Sumber daya kelembagaan dan modal sosial

Kelurahan Campaka Tahun 2004 memperlihatkan bahwa penduduk yang melanjutkan pendidikan ke D-1 hingga D-3 berjumlah 176 orang, S-1 berjumlah 279 orang, dan tamat S-2 sebanyak 25 orang. Data tersebut memperlihatkan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan upaya pengembangan masyarakat berjumlah cukup besar, namun kenyataannya inisiatif dan partisipasi mereka belum dapat dioptimalkan dalam upaya pemberdayaan usaha sektor informal. Kelembagaan sosial yang ada di Kelurahan Campaka masih dikuasai oleh wajah-wajah lama dan sebagian kecil yang berpendidikan tinggi. Kondisi tersebut diperkirakan akibat intensitas kesibukan kerja yang cukup tinggi yang dilakukan penduduk kelurahan Campaka 7.197 orang dimana 4.873 orang 67 bekerja sebagai pegawai swasta, 1.240 orang 17 bekerja sebagai pegawai negeri, 215 orang 3 bekerja sebagai anggota TNIKepolisian RI, dan 16 orang 0,2 bekerja sebagai pengusaha sehingga tidak memiliki waktu luang untuk berkecimpung secara optimal dalam kegiatan kemasyarakatan. Kemungkinan lain adalah ketidaksinambungan regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan di lingkungan masyarakat. Keberadaan pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka yang berkecimpung di bidang perdagangan sebesar 237 orang merupakan potensi yang perlu dikembangkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Potensi yang dapat dimanfaatkan dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain motivasi tinggi keinginan kuat pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik, keuletan berusaha, semangat dan pengalaman usaha yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan usaha. Pemanfaatan potensi tersebut dilakukan dengan mencari lokasi usaha yang potensial dan strategis, membuka usaha lain secara berkeliling, dan menambah jenis barang dagangan.

