baru, karena individu tersebut kehilangan tanda-tanda sosial yang familiar dalam pergaulannya.
2. Tahap – tahap
Culture Shock
Culture shock dapat diketahui melalui tahapan yang dirasakan oleh individu. Dalam culture shock terdapat empat tahap-tahap reaksi
emosional yang akan dirasakan oleh individu, yaitu: a.
Tahap honeymoon Tahap pertama yang akan dialami oleh individu adalah tahap
‘bulan madu’. Pada tahap ini, individu akan mengalami ketertarikan pada suatu hal yang baru. Orang-orang di lingkungan baru tersebut
terlihat sangat ramah dan sopan Irwin 2007. Selain itu, pendatang sangat antusias dan senang dengan hal-hal baru yang ada di lingkungan
barunya. Segala bentuk pertemuan yang dialami oleh pendatang baru akan menjadi menyenangkan dan memuaskan Odera, 2003.
Pada tahap ini, individu menikmati kemampuannya dapat berkomunikasi dengan bahasa setempat dan gembira dapat
berpartisipasi dengan lingkungannya yang baru dan asing Lysgaard dalam Heine, 2008.
Tahap ini terjadi selama beberapa hari atau minggu hingga enam bulan, bergantung pada kegiatan yang akan dihabiskan oleh
orang tersebut selama berada di lingkungan yang baru Oberg dalam Mulyana Rakhmat, 2009. Ada pula individu yang menjalaninya
selama satu tahun. Selama bulan-bulan pertama ini, biasanya merupakan waktu yang sangat baik. Sebab waktu tersebut merupakan
proses pertama mengenal hal-hal baru dapat dilakukan dengan baik Pujiriyani Rianty, 2010.
Di tahap ini, individu sedang berusaha untuk bisa beradaptasi dengan keadaan di lingkungan barunya.Individu sedang belajar untuk
mengenali lingkungannya. Baginya seluruh keadaan baru yang dialami merupakan suatu hal yang unik dan masih menyenangkan. Dalam
melewati tahap honeymoon ini, ada individu yang kurang mampu untuk mengenali lingkungannya dengan baik. Individu yang kurang
mampu tersebut akan memasuki tahap yang selanjutnya, yaitu crisis atau culture shock Pujiriyani Rianty, 2010.
b. Tahap crisis atau culture shock
Pada tahap kedua ini, individu mungkin mengalami beberapa masa sulit dan krisis dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya
kesulitan dalam komunikasi yang mungkin terjadi, seperti tidak dipahami oleh individu lain Odera, 2003. Pada tahap ini, mungkin
ada perasaan ketidakpuasan, ketidaksabaran, marah, sedih dan inkompetensi perasaan. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang
mencoba untuk beradaptasi dengan budaya baru yang sangat berbeda dengan budaya lamanya Odera, 2003.
Biasanya individu-individu akan berpaling kepada teman- teman yang berasal dari daerah yang sama, yang dianggap lebih bisa
diajak bicara dengan cara pandang yang sama. Seringkali muncul pendewaan terhadap kultur yang paling baik, dan mengkritik kultur
barunya sebagai kulutr yang tidak masuk akal, tidak menyenangkan dan aneh Irwin, 2007.
Transisi antara metode lama yang digunakan untuk beradaptasi dengan individu-individu di lingkungan yang baru adalah proses yang
sulit dan membutuhkan waktu untuk dapat menyelesaikannya. Selama masa transisi ini, individu akan mengalami perasaan ketidakpuasan
yang kuat Odera, 2003. Oberg menyebut masa ini sebagai masa krisis yang akan
menentukkan apakah individu akan tinggal atau meninggalkan tempat barunya. Pada masa ini bisa muncul keinginan regresi, keinginan-
keinginan untuk pulang ke rumah, rindu dengan dengan kondisi- kondisi yang ada di daerah asalnya serta mendapatkan perlindungan
dari individu-individu yang memiliki budaya yang sama dalam Irwin, 2007.
Di tahap ini, individu seringkali menyadari bahwa kemampuan berbahasa individu tidak cukup baik untuk membantunya di
lingkungan yang baru.Selain itu, individu mulai merindukan tentang kampung halamannya, seperti cuaca, jenis-jenis olahraga yang populer,
atau makanan aneh yang mereka makan pada waktu libur festival. Tahap ini berlangsung selama 6 sampai 18 bulan setelah melewati
tahap honeymoon Lysgaard dalam Heine, 2008.
c. Tahap recovery
Tahap ini meliputi kemampuan individu memecahkan krisis yang dimiliki dan mempelajari budaya yang ada di lingkungan barunya
Oberg dalam Ward, Bochner Furnham, 2001. d.
Tahap adjustment Tahap ini menggambarkan perasaan senang dan telah memiliki
kemampuan fungsional yang baik dalam lingkungan barunya Oberg dalam Ward, Bochner Furnham, 2001.Dimana, individu mulai
merasa terbiasa dan mulai menikmati pengalaman yang dimiliki. Kemampuan berbahasa individu juga mulai meningkat dan dapat
mengikuti pola kehidupan sehari-hari.Individu juga lebih mampu untuk bersahabat dengan orang-orang lokal dan dapat beradaptasi
dengan hal-hal di lingkungan yang baru.Individu sudah tidak merasa aneh di lingkungan barunya. Kemampuan individu dalam berpikir juga
sudah bisa menyesuaikan dengan orang-orang di lingkungan barunya. Keadaan ini dapat bertahan selama beberapa tahun lamanya Lysgaard
dalam Heine, 2008.
3. Gejala – gejala