Pursed lip breathing Rancangan Penelitian

ketidaknyamanan kaki. Dengan demikian, telah ditunjukkan bahwat latihan yang dinamis akan mengurangi dipsnea secara signifikan setelah periode 8 hingga 10 minggu latihan pada latihan dengan beban yang sedang 60-70 puncak kapasitas sedangkan respon kinetik dari pengambilan oksigen dan denyut jantung untuk beban konstan latihan bertambah, sehingga fungsi kardiovaskular akan meningkat. 31 Tes 6 menit berjalan umumnya digunakan untuk menilai kapasitas latihan pada pasien jantung dan paru sedang sampai berat. Meskipun pengukuran pertama pada tes ini adalah jarak jalan, namun saturasi oksigen selama tes penting juga diukur. Penelitian terbaru menunjukkan penurunan saturasi oksigen selama tes pada pasien PPOK dan fibrosis paru idiopatik dapat memperkirakan angka kematian. Deteksi akurat dari penurunan saturasi mungkin penting dalam penilaian prognosis dan petunjuk terapi.

2.7. Pursed lip breathing

33 Pursed lip breathing PLB adalah teknik dimana ekshalasi udara dilakukan melalui penyempitan bibir. Meskipun manuver pernapasan sering secara spontan diadopsi oleh pasien PPOK, hal ini juga secara rutin diajarkan sebagai latihan bernapas dalam program rehabilitasi paru dan dipercaya dapat mengurangi dispnea. Tampaknya tidak semua pasien PPOK mendapat manfaat dari teknik ini. PLB bertujuan untuk meningkatkan ekspirasi dengan cara memperpanjang waktu ekspirasi secara aktif melalui bibir setengah terbuka untuk mencegah kolapsnya jalan napas. Pasien menghirup udara melalui hidung selama beberapa detik dengan mulut tertutup dan kemudian buang napas perlahan selama 4 detik. Dibandingkan dengan pernapasan spontan PLB dapat mengurangi laju napas, dispnea dan PaCO 34 2 , meningkatkan volum tidal dan saturasi oksigen saat istirahat. Namun aplikasi PLB saat treadmill tidak menunjukkan peningkatan gas darah. Beberapa pasien PPOK Universita Sumatera Utara menggunakan teknik secara naluriah, sementara pasien lain tidak. Perubahan ventilasi semenit dan pertukaran gas tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada pasien yang secara klinis sesaknya berkurang. Beberapa pasien mendapat keuntungan melalui peningkatan volum tidal, penurunan frekuensi napas, ventilasi semenit dan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri PaCO 2 . Di sisi lain beberapa laporan menunjukkan manfaat penurunan elastic recoil. PLB juga dicatat dapat meningkatkan tekanan parsial oksigen dalam darah arteri PaO 2 dan persentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam darah arteri SaO 2 . Perubahan konsumsi oksigen VO 2 kurang konsisten. PLB dilaporkan dapat mengurangi dispnea dan karenanya dapat meningkatkan toleransi latihan serta mengurangi keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari.