b. Sumber daya kelembagaan dan modal sosial

Kelembagaan sosial yang ada di Kelurahan Campaka antara lain Lembaga Pengabdian Masyarakat LPM Kelurahan, PKK, koperasi, usaha simpan pinjam, kelompok arisan, Karang Taruna, kelompok pengajianmajelis taklim, kelompok tani dan peternak, Wirakarya, kelompok pemuda Babakan Cianjur, dan forum Ngadu Bako. LPM Kelurahan adalah lembaga yang berasal dari perubahan nama dan struktur LKMD. Kelembagaan sosial yang ada merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian lokal dan menyukseskan pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat. Hanya saja sangat disayangkan potensi ini belum dimanfaatkan secara efektif. Potensi yang dapat dimanfaatkan dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain motivasi tinggi, keuletan, semangat dan pengalaman usaha yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan usaha. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Keberhasilan upaya pemberdayaan usaha sektor informal sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pendukung dan penghambat. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal sebaiknya didasarkan pada penganalisaan faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan usaha sektor informal. Kehadiran adanya faktor pendukung dan penghambat dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pelaku usaha sektor informal, tokoh masyarakat, aparat pemerintah setempat, dan instansi- instansi terkait yang memiliki perhatian terhadap pemberdayaan usaha sektor informal. Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh pelaku usaha sektor informal, tokoh masyarakat, aparat pemerintah setempat, dan instansi-instansi terkait memberikan gambaran tentang apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pemberdayaan usaha sektor informal antara lain adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang berorientasi pada pemberdayaan usaha sektor informal, adanya peluang mengakses pinjaman dari lembaga keuangan mikro, adanya peluang pelatihan kewirausahaan, dan keinginan kuat dari pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Faktor penghambat pemberdayaan usaha sektor informal antara lain ketidakjelasan mekanisme penyampaian informasi secara tepat sasaran mengenai program- program pengembangan masyarakat kepada pelaku usaha sektor informal, ketidakmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengorganisir dirinya. kekurangberfungsian kelembagaan dan modal sosial yang ada, dan kekurangmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses pasar dan keterbatasan modal. Penganalisaan terhadap faktor pendukung dan penghambat dijelaskan melalui analisis objek, analisis kegiatan, dan analisis sumber informasi. Penganalisaan terhadap faktor pendukung dapat diketahui pada tabel berikut : Tabel 6 Penganalisaan Faktor Pendukung Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal No. Faktor Pendukung Analisis Kegiatan Analisis Sumber Informasi 1 2 3 4 1. Ketersediaan program-program penanggulangan kemiskinan yang berorientasi pada pemberdayaan usaha sektor informal Pelaku usaha sektor informal sebaiknya berinisiatif mengakses program yang dapat dimanfatkan dalam pemberdayaan usaha sektor informal. Sumber informasi yang perlu diakses oleh pelaku usaha sektor informal antara lain : a. Surat Kabar, Majalah, Internet Multimedia b. Pihak pemerintah kota, LSM, Perbankan, Lembaga Keuangan Mikro, pihak swasta, dan perguruan tinggi 2. ketersediaan peluang mengakses pinjaman dari lembaga keuangan mikro Pelaku usaha sektor informal dilatih untuk membuat proposal dan dapat mengajukan permohonan dengan syarat dan akses yang mudah Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro 3. adanya peluang pelatihan kewirausahaan Pelaku usaha sektor informal melakukan pemilahan terhadap berbagai pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan siapa saja yang potensial untuk diberi pelatihan. Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : Pemerintah Kota, KADIN, dan LSM 4. keinginan kuat pelaku usaha sektor informal untuk mendapatkan taraf pendapatan dan kesejahteraan yang lebih baik Pelaku usaha sektor informal sebaiknya berinisiatif mengakses berbagai program pemberdayaan usaha sektor informal Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : Pemerintah Kota, Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro Tabel 7 Penganalisaan Faktor Penghambat Dalam Pemberdayaan Usaha Sektor Informal No. Faktor Penghambat Analisis Kegiatan Analisis Sumber Informasi 1 2 3 4 1. Ketidakjelasan mekanisme penyampaian informasi tepat sasaran mengenai program pengembangan masyarakat kepada pelaku usaha sektor informal Pemerintah Kelurahan dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Kelurahan sebaiknya melakukan sinergi kegiatan. Sumber informasi yang perlu diakses oleh pelaku usaha informal antara lain : Pemerintah Kelurahan, LPM Kelurahan, Ketua RW, Ketua RT. 2. ketidakmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengorganisir dirinya Pelaku usaha sektor informal sebaiknya melakukan pembentukan jaringan informasi antar pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : pemerintah kota, LPM Kelurahan, LSM, pihak swasta 3. Kekurangberfungsian kelembagaan dan modal sosial yang ada LPM Kelurahan sebaiknya menata kembali agenda kerja dan struktur kepengurusan Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : Pemerintah Kelurahan Campaka, Tokoh Masyarakat, Ketua RW dan Ketua RT 1 2 3 4 4. kekurangmampuan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses pasar dan keterbatasan modal Pelaku usaha sektor informal sebaiknya menyatukan visi dan kegiatan dalam kerangka yang jelas dan terencana Sumber informasi yang perlu dihubungi dan diakses : Pemerintah Kota, Pemerintah Kecamatan, pemerintah Kelurahan, Ketua RW dan Ketua RT. Penentuan Strategi Program dengan Analisis SWOT Perencanaan strategi program yang tepat sasaran harus didukung keterlibatan pelaku usaha sektor informal sebagai subyek aktif dalam berinisiatif dan berpartisipasi untuk mengembangkan usaha mereka melalui program pemberdayaan usaha sektor informal, sehingga mereka diharapkan mampu mengidentifikasi potensi, permasalahan, dan kebutuhan mereka serta mampu merancang sendiri program pemberdayaan usaha sektor informal yang sesuai dengan harapan, minat, dan tujuan mereka. Analisis SWOT dalam kajian pemberdayaan usaha sektor informal berupaya mengidentifikasi berbagai faktor internal maupun eksternal secara sistematis agar dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman threath. Penggunaan Analisis SWOT didasarkan atas pertimbangan bahwa analisis terhadap faktor-faktor strategis kelembagaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau disebut dengan analisis situasi diperlukan dalam proses pengambilan keputusan strategis. Analisis SWOT dalam kajian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara langsung dan diskusi kelompok serta data kuantitatif yang diperolah melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang telah ditetapkan sebagai stakeholder utama. Tahapan penggunaan analisis SWOT dalam pemberdayaan usaha sektor informal antara lain penetapan stakeholder utama, identifikasi SWOT, dan pemilihan strategi hasil analisis SWOT. Pemilihan strategi hasil analisis SWOT dapat dilihat pada tabel berikut : Penetapan Stakeholder Utama Pemberdayaan usaha sektor informal memerlukan keterlibatan berbagai stakeholder, tetapi banyaknya stakeholder yang terlibat tersebut masing-masing memiliki tujuan berbeda sehingga dapat menyebabkan kerancuan dalam penentuan S dengan O atau O dengan W yang dapat saling bertukar, maka pemilihan stakeholder dilakukan untuk mempersempit domain dokumen perencanaan agar mudah dikelola manageable Soesilo, 2002. Strategi yang akan dirancang dimaksudkan untuk memperkuat keberdayaan usaha sektor informal agar dapat memajukan usaha mereka dilakukan secara mandiri dan hasilnya diharapkan dapat diimplementasikan oleh mereka sendiri, sehingga dari berbagai stakeholder yang terlibat reponden dan informan dipilih stakeholder utama sebagai unit analisis SWOT. Stakeholder utama unit analisis SWOT adalah seluruh responden pelaku usaha sektor informal sebanyak 20 orang. Identifikasi SWOT Secara khusus identifikasi SWOT atau perumusan faktor internal strength dan weakness dan faktor eksternal opportunity dan threath dilaksanakan melalui diskusi kelompok, tetapi secara umum seluruh data yang diperoleh melalui teknik-teknik pengumpulan data lainnya juga digunakan dalam memperkaya data yang diperlukan dalam identifikasi SWOT tersebut. Pelaksanaan diskusi kelompok dihadiri pelaku usaha sektor informal sebagai stakeholder utama dan setiap peserta diskusi diberi kebebasan mengungkapkan pemikirannya berkaitan dengan permasalahan faktor internal dan eksternal dan pengevaluasian terhadap pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang ada di Kelurahan Campaka, kebutuhan melakukan pengembangan usaha melalui