2.3.4. Infeksi .
Peran infeksi virus pada saluran napas atas dan bawah dalam patogenesis PPOK masih belum jelas. Infeksi saluran pernapasan pada masa kanak-kanak juga
berhubungan dengan penurunan fungsi paru dan meningkatkan masalah pernapasan pada saat dewasa yang mana dapat menyebabkan PPOK. Saat PPOK ditegakkan
kejadian eksaserbasi berulang oleh bakteri maupun virus sering dijumpai dan berperan dalam obstruksi jalan napas hingga menyebabkan penurunan fungsi paru. Penelitian
Levent Erkan dkk di Turki 2002 meneliti kultur sputum penderita PPOK eksaserbasi hasilnya 46 disebabkan oleh infeksi bakteri tipikal dan 26 oleh bakteri atipikal dan
penyebab yang paling banyak adalah Haemophilus influenzae 30.
2.3.5. Faktor genetik .
21
Hal ini jarang didapati. Faktor genetik yang paling sering disebutkan dalam literatur adalah defisiensi dari alpha- 1 antitripsin yang merupakan inhibitor dari serine
protease yang terbanyak beredar dalam sirkulasi. Hal ini terutama dapat dilihat pada emfisema panasinar yang secara umum menyerang paru bagian bawah.
1 7
Defisiensi genetik dari alpha 1 antitripsin berhubungan dengan emfisema pada usia muda. Hal ini menyumbang sedikitnya 1 dari semua kasus PPOK namun untuk
protease lain yang tidak teridentifikasi ini mungkin penting.
20
2.3.6. Jenis kelamin
Sering dinyatakan bahwa PPOK umumnya pada pria. Saat merokok dan paparan kerja diperhitungkan, risiko relatif berkembangnya PPOK pada pria lebih tinggi
dibanding pada wanita menjadi tidak signifikan.
17
Jenis kelamin juga menjadi faktor risiko PPOK karena ada interaksi antara jenis kelamin dengan berbagai faktor risiko
PPOK. Silverman dkk menemukan wanita memiliki prevalensi lebih tinggi 74 pada
Universita Sumatera Utara
84 studi yang mengikutsertakan PPOK berat. Perempuan perokok juga dua kali lebih mudah terjadinya obstruksi saluran napas dan 3,5 kali lebih mudah mengalami obstruksi
berat dibandingkan laki-laki perokok.
2.3.7. Status sosio-ekonomi .
15
Pada penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 1950 dan 1960, ditemukan PPOK dengan prevalensi tinggi pada sosioekonomi rendah. Prevalensi tinggi juga
dijumpai pada mereka yang merokok dengan tingkat sosioekonomi rendah, dan mereka lebih cenderung untuk dipekerjakan di lapangan pekerjaan di mana mereka mungkin
berisiko mendapat paparan di tempat kerja. Kondisi perumahan yang sangat miskin dan penggunaan bahan bakar fosil untuk pemanasan tanpa ventilasi yang memadai mungkin
juga merupakan faktor penyebab yang penting. Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan PPOK yang paling signifikan
adalah merokok. Pajanan asap rokok menyebabkan proses inflamasi yang mempengaruhi sedikit banyak jalan napas dan juga mempengaruhi mekanisme
pertahanan tubuh.
17
17, 20
2.4 Patofisiologi PPOK