Perumusan Masalah Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

5 Berdasarkan atas kondisi dan permasalahan tersebut, kiranya untuk mengatasi konflik pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang terjadi dan sebagai acuan untuk memandu rencana pengelolaan jangka panjang ke depan, sudah saatnya segera dilakukan penentuan zonasi baru atau melakukan zonasi ulang. Zonasi yang akan ditentukan dalam penelitian ini menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yakni menekankan pada kriteria ekologi, ekonomi dan sosial. Selanjutnya, mengintegrasikan hasil penentuan zonasi tersebut dengan aspirasiusulan masyarakat dan kesesuaian lahan lokasi serta pemanfaatan lahan perairan saat ini present landuse, dan selanjutnya diperoleh penentuan akhir zonasi. Kemudian, sebagai arahan pengelolaan jangka panjang ke depan, dilakukan analisis kebijakan untuk menentukan alternati f strategi kebijakan mana yang perlu diprioritaskan untuk dilaksanakan terutama bagi penentu kebijakan dalam rangka pengelolaan dan pengembangan Kepulauan Karimunjawa secara berkelanjutan. Hingga saat ini penentuan zonasi untuk kawasan konservasi dengan pendekatan seperti dalam penelitian ini belum ada. Umumnya, penentuan zonasi hanya dilakukan berdasarkan atas kriteria ekologi atau ekologi dan sosial. Penelitian yang dilakukan Suryanto 2000 di Kepulauan Karimunjawa bahwa dalam penentuan zonasi didasarkan atas pendekatan Indeks Kepekaan Lingkungan IKL yang menekankan pada nilai-nilai ekologis atau ekosistem; sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Soselisa 2006 di gugusan pulau-pulau Padaido Kabupaten Biak bahwa dalam penentuan zonasi didasarkan atas kriteria ekologi, ekonomi dan sosial, tapi tidak mengintegrasikannya dengan aspirasi masyarakat dan kesesuaian lahan lingkungan. Oleh karena itu, diharapkan dari penelitian ini akan diperoleh suatu hasil yang lebih komprehensif dan dapat diaplikasikan ke lapangan, yaitu di satu sisi hasil penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat, di sisi lain kelestarian ekosistem dan sumberdaya yang ada dapat terpelihara kelestariannya.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan Kepulauan Karimunjawa ya ng saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara, berdampak terhadap beragamnya 6 kepentingan yang ingin memanfaatkan sumberdaya dan ruang di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa oleh berbagai individu, kelompok masyarakat, dan pengguna lainnya. Akibat pertambahan penduduk, perluasan permukiman, perkembangan kegiatan perikanan, perkembangan wisata bahari, dan semakin meningkatnya kegiatan transportasi laut, maka kawasan Taman Nasional Karimunjawa mendapat tekanan ekologi yang berat akibat eksploitasi sumberdaya yang terus menerus dari para pengguna users untuk beragam kepentingan dan penggunaan. Akibatnya, terjadi konflik kepentingan conflict of interest dalam penggunaan ruang dan sumberdaya, terutama konflik yang terjadi antara Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pengelola dengan masyarakat nelayan dan pembudidaya yang melakukan aktifitasnya dalam kegiatan penangkapan ikan dan budidaya laut, serta benturan kepentingan antara kepemilikan pulau secara pribadi oleh beberapa orang investorpengusaha dengan Balai Taman Nasional terutama peruntukan suatu pulau untuk pendirian cottageresort dan kegiatan wisata lainnya, bersamaan dengan program pengembangan wisata bahari yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut, secara nyata telah berakibat terhadap meningkatnya degradasi ekosistem dan sumberdaya di Kepulauan Karimunjawa. Beragamnya penggunaan oleh para stakeholders tersebut, mengharuskan bahwa dalam pengaturan ruang zonasi dan pengelolaannya harus dilakukan secara komprehensif yaitu pengelolaan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek ekologi tapi juga aspek ekonomi, sosial dan budaya. Penerapan aspek-aspek tersebut sejalan dengan prinsip atau kaidah pembangunan berkelanjutan yaitu menekankan pada kriteria ekologi, ekonomi dan sosial sebagai pilar utamanya, sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam penentuan zonasi. Sebagai kawasan konservasi, penentuan batas-batas zonasi Taman Nasional Karimunjawa hingga kini masih mengacu pada zonasi yang diusulkan pada tahun 1990 dan belum pernah mengalami revisi. Berdasarkan atas dinamika sosial ekonomi masyarakat seperti pertambahan penduduk, perluasan permukiman, meningkatnya kegiatan perikanan laut, berkembangnya kegiatan wisata, transportasi laut, dan atas dasar kondisi ekosistem dan sumberdaya seperti laju kerusakan terumbu karang, hutan mangrove, potensi perikanan, maka zonasi yang telah ada perlu untuk direvisi kembali dengan menetapkan zonasi baru yang 7 didasarkan pada kriteria ekologi, ekonomi dan sosial, dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat setempat serta perlunya mempertimbangkan kesesuaian lahan daya dukung sebagai arahan dalam alokasi pemanfaatan lahanperairan. Dalam penetapan zonasi ulang rezonasi, masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan pengelolaan dan pelaksanaannya, karena tidak dilibatkannya masyarakat atau stakeholders terutama dalam penentuan zonasi dan proses perencanaan awal dapat berimplikasi terhadap tidak efektifnya dalam mencapai sasaran dan tujuan suatu pengelolaan keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan konservasi. Menurut Post dan Lundin 1996 dan UNEP 1999, keterlibatan masyarakat atau stakeholders pada setiap tahapan yang mungkin di dalam pengembangan dari suatu rencana zonasi pesisir dan laut adalah sangat penting dalam pengakuan dan keberhasilan implementasinya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Penentuan zonasi yang berjalan selama ini sudah tidak efektif lagi dalam mencapai sasaran dan tujuan pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Karimunjawa. Hal ini terlihat dari indikasi kerusakan ekosistem dan sumberdaya. 2 Strategi kebijakan pengelolaan yang sedang berjalan belum mengakomodasi kepentingan para stakeholders termasuk aspirasi masyarakat lokal. Hal ini terlihat dari masih terjadinya konflik pemanfaatan dan belum adanya penentuan prioritas pengelolaan.

1.3 Tujuan Penelitian