pemberdayaan usaha sektor informal, permasalahan internal dan eksternal usaha sektor informal, dan perancangan suatu program yang mudah dilaksanakan oleh pelaku usaha sektor informal. Akumulasi data yang telah diperoleh selanjutnya dijadikan dasar pengidentifikasian faktor internal dan eksternal. Strategi-strategi yang diperlukan SO, ST, WO, WT didasarkan pada perumusan faktor internal dan eksternal. Hasil identifikasi SWOT digambarkan dalam matriks analisis SWOT berikut ini : Tabel 12 . Matriks Analisis SWOT terhadap Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Faktor Internal Faktor Eksternal Strength S Weakness W 1. Motivasi untuk mengatasi permasalahan usaha 2. Keuletan dan semangat mengembangkan usaha 3. Pemanfaatan pengalaman usaha dalam mengembangkan usaha 4. Adanya kepercayaan, solidaritas, gotong royong 1. Kesulitan menambah modalmodal terbatas 2. Belum terbentuknya organisasi antar pelaku usaha sektor informal dan jaringan usaha 3. Belum adanya pihak-pihak yang benar-benar membela secara langsung kepentingan usaha sektor informal untuk memperkuat posisi usaha sektor informal 4. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan usaha 5. Belum adanya perbaikan sarana dan prasarana penunjang kegiatan usaha 6. Kesulitan mendapatkan Informasi usaha dan peluang pemasaran Opportunity O Strategi S → O Strategi W → O 1. Kebijakan pemerintah memberikan program-program bantuan usaha 2. Dukungan program, regulasi dan anggaran dari pemerintah kota 3. Bantuan teknis pengembangan usaha dari pemerintahpihak lain 4. Pengembangan sarana dan prasarana oleh pihak pemerintahpihak lainnya 5. Pemberian informasi dan strategi, dan keterampilan usaha dari pemerintahpihak lainnya 6. Perhatian dari pemerintahswasta lembaga swadaya masyarakat terhadap keberlangsungan usaha 1. Pengembangan kesiapan mental pelaku usaha dalam menghadapi pemberian bantuan usaha dari berbagai pihak pemberi bantuan 2. Penguatan kapasitas kepercayaan, solidaritas, dan kegotongroyongan antar pelaku usaha 3. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan usaha bagi pelaku usaha 4. Memberikan keleluasaan dan ketenangan berusaha di sektor informal 1. Mengembangkan tata hubungan kelembagaan yang sinergis antara masyarakatpelaku usaha sektor informal, pihak swasta, dan pemerintah. 2. Meningkatkan akses terhadap sumber daya dan pemasaran. 3. Meningkatkan akses terhadap pengetahuan dan keterampilan. 4. Meningkatkan kualitas kondisi sarana dan prasarana usaha. 5. Mengembangkan pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dan pengembangan jejaring usaha. 6. Pengembangan jejaring komunikasi dan informasi dengan berbagai pihak pemerintahswasta lembaga swadaya masyarakat. Treath T Strategi S → T Strategi W → T 1. Ketidakmengertian aparat setempat terhadap mekanisme pelaksanaan program pengembangan masyarakat 2. Ketidakberfungsian Lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan dan koperasi setempat 3. Pengaruh rentenir 4. Persaingan usaha sejenis 5. Ketidaksampaian informasi pengembangan usaha 6. Kenaikan harga-harga bahan baku produk usaha 1. Pemantapan kesiapan mental pelaku usaha dan aparat setempat dalam melaksanakan program pengembangan masyarakat. 2. Pemberfungsian lembaga pengabdian masyarakat Kelurahan dan koperasi setempat didasari solidaritas, saling percaya, dan gotong royong. 3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang wajar tidak mengganggu dan menjatuhkan usaha yang sudah ada 4. Pengembangan mekanisme penyampaian informasi secara tepat sasaran 5. Penyempitanpenghapusan ruang gerak rentenir. 6. Pengefektifan penggunaan bahan baku. 1. Meningkatkan pemahaman aparat setempat mengenai pentingnya pemberian bantuan usaha kepada pelaku usaha sektor informal. 2. Meningkatkan kinerja dan perhatian lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan dan Koperasi terhadap pengembangan usaha sektor informal. 3. Pengembangan mekanisme penyampaian informasi secara tepat sasaran. 