jatuh sampai 80. Pada orang sehat dalam kondisi hipoksia, bias pulsa oksimetri bervariasi dari -15.0 menjadi 13,1 sedangkan presisi berkisar 1,0-16,0. Dalam sebuah
penelitian pada pasien kritis, delapan dari 13 pulseoksimetri memiliki bias ± 5 saat saturasi kurang dari 80.
33
Pada pasien PPOK, pulseoksimetri berguna pada pasien derajat berat VEP1 50 prediksi, pada pasien eksaserbasi akut, juga digunakan di rumah untuk
membantu manajemen mereka di bawah bimbingan dokter. Penting untuk dicatat bahwa pulseoksimetri berfungsi melengkapi bukan bersaing dengan spirometri dalam penilaian
pasien PPOK. Spirometri tetap standar emas untuk mendiagnosis PPOK, sementara pulseoksimetri menyediakan metode cepat untuk penilaian saturasi oksigen dalam
jangka pendek pasien dengan gangguan pernapasan.
2.8.1 Prinsip penggunaan pulseoksimetri.
35
Prinsip penggunaan pulseoksimetri sebagai alat untuk mengukur kejenuhan HbO
2
pada pembuluh darah tepi adalah elektrofotometri. Alat ini biasanya diletakkan pada jari atau daun telinga. Prinsip dasar kerjanya adalah membandingkan penyerapan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu oleh HbO
2
dengan Hb total HbO
2
+ Hb. Pada alat ini digunakan cahaya dengan dua panjang gelombang yang berbeda,
yaitu dengan panjang gelombang dimana molekul HbO
2
dan Hb mempunyai nilai penyerapan yang sama 850 nm dan cahaya dengan panjang gelombang dimana
molekul HbO
2
dan Hb mempunyai nilai selisih penyerapan terbesar 660 nm dimana perbandingan nilai penyerapan oleh dua molekul ini diketahui. Penyerapan cahaya yang
dipancarkan ini disebabkan oleh dua unsur yaitu ketebalan jaringan ketebalan dan pigmentasi sebagai komponen statis dan pembuluh darah arterial yang berdenyut
sebagai komponen pulsatil. Rangkaian elektronik pada alat ini dirancang untuk mampu
Universita Sumatera Utara
membedakan antara cahaya yang diserap oleh komponen statis dengan cahaya yang diserap oleh komponen pulsatil, pada kedua panjang gelombang diatas dan hanya
komponen pulsatil yang ditampilkan oleh alat ini. Perbandingan komponen pulsatil pada kedua panjang gelombang cahaya diatas dibandingkan secara empiris dengan
pemeriksaan SaO
2
yang dilakukan secara invasif sehingga nilai SaO
2
pada pulse oksimeter tidak memerlukan kalibrasi.
Pulseoksimetri
36
adalah alat yang berguna untuk tujuan klinis untuk mengukur secara tidak langsung saturasi oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dengan
pulseoksimetri SpO
2
dapat digunakan untuk evaluasi dan kontrol hipoksemia pada PPOK. Hal ini dapat dibedakan dari komponen yang tidak berdenyut karena vena,
kapiler, dan jaringan penyerapan cahaya. Sebuah dioda pemancar cahaya merah LED
pada satu sisi probe dengan LED infra merah fotodetektor di sisi lain. Cahaya transmisi yang diterima foto detektor dibagi menjadi
dua komponen A dan B. Komponen A ditransmisikan oleh cahaya dengan intensitas yang berbeda dimana terjadi suatu sistol
dan ini berfungsi sebagai pulsasi dari darah arteri yang teroksigenasi. Komponen B adalah transmisi cahaya selama diastole yang memiliki intensitas yang konstan dan
merupakan fungsi jaringan yang bervariasi seperti pigmen kulit, otot, lemak, tulang, dan darah vena. Pulse oksimetri membagikan absorbsi pulsasi dari komponen A
dengan mengabsorbsi cahaya latar belakang komponen B pada dua panjang gelombang yang berbeda untuk mendapatkan ratio absorbsi R.
37
Fotodetektor menukar sinyal cahaya kepada sinyal elektrik yang seterusnya diamplifikasi dan dikonversi kepada informasi digital. Persentasi SpO
2
ditentukan menurut ratio absorbsi warna merah pada gelombang infra merah. Maka, persentasi
Universita Sumatera Utara
SpO
2
digunakan untuk mengestimasi saturasi oksigen arteri per jumlah hemoglobin yang terdapat dalam darah SaO
2
.
36
2.8.2 Keterbatasan pulse oksimetri