Kandungan Senyawa aktif pada Jahe Kandungan Senyawa Aktif pada Temulawak

-H -H = bis-desmetoksikurkumin Gambar 5 Struktur kurkuminoid pada Temulawak.

F. Pentingnya Penentuan Konsentrasi Senyawa Aktif Tanaman Obat

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi hayati cukup besar dalam tanaman obat. Di Indonesia, tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat dan industri dalam pembuatan jamu. Pada akhir-akhir ini, perusahaan farmasi pun telah memanfaatkan tanaman obat tradisional pada produk- produknya. Penggunaannya yang semakin meluas, mengakibatkan kualitas senyawa baku tanaman obat menjadi fokus perhatian, terutama untuk kalangan jamu dan industri farmasi, untuk menjamin agar produknya dapat bersaing dan diterima oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan adanya persyaratan ISO9000 dan ISO14000, kualitas bahan baku tanaman obat harus menjadi ukuran baku dalam jaminan kualitas suatu produk industri jamu dan farmasi Dhanutirto 2001. Proses penentuan konsentrasi senyawa aktif atau senyawa penciri yang dikandung oleh suatu tanaman obat perlu dilakukan secara cepat dan akurat. Untuk itu sangat diperlukan metode yang handal tetapi relatif mudah untuk dioperasikan. Secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa aktif dapat diketahui antara lain melalui metode HPLC High Performance Liquid Chromatography dengan mengetahui pola kromatogram dan memperbandingkan luas area terhadap suatu standar senyawa yang diketahui. Metode kualitatif lain yang juga sering digunakan adalah spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared yang pada dasarnya memberikan informasi mengenai keragaan gugus fungsi, yang dapat menjadi penanda stabilitas suatu proses untuk melihat pola tapak finger print yang dapat berulang reproducable. Setiap jenis senyawa aktif atau senyawa identitas marker compound secara kimiawi akan memberikan pola tapak FTIR yang juga pola kromatogram yang tertentu tergantung responnya. Kedua peubah ini dapat dimanfaatkan untuk melihat konsistensi respons suatu proses kalibrasi atau standarisasi mutu bahan baku maupun stabilitas proses. Khasiat tanaman obat tidak terlepas dari kandungan kimiawinya, sedangkan kandungan kimia dari masing-masing tanaman obat bisa berbeda disetiap wilayah atau negara karena tergantung pada iklim, ketinggian, jenis tanah, perlakuan terhadap tanaman dan cara pengolahannya seperti infus, dekok, tingtur dan sebagainya Dhanutirto 2001. Di dalam proses industri kita mengenal adanya senyawa aktif dan senyawa penciri. Senyawa penciri dapat aktif atau tidak aktif, tetapi harus bersifat stabil selama proses. Oleh karena obat tradisional, baik dalam bentuk simplisia tunggal maupun ramuan, sebagian besar penggunaan dan kegunaannya masih berdasarkan pengalaman maka data yang meliputi kegunaan, dosis dan efek samping sebagian besar belum memiliki landasan ilmiah yang kuat. Demikian pula tentang kandungan senyawa aktif dan penciri dalam tanaman obat belum mendapat perhatian yang baik, padahal pengetahuan tentang kandungan senyawa aktif dan penciri suatu tanaman obat dapat memberi arahan tentang kegunaan dan cara penggunaan tanaman obat tersebut Hadiwigeno 1993.Penentuan konsentrasi secara kimia dilakukan melalui penentuan kandungan senyawa aktif atau senyawa penciri. Proses penentuan konsentrasi ini dilakukan melalui proses yang panjang meliputi penghancuran bahan, pelarutan, dan pengukuran dengan HPLC dan FTIR. Proses ini memerlukan waktu dan biaya yang relatif mahal. Alternatif cara penentuan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan model kalibrasi yang menyatakan hubungan antara kandungan senyawa aktif atau penciri hasil pengukuran HPLC dengan data hasil pengukuran FTIR absorban. Ketersediaan model ini akan menghemat waktu dan biaya. Proses penentuan kandungan senyawa aktif atau penciri dapat dilakukan melalui sampel secara sederhana dan cepat. Selain itu penentuan ini dapat dilakukan berdasarkan serbuk kasar sehingga tidak perlu proses yang panjang. Hal ini akan menunjang industri dan perdagangan serbuk kasar tanaman obat.

G. Model Dasar Kalibrasi

Model kalibrasi menggambarkan hubungan antara berbagai respons dari instrumen analitik dengan satu atau lebih karakteristik dari suatu bahan aktif. Model ini mengandung parameter yang nilainya harus diduga dari referensi agar dapat digunakan untuk menduga karakteristik dari bahan aktif baru yang belum