4. Mengupayakan iklim persaingan usaha yang wajar disertai pengawasan dari pemerintah setempat. Pemilihan Strategi Hasil Identifikasi SWOT Pengidentifikasian SWOT menghasilkan empat alternatif strategi antara lain SO menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan kesempatan atau disebut juga strategi agresif, ST Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman atau disebut juga strategi diversifikasi, WO mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan kesempatan atau disebut juga strategi putar balik dan WT mengatasi kelemahan untuk meminimalkan ancaman atau disebut juga strategi defensif. Salah satu strategi akan muncul sebagai salah satu strategi yang akan dikembangkan berdasarkan perhitungan nilai bobot dan urgensi penanganan dari setiap faktor melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden, sehingga melalui perhitungan kuesioner, akan didapatkan rata-rata jawaban responden dalam faktor internal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang maupun rata-rata jawaban responden dalam faktor eksternal untuk strategi jangka pendek dan jangka panjang. Hasil dari analisis SWOT dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha sektor informal, antara lain : a. Analisa terhadap kekuatan yang ada, perlu diadakan pembinaan terus menerus terhadap usahanya. b. Analisa terhadap kelemahan yang ada, perlu melakukan segala daya upaya untuk dapat mengatasimenyelesaikan masalah yang terjadi dalam usahanya. c. Analisa terhadap peluang yang ada, perlu memanfaatkan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya guna mendukung keberhasilan usahanya. d. Analisa terhadap ancaman yang ada, perlu mewaspadai dan berjaga-jaga, serta melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan usahanya. Rata-rata jawaban responden dalam tabel perhitungan kuesioner SWOT memberikan gambaran mengenai : 1. Kekuatan internal terbesar yang dimiliki oleh pelaku usaha sektor informal sekarang ini adalah semakin kuat keuletan dan semangat untuk mengembangkan usaha bobot : 7,90, sedangkan kelemahan terbesar sekarang ini adalah tidak adanya kemampuan mengembangkan jaringan usaha bobot : 9,23. Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling penting segera dilaksanakan adalah penguatan posisi usaha sektor informal terhadap kepentingan pihak lain urgensi :3,65. 2. Peluang terbesar dari faktor eksternal sekarang ini adalah adanya peluang perhatian dari pihak pemerintahpihak lainnya untuk memelihara keberlangsungan usaha para pelaku usaha sektor informal bobot : 7,45, sedangkan ancaman terbesar sekarang ini adalah ketidakberfungsian Lembaga Pengabdian Masyarakat Kelurahan bobot : 9,44. Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling penting segera dilaksanakan adalah pemberian informasi dan strategi usaha dari pemerintahpihak lainnya urgensi :3,70. 3. Hasil perhitungan kuesioner pada faktor internal dan eksternal untuk jangka pendek mengemukakan strategi yang perlu dikembangkan sekarang ini adalah Strategi WO bobot terbesar : 421,15 dengan mengatasi kelemahan- kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 4. Kekuatan internal terbesar yang dapat dikembangkan untuk masa yang akan datang adalah keuletan dan semangat pelaku usaha sektor informal untuk mengembangkan usaha bobot : 8,85, sedangkan pengembangan jaringan usaha diharapkan secara bertahap mencapai kemandirian bobot : 7,75. Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling perlu segera diantisipasi pada masa yang akan datang adalah penguatan posisi usaha sektor informal terhadap kepentingan pihak lain urgensi: 3,65. 5. Peluang terbesar dari faktor eksternal pada masa yang akan datang adalah peluang perhatian dari pihak pemerintahpihak lainnya untuk memelihara keberlangsungan usaha para pelaku usaha sektor informal bobot : 8,65, sedangkan ancaman terbesar pada masa yang akan datang adalah apabila ketidakmengertian aparat setempat terhadap mekanisme pelaksanaan program pengembangan masyarakat ternyata belum mengalami perubahan kesadaran dan perbaikan bobot : 9.63. Masalah yang memerlukan urgensi penanganan paling perlu segera diantisipasi pada masa yang akan datang adalah pemberian informasi dan strategi usaha dari pemerintah dan pihak lainnya sehingga usaha sektor informal dapat mengembangkan usaha mereka dengan baik urgensi :3,70. 