PEMBAHASAN UMUM Improvement Calibration Models with bayesian Approach (Cases Medicinal Plants)
mampu memberikan nilai RMSEP, MSEP dan SEP yang lebih kecil dibanding model kalibrasi yang dibentuk dari data yang tidak dikoreksi pencarannya.
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Regresi Terpenggal Segmented Regression untuk pereduksian data keluaran FTIR.
Penerapan pendekatan ini untuk pereduksian data keluaran FTIR belum pernah dilakukan oleh peneliti lain
. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kelebihan
atau keunggulan penggunaan pendekatan Regresi Terpenggal untuk model kalibrasi. Beberapa kelebihan pendekatan ini adalah 1 Pereduksian data
dilakukan dengan tidak mengilangkan pola sebaran data 2 Menanggulangi permasalahan dimensi data yang besar, dan 3 Pengukuran kebaikan hasil
menggunakan acuan yang pasti. Secara teori juga dibuktikan bahwa pendekatan regresi terpenggal memungkinkan dilakukan untuk berbagai pola spektrum
keluaran FTIR. Pada pendekatan ini suatu spektrum dipenggal menjadi beberapa bagian, dengan tiap bagian membentuk suatu pola garis lurus. Antara tiap bagian
dihubungkan oleh satu titik breakpoints. Besaran titik breakpoints akan selalu diperoleh karena vektor dugaan parameter persamaan garis lurus termasuk
didalamnya dugaan titik breakpoints pada setiap bagian bersifat konsisten dan asymptotic solution
. Pendekatan regresi terpenggal akan mereduksi jumlah titik persen transmitan suatu spektrum p menjadi lebih kecil p
, p p.
Pendekatan ini menghasilkan p peubah bebas yang tetap saling berkorelasi.
Sehingga bila ingin dilakukan penyusunan model kalibrasi masih diperlukan tahapan analisis untuk mengatasi permasalahan kekolinearan ganda antara peubah
bebas yaitu pentransformasian dari peubah yang bersifat kolinear tersebut menjadi peubah baru yang relatif lebih bebas satu sama lain, atau dipilih metode
pendekatan yang dapat diterapkan pada kasus terdapat kekolinearan ganda. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan pada kasus terdapat
kekolinearan ganda adalah pendekatan Bayes. Pendekatan ini memungkinkan digunakan untuk mengatasi masalah kolinearitas, karena dalam pendekatan ini
informasi baru ditambahkan kedalam model dengan cara mengganggap bahwa parameter model berasal dari sebaran tertentu sehingga tidak bersifat
deterministik. Sebaran ini dikenal sebagai sebaran prior yang mencerminkan keyakinan kita tentang besarnya parameter tersebut. Beberapa kajian pustaka yang
disajikan pada BAB II menunjukkan bahwa pendekatan Bayes ini sangat baik digunakan untuk menyusun model kalibrasi du Plessis dan van der Merwe 1995;
Wigena dan Aunuddin 1998; West 2003; Rahayu 2003; Notodiputro 2003. Kriteria kebaikan model yang diperoleh dilihat dari koefisien Jumlah Kuadrat
Galat JKG dan R
2
. Hasil keseluruhan yang diperoleh menunjukkan bahwa pendekatan Bayes memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pendekatan
lain. Berdasarkan kajian pustaka tersebut dilakukan kajian simulasi dan teori penyusunan model kalibrasi menggunakan pendekatan Bayes. Model pendekatan
Bayes terbaik hasil kajian simulasi, diterapkan pada data pengamatan yang diperoleh dari tiga sumber data yaitu: 1 Data hasil pengamatan rimpang
temulawak dan jahe dua daerah sentra produksi tanaman obat yaitu Kulonprogo- Jawa Tengah dan Karanganyar-D.I. Yogyakarta, 2 Data hasil percobaan rimpang
temulawak di Kebun percobaan Biofarmaka-IPB yang berlokasi di Cikabayan- Bogor, dan 3 Data hasil pembelian contoh rimpang jahe dan temulawak yang
