Analisis Kebijakan Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

40 suatu sektor tidak dibenarkan mengganggu apalagi mematikan kegiatan di sektor lain. 3 Keterpaduan disiplin ilmu: wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil memiliki sifat dan karakteristik yang unik dan dinamis, termasuk sifat dan karakteristik sosial budaya masyarakatnya, sehingga dibutuhkan keterpaduan disiplin ilmu dalam pengelolaanya seperti ekologi, oseanografi, ketektikan, ekonomi, hukum dan sosiologi. 4 Keterpaduan stakeholders: Segenap keterpaduan di atas akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh keterpaduan dari para pelaku dan pengelola pembangunan stakeholders yang terdiri dari pemerintah, masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, swastainvestor, dan juga LSM yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil. Penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengkoordinir segenap kepentingan pelaku pembangunan sumberdaya wilayah pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan pembangunan harus mampu menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan “top down” dan pendekatan “bottom up”.

2.6 Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan sebagai disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan Dunn, 1998. Menurut Nugroho 2003 analisis kebijakan adalah sebuah bentuk kajian terapan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari isu-isu sosial untuk dapat dikedapankan sebuah solusi yang lebih baik. Menurut Badjuri dan Yuwono 2002, analisis kebijakan adalah sebuah seni di dalam memahami rencana kebijakan publik yang akan diterapkan oleh sebuah otoritas publik. Analisis kebijakan memerlukan sebuah uraian tentang data, informasi dan berbagai alternatif yang mungkin ditempuh untuk menentukan sebuah kebijakan publik. Analisis kebijakan bukanlah sebuah keputusan, tapi lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuatan kebijakan publik yang berisi tentang 41 masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi publik berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif dan kemungkinan rencana kebijakan yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau masukan kepada pihak pembuat kebijakan yang legitimate Badjuri dan Yuwono, 2002. Ruang lingkup dan metode-metode analisis kebijakan bersifat deskriptif dan informasi yang nyata faktual mengenai sebab dan akibat-akibat kebijakan sangat penting untuk memahami masalah-masalah kebijakan. Menurut Patton dan Sawicky yang diacu dalam Nugroho 2003 jenis-jenis analisis kebijakan dibagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif yakni hanya memberikan gambaran dan analisis preskriptif, yang menekankan kepada rekomendasi-rekomendasi. Disebutkan juga bahwa analisis kebijakan tidak hanya membatasi diri pada pengujian-pengujian teori deskriptif umum maupun teori-teori ekonomi karena masalah-masalah kebijakan yang kompleks, dimana teori-teori semacam itu seringkali gagal untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengambil kebijakan mengontrol dan memanipulasi proses-proses kebijakan; tapi analisis kebijakan juga menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah, juga menghasilkan informasi mengenai nilai-nilai dan arah tindakan yang lebih baik. Quandun yang diacu dalam Dunn 1998 menyebutkan bahwa analisis kebijakan adalah setiap jenis analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan dalam menguji pendapat mereka. Kata “analisa” digunakan dalam pengertian yang paling umum yang secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dalam pemecahan terhadap komponen-komponen tapi juga merencanakan dan mencari sintesa atas alternatif alternatif baru. Aktivitas ini meliputi sejak penelitian untuk memberi wawasan terhadap masalah atau issue yang mendahului atau mengevaluasi program yang sudah selesai. Ada 3 tiga pendekatan dalam analisis kebijakan, yaitu: 1 pendekatan empiris; 2 pendekatan evaluatif; dan 3 pendekatan normatif. 1 Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang menjelaskan sebab aikbat dari kebijakan publik. Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai sesuatu ? 42 2 Pendekatan evaluatif, adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai sesuatu ? 3 Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang terutama berkaitan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah tindakan apa yang harus dilakukan ? Beberapa teknik analisis yang sering dipakai dalam kebijakan publik yang pada akhirnya menyediakan rekomendasi kebijakan, yaitu analisis SWOT analisis AHP, CBA Cost Benefit Analysis dan variasi dari pendekatan CBA yaitu CEA Cost Effective Analysis, OCA Opportunity Cost Analysis, analisis PETS politik, ekonomi, teknologi, dan sosial, dan sekarang cukup mutakhir adalah Balanced Scorecard Analysis. Ke empat analisis ini memang bukan murni dari studi kebijakan publik, tetapi dipengaruhi oleh keberhasilan manajemen sektor privat Badjuri dan Yuwono, 2002.

2.7 Konsep Pembangunan Berkelanjutan