6. Hasil perhitungan kuesioner pada faktor internal dan eksternal untuk jangka panjang diperoleh strategi yang perlu dikembangkan untuk masa yang akan datang adalah Strategi SO bobot terbesar : 433,92 dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang untuk mengoptimalkan peluang yang mungkin dapat dicapai. Pelaksanaan strategi WO perlu dikembangkan terlebih dahulu untuk mendukung pelaksanaan strategi SO di masa yang akan datang. Pelaksanaan strategi SO pada masa yang akan datang memerlukan upaya-upaya pemeliharaan kekuatan yang ada sekarang ini dan mengubah kelemahan-kelemahan sekarang ini menjadi kekuatan di masa yang akan datang, sehingga hal tersebut perlu didukung oleh upaya-upaya mengatasi kelemahan sekarang ini agar dapat memanfaatkan peluang yang ada. PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL Program Pembangunan Nasional Propenas Indonesia tahun 2001-2005 memiliki kebijakan dan program pembangunan yang menitikberatkan pada penguatan lembaga dan organisasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat miskin, dan keswadayaan masyarakat. Salah satu sasaran umum Propenas adalah upaya peningkatan keberdayaan masyarakat dalam kehidupan ekonomi, sosial dan politik khususnya masyarakat miskin, rentan sosial, dan pelaku ekonomi kecil. Propenas sejalan dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah pada UU nomor 32 tahun 2004 yang menjelaskan bahwa otonomi daerah harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah pada akhirnya harus disertai pula dengan meningkatnya kemampuan lembaga-lembaga di masyarakat untuk mengembangkan pilihan dalam kehidupan sosial ekonomi serta partisipasi masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Mekanisme partisipasi lembaga dan organisasi masyarakat belum berkembang secara efektif dan demokratis dalam proses pengambilan keputusan sehingga pembangunan yang dilaksanakan belum dapat mengakomodasi kreasi dan aspirasi masyarakat secara optimal. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pemulihan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan tidak akan berjalan secara optimal jika pemerintah tidak dapat memberdayakan kemampuan usaha pelaku ekonomi khususnya masyarakat kecil dan memberikan dukungan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi melalui penyedian akses bagi masyarakat untuk memperoleh input sumberdaya ekonomi dan kesempatan dalam kegiatan produksi dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di daerah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut dengan mewujudkan keterkaitan kegiatan sosial-ekonomi perdesaan dan perkotaan, peningkatan akses masyarakat terhadap sumber daya lokal, pengembangan jaringan usaha, dan pengurangan kendala peraturanbirokrasi. Dukungan terhadap peningkatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat miskin masih diperlukan melalui upaya pemberdayaan dan pemihakan kepada masyarakat miskin untuk menghadapi berbagai masalah struktural yang tidak dapat dipecahkan oleh masyarakat sendiri. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir merupakan sarana pengimplementasian Program Pembangunan Nasional dan otonomi daerah dalam kerangka penanggulangan kemiskinan dan pengembangan ekonomi lokal secara aspiratif, partisipatif dan demokratis. Penggalian masalah, kebutuhan dan penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir dilakukan melalui diskusi kelompok, kuesioner analisis SWOT, wawancara dan observasi. Pelaku usaha sektor informal memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian lokal sehingga dapat mencapai kemajuan usaha dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Keterhambatan dalam kemajuan usaha yang dialami pelaku usaha sektor informal disebabkan ketidakmampuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha mereka. Pelaku usaha sektor informal di Kelurahan Campaka mengalami kesulitan dalam mencapai akses terhadap permodalan, pemasaran, dan program-program pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, pemberdayaan usaha sektor informal diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pelaku usaha sektor informal dalam mencapai akses dan kontrol terhadap permodalan, pemasaran, dan program-program pengembangan masyarakat sehingga dapat memajukan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan didukung oleh adanya sinergi antara pelaku usaha sektor informal dan kelompok-kelompok masyarakat maupun keterpaduan kelembagaan komunitas melalui jejaring sosial. Penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal dilakukan dengan tahap-tahap pemahaman dan pengungkapan masalah dan Design Kerangka Penyusunan Program. Penyusunan program melalui tahap asessment dan design merupakan kerangka dasar yang perlu dilakukan untuk dapat menyusun suatu program yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah Pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan tahap dalam proses penyusunan program pemberdayaan usaha sektor informal. Tahap ini merupakan penggalian masalah dan sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal dalam komunitas. Pengungkapan dan pemahaman masalah dilakukan melalui analisa SWOT.