berasal dari Balitro, Bogor, Majalengka dan Sukabumi. Selanjutnya dalam kajian simulasi penyusunan model kalibrasi digunakan
pendekatan bayes dengan kondisi data np dan terdapat kekolinearan ganda. Penggunaan pendekatan Bayes non hirarki untuk menyusun model kalibrasi
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu jumlah peubah bebas yang digunakan p, besaran korelasi antara peubah bebas, penetapan nilai awal
σ
2
dan penetapan sebaran prior â. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh menunjukkan
pendekatan Bayes berhirarki lebih baik digunakan dibandingkan pendekatan Bayes non hirarki. Pada penelitian ini diperoleh pendekatan Bayes berhirarki
yang bersifat robust, yaitu pendekatan yang tidak dipengaruhi oleh jumlah peubah bebas yang digunakan p, besaran korelasi antara peubah bebas, penetapan nilai
awal σ
2
dan penetapan sebaran prior â. Pendekatan ini menghasilkan nilai JKG dan RMSE yang lebih baik dibandingkan model lainnya. Pendekatan terbaik yang
diperoleh untuk penyusunan model kalibrasi adalah pendekatan Bayes dengan perilaku â berhirarki dan σ acak
Secara teori ditunjukkan bahwa sifat-sifat statistik dari dugaan model kalibrasi dengan pendekatan Bayes bersifat bias. Besarnya bias dipengaruhi oleh
simpangan antara prior yang ditetapkan dengan nilai parameter yang
sesungguhnya. Semakin besar simpangan antara prior yang ditetapkan dengan nilai parameter yang sesungguhnya, maka bias yang dihasilkan akan semakin
besar. Pada penyusunan model kalibrasi Gingerol dan Kurkumin untuk data
pengamatan, data persen transmitan hasil keluaran FTIR terlebih dahulu direduksi menggunakan pendekatan Regresi Terpenggal. Penyusunan model kalibrasi
dilakukan menggunakan pendekatan bayes dengan perilaku â berhirarki dan σ
acak. Pada model kalibrasi Gingerol dimasukkan peubah dummy waktu penyimpanan, karena untuk Gingerol lama penyimpanan serbuk Jahe akan
mempengaruhi konsentrasi Gingerol dari serbuk Jahe tersebut. Penggunaan dummy
waktu penyimpanan karena dalam penelitian ini tidak dilakukan pengamatan lama penyimpanan serbuk jahe. Dua kategori dummy waktu yang
digunakan, yaitu untuk waktu penyimpanan yang relatif sebentar kurang dari 3 bulan dan waktu penyimpanan lama lebih dari 3 bulan. Model kalibrasi
Gingerol dan Kurkumin yang diperoleh memberikan nilai dugaan konsentrasi pengamatan dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Hasil dugaan
konsentrasi Gingerol dan Kurkumin yang diperoleh mendekati nilai pengamatan yang sesungguhnya.
Sunaryo 2005 dan Arnita 2005 menggunakan data yang sama dengan penelitian ini menyusun model kalibrasi Gingerol dan Kurkumin dengan
menggunakan dua pendekatan yang berbeda. Sunaryo 2005 dengan menggunakan transformasi wavelet dan Regresi Komponen Utama menghasilkan
nilai RMSEP untuk penyusunan model kalibrasi Gingerol dan Kurkumin masing- masing sebesar 0.1072 dan 0.1715. Arnita 2005 menggunakan koreksi pencaran
dan Regresi Komponen Utama untuk penyusunan model kalibrasi Gingerol menghasilkan RMSEP sebesar 0,1096. Pada penelitian ini besaran RMSEP yang
dihasilkan pada penyusunan model kalibrasi Gingerol dan Kurkumin masing- masing sebesar 0.0622 dan 0.107 Sehingga secara umum besaran RMSEP yang
diperoleh pada model kalibrasi Gingerol maupun model kalibrasi Kurkumin menggunakan pendekatan Regresi terpenggal dan pendekatan Bayes dengan
perilaku â berhirarki dan σ acak jauh lebih rendah bila dibandingkan hasil yang
diperoleh menggunakan Regresi Komponen Utama dengan transformasi wavelet atau regresi Komponen Utama dengan menggunakan koreksi pencaran.