2.8. Pulse oksimetri

34 Pulse oksimetri adalah suatu metode noninvasif untuk mengukur persentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen di dalam darah. Dalam beberapa tahun terakhir pulse oksimetri telah mengalami kemajuan teknologi yang pesat. Karena ukurannya kecil dan harga yang terjangkau, pulse oksimetri telah banyak digunakan di tempat pelayanan kesehatan yang mencakup perawatan intensif, ruang rehabilitasi, dan monitoring pasien anestesia. Data yang ada telah melaporkan bahwa pulse oksimetri dapat digunakan pada pasien dengan insufisiensi pernapasan akut termasuk serangan asma akut dan follow up gangguan pernapasan kronik. Kebanyakan transport oksigen oleh sel darah merah melalui ikatan dengan hemoglobin dan derajat ikatan ini disebut saturasi yaitu menunjukkan persentase hemoglobin yang terisi dengan oksigen. Pulse oksimeter bekerja dengan cara mendeteksi dan mengkalkulasi absorpsi cahaya yang masuk untuk menghasilkan 35 Universita Sumatera Utara pengukuran yaitu SpO 2 dimana memberikan gambaran saturasi oksigen darah arteri SaO 2 . Pulse oksimetri mendeteksi transmisi cahaya menggunakan dua gelombang yang disesuaikan untuk deoksigenasi dan oksigenasi hemoglobin. Sinyal ini berbeda dalam menyerap cahaya antara gelombang sistolik dan diastolik, perbedaannya 1–10 dari total cahaya yang diabsorpsi. Karboksihemoglobin dan methemoglobin mengabsorpsi cahaya pada gelombang yang sama seperti deoksihemoglobin, maka persentase HbO 35 2 menjadi overestimasi oleh kehadiran HbCO. Kelemahan pulse oksimeter yaitu tidak sensitif pada hipoksemia tingkat rendah yaitu saat Pa,O2 berkisar 13.3 turun menjadi 10 kPa perubahan HbO 2 hanya 3 97.5 sampai 94.5 sesuai bentuk kurva disosiasi oksihemoglobin. Keunggulan pulse oksimetri adalah kemampuannya dalam mengikuti perubahan dari istirahat ke latihan, dari udara luar ke pernapasan, dan monitoring oksigen pada malam hari. 35,36 Penggunaan pulse oksimetri di laboratorium dan di rumah dapat menilai terapi oksigen di rumah, monitoring saat latihan, monitoring di rumah pasien sendiri sepanjang hari. Penelitian Razi dkk menunjukkan pemeriksaan spirometri pada beberapa penyakit paru dengan SpO 36 2 lebih dari 80 memiliki akurasi yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pengganti AGDA. Pada pasien dengan saturasi oksigen kurang dari 80 maka penggunaan pulseoksimetri tidak dapat menggantikan AGDA. 19 Pada orang sehat, hasil pemeriksaan pulseoksimetri umumnya memiliki perbedaan rata-rata bias kurang dari 2 dan standar deviasi presisi kurang dari 3 saat SaO 2 90 atau lebih. Hasil yang sebanding juga telah diperoleh pada pasien sakit kritis dengan perfusi arteri yang baik. Akurasi pulseoksimetri menurun ketika SaO 2 Universita Sumatera Utara jatuh sampai 80. Pada orang sehat dalam kondisi hipoksia, bias pulsa oksimetri bervariasi dari -15.0 menjadi 13,1 sedangkan presisi berkisar 1,0-16,0. Dalam sebuah penelitian pada pasien kritis, delapan dari 13 pulseoksimetri memiliki bias ± 5 saat saturasi kurang dari 80. 33 Pada pasien PPOK, pulseoksimetri berguna pada pasien derajat berat VEP1 50 prediksi, pada pasien eksaserbasi akut, juga digunakan di rumah untuk membantu manajemen mereka di bawah bimbingan dokter. Penting untuk dicatat bahwa pulseoksimetri berfungsi melengkapi bukan bersaing dengan spirometri dalam penilaian pasien PPOK. Spirometri tetap standar emas untuk mendiagnosis PPOK, sementara pulseoksimetri menyediakan metode cepat untuk penilaian saturasi oksigen dalam jangka pendek pasien dengan gangguan pernapasan.

2.8.1 Prinsip penggunaan pulseoksimetri.

35 Prinsip penggunaan pulseoksimetri sebagai alat untuk mengukur kejenuhan HbO 2 pada pembuluh darah tepi adalah elektrofotometri. Alat ini biasanya diletakkan pada jari atau daun telinga. Prinsip dasar kerjanya adalah membandingkan penyerapan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu oleh HbO 2 dengan Hb total HbO 2 + Hb. Pada alat ini digunakan cahaya dengan dua panjang gelombang yang berbeda, yaitu dengan panjang gelombang dimana molekul HbO 2 dan Hb mempunyai nilai penyerapan yang sama 850 nm dan cahaya dengan panjang gelombang dimana molekul HbO 2 dan Hb mempunyai nilai selisih penyerapan terbesar 660 nm dimana perbandingan nilai penyerapan oleh dua molekul ini diketahui. Penyerapan cahaya yang dipancarkan ini disebabkan oleh dua unsur yaitu ketebalan jaringan ketebalan dan pigmentasi sebagai komponen statis dan pembuluh darah arterial yang berdenyut sebagai komponen pulsatil. Rangkaian elektronik pada alat ini dirancang untuk mampu Universita Sumatera Utara membedakan antara cahaya yang diserap oleh komponen statis dengan cahaya yang diserap oleh komponen pulsatil, pada kedua panjang gelombang diatas dan hanya komponen pulsatil yang ditampilkan oleh alat ini. Perbandingan komponen pulsatil pada kedua panjang gelombang cahaya diatas dibandingkan secara empiris dengan pemeriksaan SaO 2 yang dilakukan secara invasif sehingga nilai SaO 2 pada pulse oksimeter tidak memerlukan kalibrasi. Pulseoksimetri 36 adalah alat yang berguna untuk tujuan klinis untuk mengukur secara tidak langsung saturasi oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dengan pulseoksimetri SpO 2 dapat digunakan untuk evaluasi dan kontrol hipoksemia pada PPOK. Hal ini dapat dibedakan dari komponen yang tidak berdenyut karena vena, kapiler, dan jaringan penyerapan cahaya. Sebuah dioda pemancar cahaya merah LED pada satu sisi probe dengan LED infra merah fotodetektor di sisi lain. Cahaya transmisi yang diterima foto detektor dibagi menjadi dua komponen A dan B. Komponen A ditransmisikan oleh cahaya dengan intensitas yang berbeda dimana terjadi suatu sistol dan ini berfungsi sebagai pulsasi dari darah arteri yang teroksigenasi. Komponen B adalah transmisi cahaya selama diastole yang memiliki intensitas yang konstan dan merupakan fungsi jaringan yang bervariasi seperti pigmen kulit, otot, lemak, tulang, dan darah vena. Pulse oksimetri membagikan absorbsi pulsasi dari komponen A dengan mengabsorbsi cahaya latar belakang komponen B pada dua panjang gelombang yang berbeda untuk mendapatkan ratio absorbsi R. 37 Fotodetektor menukar sinyal cahaya kepada sinyal elektrik yang seterusnya diamplifikasi dan dikonversi kepada informasi digital. Persentasi SpO 2 ditentukan menurut ratio absorbsi warna merah pada gelombang infra merah. Maka, persentasi Universita Sumatera Utara SpO 2 digunakan untuk mengestimasi saturasi oksigen arteri per jumlah hemoglobin yang terdapat dalam darah SaO 2 . 36