a. Identifikasi Masalah Pelaku Usaha Sektor Informal

Pengidentifikasian masalah usaha sektor informal diperlukan sebagai dasar untuk menyusun program pemberdayaan usaha sektor informal secara partisipatif. Hal tersebut artinya melibatkan mereka mulai dari mengenali masalah dan kebutuhannya, menyusun rencana program, melaksanakan dan evaluasi program. Keterbatasan pelaku usaha sektor informal dalam mengakses sumber daya merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan beberapa permasalahan lainnya. Gambaran masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal dapat dilihat pada Gambar 4 yaitu : Keterbatasan dalam mengakses pemasaran sehingga kurang kuattangguh dalam menghadapi persaingan usaha Keterbatasan dalam mengakses sumber daya Belum mampu mengorganisir diri dan mengembangkan jejaring usaha Keterbatasan kapasitas diri pelaku usaha sektor informal Keterbatasan permodalan usaha sektor informal Ketimpangan Produktivitas Kerja dan Laba Usaha Sektor Informal Ketidaktahuan mengenai informasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan usaha Ketidakberdayaan Usaha Sektor Informal AK IB AT MAS A LA H Tidak mengetahui program-program pengembangan masyarakat Taraf pendapatan Rendah Keuntungan usaha hanya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari Usaha yang dilakukan tidak berkembang INTI MAS A LAH S E BA B MA SA LAH Gambar 4 : Analisis Pohon Masalah Usaha Sektor Informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung Ketidaksampaian Informasi mengenai program-program pengembangan masyarakat kepada masyarakat Modal Kecil modal sendiri, modal pinjaman Rentang waktu kerjajam kerja cukup lama, dan laba usaha sangat kecil Kelembagaan masyarakat kurang berfungsi dengan baik dan belum mengutamakan penyampaian informasi kepada masyarakat Gambar 4 menjelaskan bahwa inti masalah yang dialami oleh pelaku usaha sektor informal usaha di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir adalah ketidakberdayaan usaha sektor informal. Ketidakberdayaan ini berawal dari keterbatasan kapasitas diri pelaku usaha sektor informal terutama ketidaktahuan terhadap adanya informasi-informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan usahanya. Keterbatasan permodalan merupakan salah satu kendala dimana modal yang dimiliki masih kecil yang berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman pinjaman dari kerabat, tetangga, atau bahkan rentenir. Ketimpangan produktivitas kerja dan laba usaha mengindikasikan bahwa hasil usaha laba yang diperoleh relatif sangat kecil dan hal itu merupakan hasil kerja dengan susah payah. Ketidaksampaian informasi-informasi penting mengenai program pengembangan masyarakat kepada masyarakat merupakan salah satu dampak dari ketidakberfungsian kelembagaan masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Beberapa hal tersebut akhirnya menyebabkan ketidakberdayaan usaha sektor informal. Ketidakberdayaan usaha sektor informal tersebut mengakibatkan usaha sektor informal mengalami keterbatasan dalam memperoleh akses terhadap sumberdaya yang ada di Kelurahan Campaka, keterbatasan dalam mengorganisir diri pelaku usaha sektor informal dan mengembangkan jejaring usaha, ketidaktahuan atau ketidakpahaman mengenai program-program pengembangan masyarakat, dan usaha sektor informal menjadi kurang kuat dalam menghadapi persaingan usaha dan hanya mampu bertahan. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan taraf pendapatan usaha sektor informal relatif kecil, laba usaha lebih dimanfaatkan pada pemenuhan kebutuhan sehari- hari, dan usaha yang dilakukan tidak berkembang dengan baik.

