. Oh semester tiga ya, sekarang kamu semester empat kan ya? Iya kak semester empat, sudah sekitar setahun.” Subjek 4, IF “Semester tiga kak, sebenarnya paling nyaman itu semester tiga.” Satu subjek dalam penelitian ini belum mencapai tahap adjustment. Hal ini dipengaruhi oleh faktor interpersonal yang ia miliki yakni terkait dengan kemampuan sosial dan kecakapan yang dimiliki terkait dengan bahasa, adat istiadat, tata krama. Subjek kedua dalam penelitian ini HR mengaku bahwa ia masih merasa sangat kesulitan untuk berkomunikasi dan memahami bahasa yang digunakan oleh teman – temannya. HR mengaku ia belum mampu untuk berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan terlepas dari logat Papuanya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Subjek 2, HR “ Sebenarnya tuh apa yang mau saya ungkapkan itu memang sudah ditangkep sama dosennya tapi cara ungkapkan itu yang masih beda. Jadi kebanyakan di apa ya, diperbaiki oleh dosen.” 2. Gejala Culture Shock Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui ada beberapa gejala culture shock yang dialami oleh subjek penelitian. Gejala tersebut adalah: a. Merasa sedih, sendirian dan terasingkan. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 3, VL “…….di praktikum saya itu kebanyakan anak – anak Jawa dan mereka tuh berinteraksi sendiri gitu kak.Mereka itu tidak mengajak saya, jadi saya merasa terasingkan begitu.” b. Tidak mampu berbicara dan mengerti bahasa yang digunakan oleh orang setempat dan cenderung menghindari kontak dengan orang lokal. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 2, HR “Jadi awal – awal itu memang terasa benar. Yang saya apa, ngomong itu kadang dosennya itu tidak nangkap benar dengan apa yang saya omong. Entah karena salah kata, atau karena logatnya, apa gimana.” c. Takut melakukan kontak fisik. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “kontak fisik secara negatif itu aku emang ga terlalu suka. Apalagi di sini kan budaya beda kan dengan di Papua.” d. Keinginan untuk berinteraksi dengan rekan sesama. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 2, HR “mungkin sampai sekarang ini aku lebih menjaga jarak, bersahabat dengan teman itu lebih memilih bersahabat dengan teman – teman dari Papua. Karena ada perasaan – perasaan seperti tadi. Terus berkaitan dengan cara – cara kami bergaul itu agak beda. Jadi takut gitu.” e. Merasa tidak aman rasa ketakutan yang berlebihan takut ditipu, dirampok, takut terluka. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 4, IF “…..takut ketika saya jalan mungkin mereka kalau mereka mulai membabi buta siapapun bisa kena gitu semuanya. Terus yang baru-baru ini juga yang membuat saya mulai takut lagi masalah tidak aman disitu karena baru-baru ini laptop sama hp saya hilang dicuri dan ternyata ya memang mungkin, kalau menurut saya mungkin lagi musiman atau gimana karena banyak yang hilang juga kan. Udah gitu mulai ketika saya bilang sama orang tua saya, disuruh hati- hatilah. Jadi kan saya mulai mucul rasa takut lagi kan, mulai waspada lagi buat semuanya.” f. Kehilangan identitas dan kurang percaya diri. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “Kalau di kelas atau ketemu teman – teman yang lain itu benar – benar ngerasa kayak bukan aku banget, kayak diam, kayak gak banyak ngomong, ngelakuin sesuatu tuh jadi kayak malu” Subjek 4. IF “…..waktu kesini itu saya rasa jangan-jangan saya orang papua disini sendiri, terus saya lihat mungkin dari kulit saya hitam sendiri kan. Kadang-kadang mungkin ketika itu terus saya asalnya dari papua, terus ketika saya harus berbicara dengan teman-teman saya yang asalnya dari jogja ataupun Palembang dan lain- lain. Itu saya takutnya mereka ngga menghargai saya, mereka tidak percaya, mungkin mereka punya pemikiran seperti ini “ah ngapaidengar dia orang Papua, orang Papua tidak tau” g. Merindukan keluarga dan rumah. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 3, VL “Itu terjadi ketika saya merasa kangen adik – adik saya.Saya merasa sedih aja sih kalau ingat mama, misalnya saya sakit terus ingat mama gitu.” h. Bermasalah dengan kesehatan flu, demam, diare, alergi. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara subjek sebagai berikut: Subjek 1, AS “Pas datang ke sini awal – awalnya suka sakit juga sampai di opname juga kak.” Subjek 4, IF “Pernah, herpest. Datang pertama kali ke sini itu aku rasa kulit ku kering – kering tu apa, kok kaya luka itu kan. Periksa ke dokter ternyata katanya herpest.Kemudian itu berlangsung pas semester satu.” Skema di bawah ini akan menunjukkan tahapan dari culture shock yang secara umum terjadi pada keempat subjek. Skema 1. Tahapan Culture Shock yang Dialami Subjek Tahap honeymoon yang dialami subjek dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan Tahap Honeymoon: - Subjek merasakan perasaan senang dan antusias karena akan menjalani kehidupan berunya di Yogyakarta - Yogyakarta