Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Usaha Sektor Informal Di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Jika memakai patokan dari Madgalena di atas, maka bentuk unit usaha sektor informal yang banyak dijumpai di Indonesia meliputi usaha-usaha di
bidang pertanian, misalnya buruh tani, peternak kecil, pedagang eceran pemilik warung, pedagang kaki lima, pemilik bengkel sepeda, pemulung dan penarik
becak di daerah perkotaan. Usaha sektor informal lebih dapat dimengerti sebagai suatu unit usaha yang berdasarkan skala ekonomis tidak
memperhitungkan adanya kelayakan usaha, seperti permodalan, pembukuan, keterampilan, pemasaran, perencanaan usaha. Selain itu keberadaan beberapa
sub sektor sering dianggap ilegal oleh pemerintah dan oleh karena itu tidak mrendapatkan perlindungan dalam bentuk produk hukum. Kenyataan kondisi
usaha sektor informal sebagaimana digambarkan Madgalena 1991 memberikan gambaran ketidakberdayaan usaha sektor informal. Pemberdayaan usaha sektor
informal berupaya memperkuat keberadaan kelompok sektor ini dalam mengembangkan usahanya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat, dan mampu mengakses berbagai sumber daya yang diperlukan dan membuka peluang kerja bagi masyarakat. De Soto 1991 membahas sektor
informal kedalam tiga kategori umum sektor informal yaitu pemukiman informal, perdagangan informal dan angkutan informal. Pemukiman informal adalah
pemukiman yang dibangun oleh masyarakat yang terpaksa tidak mengikuti aturan-aturan hukum pendirian bangunan. Pengangkutan informal adalah
berbagai usaha di bidang tansportasi secara informal yang bergerak di luar hukum. Perdagangan informal adalah berbagai bentuk perdagangan dengan
jenis usaha tidak terkait kegiatan kriminal namun melaksanakan kegiatan ekonomi di luar hukum. Pengkajian akan difokuskan terhadap pemberdayaan
usaha sektor informal di bidang perdagangan informal. Perdagangan informal tersebut mencakup usaha-usaha seperti perdagangan jalananpedagang kaki
lima, pasar informal, warung, kios, dan pedagang keliling. Pemberdayaan ditujukan kepada para pelaku usaha sektor informal di bidang perdagangan
informal. Pemberdayaan usaha sektor informal diharapkan dapat mengatasi
permasalahan usaha sektor informal. Permasalahan usaha sektor informal dapat ditinjau dari berbagai aspek Yustika, 2000, antara lain :
Secara ideologis, wacana transformasi masih belum banyak yang mampu
diserap dan dipahami oleh benak mereka, bahwa terhambatnya proses kemajuan usaha mereka bukan saja diakibatkan oleh keterbatasan modal
dan rendahnya keterampilan, melainkan juga adanya kebijakan kebijakan pemerintah pusat daerah yang memang kurang menghendaki keberadaan
mereka.
Secara organisasi, pelaku usaha sektor informal belum memiliki manajemen usaha yang dapat mengefisienkan ke dalam usaha mereka dan
mempunyai daya tawar ke luar.
Secara ekonomi, faktor keterbatasan modal dan akses terhadap pasar merupakan hambatan berat yang belum dapat tertanggulangi selama ini.
Secara jejaring networking, ketidakmampuan pelaku usaha sektor informal
mengorganisir dirinya dalam suatu kelompok atau komunitas atau pun membuka jaringan ke luar.
Secara advokasi, selama ini belum banyak terdapat upaya advokasi yang
tumbuh dari dalam pelaku usaha sektor informal sendiri, dimana kebanyakan advokasi yang terjadi adalah karena adanya pihak luar yang merasa peduli
dengan nasib pelaku usaha sektor informal, seperti mahasiswa, intelektual, dan LSM.
Realitas tersebut menggambarkan betapa untuk memberdayakan empowering pelaku usaha sektor informal diperlukan upaya menyeluruh
meliputi tersedianya kebijakan yang memihak keberadaannya, pengelolaan proporsi aktivitas ekonomi dengan pelaku ekonomi lainnya, pengorganisasian
sebagai sarana penguatan politik, dan metoda pembinaan yang lebih partisipatif. Seluruh upaya tersebut merupakan kesatuan utuh yang saat ini perlu
disosialiasikan kepada pelaku usaha sektor informal sendiri dan pengambil kebijakan untuk membangun atau menyemangati kehidupan ekonominya,
sehingga tidak akan ada lagi pemikiran pada pengambil kebijakan yang memandang keberadaan usaha sektor informal sebagai entitas ekonomi yang
hanya bisa menyumbangkan ketidaktertiban dan kekumuhan, melainkan harus dilihat sebagai komunitas yang potensial untuk membangun jaringan
perekonomian rakyat. Pendayagunaan potensi usaha sektor informal sebagai dasar jaringan perekonomian rakyat menjadi salah satu alasan mengapa
pemberdayaan usaha sektor informal penting dilakukan. Hal yang perlu