b. Identifikasi Sumber Daya

Pengidentifikasian sumber daya berupaya memilah sumber-sumber yang ada pada diri pelaku usaha sektor informal internal dan lingkungan dimana mereka tinggal eksternal. Potensi sumber yang berasal dari diri pelaku usaha sektor informal antara lain adanya motivasi tinggi pelaku usaha sektor informal dalam mengembangkan usaha yang berasal dari dirinya sendiri yang didukung oleh pihak keluargakerabat maupun tetangga. Motivasi tinggi ini merupakan dasar keinginan untuk mengubah nasib dan memajukan usaha. Motivasi ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak baik dari masyarakat, kelembagaan lokal maupun peraturan yang ada. Keuletan usaha yang dimiliki pelaku usaha sektor informal merupakan potensi yang perlu didukung dengan berbagai bantuan usaha yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan usaha. Potensi sumber yang berasal dari lingkungan external resources antara lain adanya program-program pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk mengembangkan perekonomian lokal khususnya usaha sektor informal, adanya kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal dan informal yang ada di Kelurahan Campaka antara lain keluarga, kelompok arisan, rentenir, LPM Kelurahan, Pemerintah Daerah pemerintah propinsi, pemerintah kota, pemerintah kecamatan, dan pemerintah kelurahan. Potensi eksternal ini perlu diperkuat melalui pengembangan jejaring kelembagaan sehingga lebih memperkuat pencapaian kemajuan usaha sektor informal. Perumusan Tujuan Program Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Penyusunan rancangan program pemberdayaan usaha sektor informal dilandasi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dan tujuan khusus merupakan fokus program pemberdayaan usaha sektor informal.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum yang akan dicapai dalam upaya pemberdayaan usaha sektor informal antara lain : ”Mengembangkan kemampuan pelaku usaha sektor informal untuk mencapai peningkatan taraf pendapatan dan kemajuan usaha secara berkesinambungan”. Tujuan umum ini memiliki pengertian bahwa pengembangan usaha dan peningkatan taraf pendapatan para pelaku usaha sektor informal dapat dicapai melalui pengembangan kemampuan pelaku usaha sektor informal sebagai upaya mengatasi keterbatasan diri pelaku usaha, keterbatasan modal, ketimpangan produktivitas kerja dan laba usaha, dan ketidaksampaian informasi-informasi pengembangan usaha kepada pelaku usaha sektor informal.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pemberdayaan usaha sektor informal dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah yang ditujukan untuk menanggulangi akibat masalah yang perlu dipecahkan. Tujuan khusus tersebut adalah: 1. Meningkatkan akses terhadap sumber daya Pelaku usaha sektor informal diarahkan untuk mampu melakukan dan memperoleh akses dan kontrol terhadap permodalan dengan melibatkan kelembagaan yang ada di dalam maupun di luar komunitas Kelurahan Campaka baik formal maupun informal. Selain itu, pelaku usaha sektor informal diperkuat kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain dalam melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya yang ada di Kelurahan Campaka sehingga dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kemajuan usaha mereka. Sumber daya yang perlu diakses tersebut adalah sumber daya financial bantuan keuangan dari program-program pengembangan masyarakat dan sumber daya sosial berupa kelembagaan dan modal sosial. Peningkatan akses terhadap sumber daya ini diharapkan dapat meningkatkan kecukupan modal sehingga diharapkan dapat mengembangkan usaha mereka dengan sebaik-baiknya. 2. Meningkatkan akses terhadap pemasaran Pelaku usaha sektor informal harus ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan dan memperoleh akses terhadap peluang pemasaran sehingga mereka menjadi pelaku usaha sektor informal yang tangguh dalam menghadapi persaingan usaha dan memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memajukan usaha mereka. 3. Mengembangkan pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dan pengembangan jejaring usaha Pelaku usaha sektor informal harus dilibatkan dalam siklus perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang ada di kelurahan Campaka. Pelibatan pelaku usaha sektor informal dalam siklus perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program harus diarahkan terhadap pengorganisasian diri pelaku usaha sektor informal dalam suatu kesatuan jaringan yang dapat mengembangkan kapasitas internal komunitas dan

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Penjaja Makanan Keliling di RW 10 Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung Propinsi Jawa Barat

0 9 10

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Penguatan Kelembagaan Kredit Mikro di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat

0 7 125

Pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi penyandang tuna netra: studi kasus di Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung Provinsi Jawa Barat

0 11 190

Pemberdayaan usaha sektor informal di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung Provinsi Jawa Barat

0 10 318

Pemberdayaan kelompok pengrajin boneka: studi kasus di Kelurahan Bojongmenteng Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat

0 16 312

Diaspora Madura: Analisis Modal Sosial Dalam Usaha Sektor Informal Oleh Migran Madura di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat

0 4 172

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Penguatan Kelembagaan Kredit Mikro di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat

0 3 115

ANALISIS SOSIO – EKONOMI TERHADAP PEMBERDAYAAN PEREMPUAN : KASUS PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA SOLO, JAWA TENGAH

0 2 22

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG.

21 76 42

BAB I PENDAHULUAN - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG RASKIN DI KELURAHAN MALEBER KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG (Studi Kasus di RW: 006 Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung) IMPLEMENTATION OF POLICY ABOUT RASKIN IN THE KELURAHAN MALEBER OF KECAMATAN

1 2 66