2.8.2 Keterbatasan pulse oksimetri

Pulse oksimetri memiliki sejumlah keterbatasan yang dapat menyebabkan pembacaan tidak akurat. Pulse oksimetri mengukur SaO 2 yang fisiologis terkait dengan tekanan oksigen arteri PaO2 sesuai dengan kurva disosiasi HbO 2 . Karena kurva disosiasi HbO 2 memiliki bentuk sigmoid, pulse oksimetri relatif tidak sensitif dalam mendeteksi pengembangan hipoksemia pada pasien dengan tingkat dasar tinggi PaO 2 . 37 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perkiraan oleh pulse oksimeter meliputi konsentrasi arteri karboksihemoglobin HbCO dan methemoglobin MetHb, kehadiran pewarna intravena, variabilitas LED, tingkat hipoksemia, pigmen kulit,dan respon sinyal. Keakuratan pengukuran ko-oksimeter dipengaruhi oleh frekuensi instrumen, kalibrasi dan teknik pengambilan sampel darah. Dua komponen sebagaimana dicatat mengasumsikan, pulse oksimeter mampu membedakan hanya dua hemoglobin HbO, dan Hb. Algoritma yang digunakan dalam pulseoksimetri menggabungkan kurva kalibrasi berasal dari studi di mana tingkat saturasi oksigen arteri adalah 70. Selain itu, selama kondisi hipoksia, tingkat hemoglobin berkurang sangat besar sehingga dapat memperbesar kesalahan. Fanconi melaporkan penggunaan pulse oksimetri selama episode hipoksemia pada 9 penelitian dan menemukan hasil yang beragam. Secara keseluruhan, hanya sedikit pulseoksimeters yang berkinerja yang baik pada tingkat saturasi oksigen kurang dari 70. Selain itu, menurut Technology Assessment Task Force of the Society of Critical Care Medicine dan AARC menduga bahwa untuk tingkat SaO 2 kurang dari 80 pembacaan pulse oksimetri kurang akurat Universita Sumatera Utara karena oksihemoglobin dan deoksihemoglobin hampir sama warnanya pada tingkat kejenuhan saturasi. 38,39,40 Ketika perfusi jaringan perifer buruk, sinyal dari aliran darah akan terganggu. Dengan demikian, jika pulsa perifer tidak ada cardiac arrest atau amplitudo rendah hipovolemia, hipotensi, hipotermia, edema perifer, alpha-adrenergik infus, syok kardiogenik, atau bypass jantung, pembacaan pulse oksimetri akan terputus-putus atau tidak muncul. 38,40,41 Tabel 1. Keterbatasan pulseoksimetri. Kondisi Permasalahan SpO 2 Pulse oksimetri dapat berlebihan dalam menilai saturasi oksigen, terutama pada kulit berpigmen gelap 80 Rendahnya perfusi seperti pada hipotensi, hipovolemia, cuaca dingin, atau gagal jantung Dapat mengakibatkan mesin tidak dapat membaca hasil Anemia Pengiriman oksigen ke jaringan tidak memadai, tetapi SpO 2 Paparan karbon monoksida normal Karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin, sehingga transportasi oksigen tidak memadai meskipun Sedang memakai obat retroviral pembacaan pulse oksimetri normal Mempengaruhi ikatan oksigen dengan hemoglobin Pergerakan pasien, pasien menggigil, aritmia jantung Pulse oksimetri mungkin tidak dapat mengidentifikasi sinyal secara memadai Penggunaan cat kuku, kotor, kuku palsu Dapat menyebabkan kesalahan pembacaan atau tidak mampu membaca Penyakit sickle sel Dapat mengacaukan hasil terutama pada anak-anak Universita Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan pre eksperimen dengan rancangan one group pre dan post test dengan tujuan menilai saturasi oksigen sebelum dan setelah latihan fisik penderita PPOK stabil.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian