62
3.5 Analisis Data
Analisis Data meliputi 1 analisis kondisi ekologi meliputi : persentase penutupan karang, analisis struktur komunitas biologi spesies karang dan ikan
karang, analisis karakteristik fisika-kimia perairan, analisis potensi sumberdaya perikanan pelagis dan pote nsi sumberdaya perikanan karang, , analisis kesesuaian
lahan kawasan; 2 analisis sosial, ekonomi dan budaya; 3 analisis zonasi; dan 4 analisis kebijakan pengelolaan.
3.5.1 Analisis kondisi ekologis 1 Analisis persentase penutupan karang life form
Data persentase penutupan karang hidup yang diperoleh berdasarkan metode line intercept transeck LIT, dihitung berdasarkan persamaan berikut ini:
N
i
= I
i
L x 100
dimana ,
Ni : persen penutupan karang hidup Ii : panjang intersep life form jenis ke-i
L : panjang tali transek 50 m Data kondisi persentase penutupan karang yang hidup diacu dari Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang menurut Kep.Men. LH No. 04 Tahun 2001 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Kriteria baku kerusakan terumbu karang menurut Kep. Men. LH. No. 04 tahun 2001.
Parameter Kriteria baku kerusakan terumbu
Persen life form Persen luas tutupan
terumbu karang hidup life form.
Rusak Buruk
0 – 24,9 Sedang
25 – 49,9 Baik
Baik 50 – 74,9
Baik sekali 75 – 100
2 Luasan terumbu karang
Analisis luasan terumbu karang dilakukan berdasarkan pada peta citra landsat TM kepulauan Karimunjawa tahun 2005. Data yang ingin diidentifikasi
adalah luasan terumbu di masing-masing pulau yang masuk ke dalam kawasan taman nasional Karimun Jawa. Data ini amat berguna untuk membandingkan
antara luasan karang yang hidup dan yang mati dalam satu kawasan gugusan terumbu.
63
3 Analisis struktur komunitas biologis
Data biologis yang akan dianalisis yaitu menghitung kelimpahan kepadatan individu jenis dan nilai indeks keanekaragaman jenis biota meliputi :
genus karang hidup dan spesies ikan karang, yang diamati pada masing-masing stasiun penelitian. Mencari nilai indeks keanekaragaman jenis H’ berdasarkan
persentase penutupan karang menggunakan indeks dari Shannon - Wiener dengan formulasi sebagai berikut:
n
H’ = - S pi ln pi
i:1
dimana, pi : proporsi penutupan jenis ke-i terhadap total penutupan niN
H’: indeks keanekaragaman jenis Nilai indeks H’ semakin tinggi antara 4,0 – 6,9 dikatakan semakin baik
dan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi.
4 Analisis fisika-kimia perairan
Analisis fisika-kimia perairan hasil pengukuran secara in-situ
dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut yang berlaku, khususnya untuk kepentingan biota lautbudidaya perikanan.
5 Potensi sumberdaya perikanan karang
Analisis untuk estimasi potensi sumberdaya perikanan karang dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, penghitungan ikan karang pada tali transek
sepanjang 2 x 50 meter, dengan lebar ke kiri-kanan 2,5 meter English, et al., 1994; ke dua, penghitungan data kepadatan ikan dengan metode Misra 1978:
D = c x 10.000 A ekorha
dimana , D : kepadatan;
c : jumlah ikan yang terhitung dalam pengamatan A : luas daerah pengamatan.
Tahap ke tiga, penghitungan kelimpahan stok, digunakan persamaan :
Bo = D x L
dimana , Bo : kelimpahan stok ikan ekor
D : kepadatan L : luas daerah penelitian pengamatan
64
Kemudian tahap ke empat, penghitungan potential yield, digunakan rumus Gulland, 1975 yaitu:
Py = Bo x M x c
dimana , Py : potential yield ekortahun
M : koefisien kematian alami c : konstanta
Selanjutnya untuk menghitung MSY optimal digunakan formulasi MSY = 0,5 x Py x 0,8. Angka 0,8 ini adalah konstanta precautionary approach dari MSY.
6 Analisis kesesuaian lingkungan untuk zona pemanfaatan
Penyusunan matriks kesesuaian lingkungan meliputi peruntukan pariwisata bahari, pariwisata pantai, budidaya ikan kerapu sistem keramba jaring
apung, budidaya rumput laut, konservasi hutan bakau, dan budidaya teripang, dilakukan berdasarkan kondisi fisik sumberdaya alam di Kawasan TNL Karimun
Jawa dan studi pustaka serta diskusi dengan pakar yang ahli di bidang tsb. Matriks ini sangat penting, mengingat dari matriks tersebut dapat diketahui parameter
yang menjadi indikator kesesuaian melalui pembobotan dan skoring pada setiap parameter.
Pembobotan pada setiap faktor pembatasparameter ditentukan berdasarkan pada dominannya parameter tersebut terhadap suatu peruntukan.
Besarnya pembobotan ditunjukkan pada suatu parameter untuk seluruh evaluasi lahan, sebagai contoh: kemiringankelerengan mempunyai bobot yang lebih tinggi
untuk budidaya tambak dibandingkan dengan permukiman. Pemberian nilai harkat ditujukan untuk menilai beberapa faktor
pembatasparameterkriteria terhadap suatu evaluasi kesesuaian. Kelas-kelas kesesuaian pada matriks yaitu menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu
bidang untuk penggunaan tertentu. Hasil analisis kesesuaian adalah dalam bentuk peta-peta dengan menggunakan alat bantu berupa pendekatan Sistem Informasi
Geografis SIG program Arc.View versi 3,3. Di dalam penelitian ini kelas kesesuaian dibagi ke dalam 3 tiga kelas,
yang didefinisikan sebagai berikut:
65
Kelas S
1
: Sangat Sesuai Highly Suitable Daerah ini tidak mempunyai pembatas penghambat yang serius untuk
menetapkan perlakuan yang diberilan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau berpengaruh secara nyata terhadap
penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukantingkatan perlakuan yang diberikan.
Kelas S
2
: Sesuai Moderately Suitable Daerah ini mempunyai pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukantingkatam perlakuan yang diperlukan.
Kelas N : Tidak Sesuai Not Suitable Daerah ini mempunyai pembatas penghambat permanen, sehingga
mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut. Hasil perkalian antara bobot dan nilaiharkat masing-masing parameter
dalam suatu peruntukan merupakan skor dari parameter tertentu dalam suatu peruntukan. Penjumlahan seluruh skor dari tiap-tiap parameter dalam suatu
peruntukan disebut dengan total skor suatu peruntukan tertentu. Total skor tersebut diformulasikan sebagai berikut:
n
Total Skor ß =
Σ
bobot
a
x skorharkat
a a = 1
dimana, Total Skor ß : jumlah skor tiap-tiap parameter dalam peruntukan ß
a : parameterkriteria ke a peruntukan ß
n : adalah jumlah parameterkriteria peruntukan ß
Total skor tersebut, selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan mempunyai
rentanginterval kelas tergantung dari jumlah kelas kesesuaian, total skor maksimum dan total skor minimum dalam peruntukan tersebut.
Interval kelas kesesuaian lahan untuk suatu peruntukan ini dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
RK ß = Total Skor Max ß – Total Skor Min ß
Jumlah Kelas ß
dimana, RK ß
: Rentanginterval Kelas dalam peruntukan ß Total Skor Max ß : Total skor tertinggimaksimum dalam peruntukan ß
Total Skor Min ß : Total skor terendahminimum dalam peruntukan ß Jumlah Kelas ß
: Banyaknya kelas kesesuaian dalam peruntukan ß
66
Rentanginterval kelas tersebut berfungsi untuk menetapkan klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor dalam suatu peruntukan tertentu. Adapun kriteria
dan matriks kesesuaian lahan lokasi ya ng dapat digunakan sebagai acuan pada setiap peruntukan beserta klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor untuk
masing-masing peruntukan adalah sebagai berikut:
a Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori wisata selam
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk ekowisata bahari kategori selam mengacu modifikasi dari Yulianda 2007
adalah: kecerahan perairan , tutupan komunitas karang , jumlah genus karang hidup, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang.
Kriteria kesesuaian lokasi pada tiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori selam
No Kriteriaparameter
Kelas kesesuaian Bobot
Skorharkat 1.
Kecerahan perairan S 1 : 80
S 2 : 35 - 80 N : 35
5 3
2 1
2. Tutupan komunitas
karang S 1 : 75
S 2 : 37 -75 N : 37
5 3
2 1
3. Jumlah genus karang
hidup S 1 : 30
S 2 : 20 - 30 N : 20
4 3
2 1
4. Jenis ikan karang
S 1 : 100 S 2 : 35 - 100
N : 35 4
3 2
1 5.
Kecepatan arus md S 1 : 0 - 0,15
S 2 : 0,15 - 0,40 N : 0,4
3 3
2 1
6. Kedalaman terumbu
karang m S 1 : 6 - 15
S 2 : 15 - 25; 3 - 6 N : 25; 3
3 3
2 1
Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007
67
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor untuk kesesuaian lokasi ekowisata bahari kategori wisata selam dari perhitungan matriks di atas adalah:
24 - 40 = Tidak Sesuai N
41 - 56 = Sesuai S2
57 - 72 = Sangat Sesuai S1
b Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata bahari kategori wisata snorkling
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling mengacu modifikasi dari
Yulianda 2007 adalah: kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jumlah gebus karang hidup, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar
hamparan datar karang. Kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kriteria kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori snorkling No.
Kriteriaparameter Kelas kesesuaian
Bobot Skorharkat
1. Kecerahan perairan
S 1 : 80 - 100 S 2 : 35 - 80
N : 35 5
3 2
1 2.
Tutupan komunitas karang
S 1 : 75 S 2 : 37 -75
N : 37 5
3 2
1 3.
Jumlah genus karang hidup
S 1 : 30 S 2 : 20 - 30
N : 20 4
3 2
1 4.
Jenis ikan karang S 1 : 50
S 2 : 30 - 50 N : 30
4 3
2 1
5. Kecepatan arus md
S 1 : 0 - 0,15 S 2 : 0,15 - 0,40
N : 0,4 3
3 2
1 6.
Kedalaman terumbu karang m
S 1 : 1 - 3 S 2 : 3 - 6
N : 6; 1 3
3 2
1 7.
Lebar hamparan datar karang m
S 1 : 500 S 2 : 100 - 500
N : 100 3
3 2
1
Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007
68
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling dari perhitungan matriks di atas yaitu:
27 - 45 = Tidak Sesuai N
46 - 53 = Sesuai S2
54 - 81 = Sangat Sesuai S1
c Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi mengacu modifikasi dari Yulianda 2007 adalah:
kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, substrat dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota
berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk wisata pantai kategori rekreasi disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Kriteria kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kate gori rekreasi No
Kriteriaparameter Kelas kesesuaian
Bobot Skorharkat
1. Kedalaman perairan m S 1 : 0 - 3
S 2 : 3 - 8 N : 8
5 3
2 1
2. Tipe pantai
S 1 : pasir putih S 2 : pasir putih
Sedikit karang N : lumpur, berbatu,
Terjal 5
3 2
1
3. Lebar pantai m
S 1 : 15 S 2 : 6 -15
N : 6 5
3 2
1 4.
Substrat dasar perairan S 1 : pasir
S 2 : karang berpasir N : pasir berlumpur,
lumpur. 4
3 2
1 5.
Kecepatan arus md S 1 : 0 - 0,2
S 2 : 0,2 - 0,4 N : 0,4
4 3
2 1
69
Lanjutan Tabel 10. No.
Kriteriaparameter Kelas kesesuaian
Bobot Skorharkat
6. Kemiringan pantai °
S 1 : 10 S 2 : 10 – 25
N : 25 4
3 2
1 7.
Kecerahan perairan m S 1 : 10
S 2 : 5 – 10 N : 5
3 3
2 1
8. Penutupan lahan pantai
S 1 : kelapa, lahan Terbuka
S 2 : semak, belukar, rendah, savana
N : hutan bakau, Pemukiman,
pelabuhan 3
3 2
1
9. Biota berbahaya
S 1 : tidak ada S 2 : bulu babi
N : bulu babi, ikan Pari, lepu, hiu
3 3
2 1
10. Ketersediaan air tawar
jarak dalam km S 1 : 0,5
S 2 : 0,5 – 1 N : 1
3 3
2 1
Sumber : Dimodifikasi dari Yulianda 2007
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk wisata pantai kategori rekreasi dari perhitungan matriks di atas yaitu:
39 - 65 = Tidak Sesuai N
66 - 91 = Sesuai S2
92 - 117 = Sangat Sesuai S1
d Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk budidaya rumput laut mengacu modifikasi dari Pratomo 1999 adalah
kedalaman, keterlindungan dari arus kuat dan gelombang, suhu, salinitas, substrat dasar perairan, kecerahan perairan, kecepatan arus, pH, dan oksigen terlarut.
Kriteria kesesuaian lokasi setiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 11.
70
Tabel 11 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut No.
Kriteriaparameter Kelas kesesuaian
Bobot Skor
1. Kedalaman m
S1 : 2,5 – 5,0
S2 : 5 - 10 N :
2,5 ; 10 2
3 2
1 2.
Keterlindungan dari arus Kuat dan Gelombang.
S1 : sangat terlindung S2 : terlindung
N : kurang, tidak terlindung 3
3 2
1 3.
Suhu
o
C S1 :
27 - 30 S2 : 25 - 27
N : 25;
30 2
3 2
1 4.
Salinitas
o oo
S1 : 30 - 33
S2 : 28 - 30 N :
28; 33
2 3
2 1
5. Substrat dasar perairan
S1 : pasir S2 : karang
N : pasir berlumpur, berlumpur
3 3
2 1
6. Kecerahan air m
S1 : 5
75 S2 : 3,0 – 5 50-75
N : 3,0
50 2
3 2
1 7.
Kecepatan arus mdt S1 :
0,2 – 0,3 S2 : 0,1 – 0,2;
0,3 – 0,4 N :
0,1; 0,4
3 3
2 1
8. pH
S1 : 7,0 – 8,5
S2 : 6 – 7; 8,5 – 9,5
N : 6,0;
9,5 2
3 2
1 9.
Oksigen terlarut O
2
S1 : 4
S2 : 2 - 4 N :
2,0 3
3 2
1
Sumber: Dimodifikasi dari Pratomo 1999
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut dari perhitungan matriks di atas adalah sebagai berikut:
22 – 36 = Tidak Sesuai N
37 – 50 = Sesuai S2
51 – 66 = Sangat Sesuai S1
71
e Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk kegiatan budidaya kerapu
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah perairan untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA mengacu modifikasi dari Bakosurtanal
1996 adalah: kedalaman, keterlindungan, suhu, salinitas, material dasar, kecerahan perairan, kecepatan arus, pH, oksigen terlarut. Kriteria kesesuaian
lokasi pada setiap parameter secara rinci disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA
No. Kriteriaparameter
Kelas kesesuaian Bobot
Skor 1.
Kedalaman m S1 :
10 - 20 S2 : 5 - 10
N : 5;
20 3
3 2
1 2.
Keterlindungan dari Arus kuat dan gelombang.
S1 : sangat terlindung S2 : terlindung
N : kurang terlindung , terbuka.
3 3
2 1
3. Suhu perairan
o
C S1 : 28 – 29
S2 : 26 - 28; 29 – 31 N :
26; 31
2 3
2 1
4. Salinitas
o oo
S1 : 29 – 31 S2 : 27 – 29; 31 – 33
N : 27;
33 2
3 2
1 5.
Material dasar perairan S1 : pasir berlumpur
S2 : lumpur berpasir N : karang berpasir, karang
2 3
2 1
6. Kecerahan perairan m
S1 : 5
75 S2 : 3 – 5 50-75
N : 3
50 2
3 2
1 7.
Kecepatan arus mdt S1 :
0,2 – 0,4 S2 : 0,1 – 0,2
N : 0,1;
0,4 2
3 2
1 8.
pH S1 :
7,0 – 8,5 S2 : 6 – 7;
8,5 – 9,5 N :
6,0; 9,5
2 3
2 1
9. Oksigen terlarut O
2
S1 : 5,0
S2 : 3 – 5 N : 3,0
3 3
2 1
Sumber: Dimodifikasi dari Bakosurtanal 1996
72
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk kegiatan budidaya ikan kerapu dari perhitungan matriks di atas adalah:
21 – 34 = Tidak Sesuai N
35 – 48 = Sesuai S2
49 – 63 = Sangat Sesuai S1
f Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan bakau
Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah konservasi hutan mangrove mengacu modifikasi dari Syafi’i 2000
adalah kemiringan lahan, jenis tanah, jarak dari pantai, ketinggian, dan drainase. Selengkapnya mengenai kriteria kesesuaian lokasi pada setiap parameter untuk
konservasi hutan bakau mangrove dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kriteria kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan bakau Mangrove
No. Kriteriaparameter
Kelas kesesuaian Bobot
Skor 1.
Kemiringan lahan S1 : 0 – 2
S2 : 2 – 15
N : 15
3 3
2 1
2. Jenis tanah
S1 : Alluvial pantai S2 : Alluvial, hidrolof
kelabu. N : Gleihumus, regosol
2 3
2 1
3. Jarak dari pantai m
S1 : 200
S2 : 200 – 300 N :
300 3
3 2
1 4.
Ketinggian m S1 : 0 – 5
S2 : 5 - 10 N :
10 2
3 2
1 5.
Drainase S1 : Tergenang periodik
S2 : Tergenang periodik N : Tidak tergenang
3 3
2 1
Sumber : Dimodifikasi dari Sjafi’i 2000
73
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi untuk konservasi hutan mangrove dari perhitungan matriks di atas yaitu:
13 – 21 = Tidak Sesuai N
22 – 29 = Sesuai S2
30 – 39 = Sangat Sesuai S1
g Kriteria dan matriks kesesuaian lokasi untuk budidaya teripang
Parameter yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wilayah untuk budidaya teripang mengacu modifikasi dari Winanto, dkk. 1991 adalah
keterlindungan, pencemaran, keamanan, sarana penunjang, dasar perairan, kondisi gelombang, ketersediaan sumber benih, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus,
suhu, salinitas, pH, dan DO. Selengkapnya mengenai kriteria kesesuaian tersebut disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Kriteria kesesuaian lokasi untuk budidaya teripang No. Kriteriaparameter
Kelas kesesuaian Bobot
Skor 1.
Faktor Penunjang 1 Keterlindungan
S1 : Baik 3
3 S2 : Sedang
2 N : Kurang
1 2 Pencemaran
S1 : Tidak ada 1
3 S2 : Sedikit
2 N : Ada
1 3 Keamanan
S1 : Baik 1
3 S2 : Sedang
2 N : Kurang
1 4 Sarana penunjang
S1 : Baik 1
3 S2 : Sedang
2 N : Kurang
1 2.
Faktor Utama 1 Dasar perairan
S1 : Pasir dan patahan karang
2 3
S2 : Pasir sedikit lumpur 2
N : Lumpurkarang 1
2 Kondisi gelombang S1 : Tenang
3 3
S2 : Sedang 2
N : Kurang 1
74
Lanjutan Tabel 14. No. Kriteriaparameter
Kelas kesesuaian Bobot
Skor 3 Ketersediaan sumber
S1 : Dekat Mudah 2
3 benih
S2 : Jauh Cukup 2
N : Sangat Jauh Sulit 1
4 Kedalaman m S1 : 5 - 10
2 3
S2 : 10 - 25 2
N : 5; 25 1
5 Kecerahan m S1 : 4,5 – 6,5
2 3
S2 : 3,5 – 4,4; 6,6 – 7,7 2
N : 3,5; 7,7 1
6 Kecepatan arus mdt S1 : 0,15 – 0,25
1 3
S2 : 0,1 – 0,15 2
N : 0,1; 0,3 1
7 Suhu °C S1 : 22 - 25
1 3
S2 : 26 - 29 2
N : 30 - 32 1
8 Salinitas ‰ S1 : 31 - 34
1 3
S2 : 27 - 30 2
N : 27 1
9 pH S1 : 8,1 – 8,5
1 3
S2 : 7,5 - 8 2
N : 7,5 1
10 DO mgl S1 : 6 - 9
1 3
S2 : 4 - 6 2
N : 4 1
Sumber: Dimodifikasi dari Winanto, et al. 1991
Klasifikasi kelas kesesuaian dari total skor kesesuaian lokasi budidaya teripang dari perhitungan matriks di atas sebagai berikut:
22 – 36 = Tidak Sesuai N
37 – 50 = Sesuai S2
51 – 66 = Sangat Sesuai S1
75
Proses penyusuna n peta kesesuaian kawasan untuk zona pemanfaatan di Taman Nasional Karimunjawa tersebut di atas diilustrasikan pada Gambar 5.
Data Primer Data Sekunder
Kriteria Kesesuaian Suatu Lahan
pengharkatan pembobotan
Overlay Peta Tematik I
Peta Tematik II Peta Tematik ke n
Peta Tentatif Kesesuaian Lahan I
Ove
r
lay
Peta Tentatif Kesesuaian Lahan II
Peta Tentatif Kesesuaian Lahan ke n
Basis Data
Peta Kesesuaian Lahan I
Peta Kesesuaian Lahan II
Peta Kesesuaian Lahan ke n
Peta Penggunaan Pemanfaatan Lahan saat ini
Peta Kesesuaian Kawasan untuk Zona Pemanfaatan Taman Nasional Karimunjawa
Gambar 5 Proses penyusunan peta kesesuaian kawasan untuk Zona Pemanfaatan di Taman Nasional Karimunjawa
Usulan Masyarakat
76
3.5.2 Analisis sosial, ekonomi dan budaya