dipandang sebagai tempat yang menyenangkan, orangnya ramah – ramah, banyak tempat wisata dan kota yang ramai T A H A P C U L T U R E S H O C K Tahap crisis atau culture shock: - Subjek merasakan perasaan tidak nyaman karena menyadari adanya perbedaan - Masalah mulai muncul - Timbul gejala – gejala culture shock Tahap crisis atau culture shock yang dialami subjek pada tahun pertama tinggal di Yogyakarta berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Tahap recovery dialami subjek setelah subjek tinggal selama 6 bulan sampai 1 tahun di Yogyakarta Tahap recovery: - Subjek sudah mulai bisa mngatasi masalahnya - Subjek berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya - Subjek merubah pola pikirnya Tahap adjustment dialami subjek pada tahun kedua tinggal di Yogyakarta. Tahap adjustment: - Subjek sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta - Kemampuan beradaptasi subjek sudah baik - Sudah memiliki cukup banyak teman di lingkungan barunya - Rutinitas sudah dapat berjalan dengan baik - Kemampuan berbahasa subjek sudah meningkat 3. Temuan Tambahan: Cara Mengatasi Perasaan Tidak Nyaman Pada Tahap Crisis atau Culture Shock Dalam data penelitian ini ditemukan beberapa cara yang digunakan subjek untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya terkait dengan culture shock. Berikut ini akan dibahas secara lebih rinci cara – cara tersebut: a. Mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. Dalam mengatasi perasaan tidak nyamannya keempat subjek penelitian ini berusaha untuk mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang di lingkungan barunya. Beberapa subjek berusaha untuk mempelajari bahasa lokal setempat, yakni bahasa Jawa. Kemudian beberapa subjek berusaha untuk menghilangkan logat bahasa Papuanya dan menggunakan bahasa Indonesia. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut: Subjek 1, AS “Terus kalau yang sama teman – teman kayak bahasa gitu , lama – lama kalau pake bahasa – bahasa jawa yang standar itu aku udah bisa ngerti.” Subjek 4, IF “Iya, kalau berusaha pasti ada.ya seperti tadi berusaha coba untuk saya mengerti apa yang dikatakan teman saya yang menggunakan bahasa Jawa.” Subjek 3, VL “…..mulai ngga nyaman, tapi harus menyesuaikan. Apalagi ini kan kota orang jadi ya harus mempelajari kotanya, orang – orangnya. Jadi aku mulai belajar bahasanya.” b. Banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya Dalam mengatasi perasaan tidak nyamannya, salah satu subjek penelitian yakni subjek 2 HR memiliki cara tersendiri. HR memilih untuk banyak membaca buku untuk menambah perbendaharaan katanya. Menurutnya, ketika perbendaharaan kata yang dimiliki sudah banyak maka ia akan lebih mudah lagi untuk berinteraksi dengan teman – temannya di Yogyakarta. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut: Subjek 2, HR “…..Saya pikir lebih banyak baca buku itu lebih baik, karena di situ tuh melalui membaca buku tuh perbendaharaan kata – kata saya itu jadi lebih banyak.Lalu berinteraksi itu nantinya jadi lebih mudah.” c. Merubah pola pikir yang ada di dalam diri. Untuk mengatasi perasaan tidak nyaman yang timbul pada tahap crisis atau culture shock keempat subjek penelitian berusaha untuk merubah pola pikir yang ada di dalam dirinya. Pola pikir negatif yang ada di dalam diri subjek berusaha diubah menjadi pola pikir yang lebih positif. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut: Subjek 1, AS “……pas udah semester tiga, empat itu udah mulai kayak kita itu sebenarnya sama aja, nggak ada yang pintar, nggak ada yang, jadi udah bisa ngomong lagi dalam kelas, udah bisa nunjukin kemampuan kita. Jadi aku tuh udah percaya diri aja.” Subjek 2, HR “……saya jadi termotivasi, wah ini kemungkinan untuk sukses dalam bidang studi nih mudah saja nanti.” Subjek 3, VL “…..Jadi saya lebih merubah diri saya sema gitu kak, saya berpikir jangan sampai ini semua membuat diri saya nggak maju.Saya mikir kan udah orang tua saya menyekolahkan jauh – jauh, kasian juga sama orang tua saya.” Subjek 4, IF “Kalau kita bisa menyesuaikan diri otomatis kan masalah – masalah yang kita alami, hal – hal yang kita takutkan ketika kita datang ke sini sudah mulai teratasi.” d. Mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya. Salah satu cara yang digunakan subjek untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya adalah dengan memahami karakter teman – teman barunya. Usaha ini dilakukan agar subjek dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya, sehingga subjek dapat memiliki cukup banyak teman. Berikut ini adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan usaha tersebut: Subjek 4, IF “……, jadi ya saya sudah bisa mengerti karakter teman – teman. Mereka kan berasal dari berbagai daerah yang berbeda, nah di situ saya juga sudah bisa melihat karakter – karakter mereka seperti apa. Nah ketika saya berbicara dengan mereka saya harus seperti apa.”

E. Pembahasan 1.