Kualitas perairan laut Analisis Biogeofisik .1 Penggunaan lahan dan tutupan wilayah

116 Berdasarkan sebaran jenis pasang-surut di Indonesia dan perhitungan data pasang-surut, di wilayah Kepulauan Karimunjawa memiliki tipe pasang-surut “Semi Diurnal Tide ” yaitu dalam satu hari 24 jam terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Tipe pasang ini memiliki kesamaan dengan tipe pasang yang terjadi di perairan Jepara dan Semarang. Menurut laporan Balitbang 2004, pasang naik di perairan Karimunjawa terjadi pada pukul 08.00-12.00 WIB, dan pukul 16.00-20.00 WIB dengan interval antara pasang naik dan air surut berkisar antara 80-140 cm atau rata- rata fluktuasi pasut sebesar 90 cm.

4.2.4 Kualitas perairan laut

Kualitas air secara luas diartikan sebagai faktor fisika, ki mia dan biologi yang mempengaruhi kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kualitas air laut memegang peranan penting dalam penyelesaian siklus kehidupan bagi berbagai jenis biota laut dalam suatu ekosistem lautan. Kualitas air yang baik adalah kondisi air yang dapat menopang bagi penyelasaian setiap siklus dalam kehidupan biota serta mendukung bagi kehidupan organisme makanan ikan yang diperlukan pada setiap stadia daur hidup ikan. Kualitas perairan yang diteliti mencakup parameter fisika dan kimia air, meliputi variabel kecerahan, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, BOD5, COD, nitrat dan fosfat.. Parameter yang diteliti ini sangat berkaitan dengan jenis limbah atau buangan waste yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat di kepulauan Karimunjawa yang umumnya berupa limbah organik dan unsur hara nutrient dari kegiatan budidaya laut. Variabel-variabel yang diukur di atas merupakan parameter utama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut termasuk keberlangsungan hidup bagi terumbu karang. Secara keseluruhan nilai kualitas air yang terukur di daerah penelitian masih berada di bawah Baku Mutu Air Laut. Hasil pengukuran kualitas perairan di daerah penelitian secara rinci disajikan pada Tabel 22. 117 Tabel 22 Hasil pengamatan kualitas perairan laut di Kepulauan Karimunjawa No Pulau Kedalaman m Kecerahan Arus mdt Suhu °C Salinitas ‰ pH DO mgl COD mgl BOD 5 mgl NO 3 mgl PO 4 mgl 1 P. Karimunjawa 6.831 87.813 0.240 28.963 32.350 7.495 5.019 31.854 15.594 0.089 0.012 2 P. Menjangan Bsr 5.450 92.500 0.240 29.525 32.250 7.800 4.133 43.305 13.858 0.206 0.024 3 P. Menjangan Kcl 6.000 90.000 0.220 29.200 32.500 7.600 5.147 55.671 18.270 0.049 0.010 4 P. Burung 8.167 93.333 0.257 28.700 32.500 7.367 4.753 29.610 10.510 0.056 0.009 5 P. Geleang 8.400 97.000 0.266 28.980 33.700 7.780 4.928 27.025 10.043 0.360 0.022 6 P. Cemara Kecil 9.500 84.000 0.273 28.900 32.125 7.800 5.055 32.930 16.148 0.164 0.056 7 P. Cemara Besar 9.667 82.333 0.290 28.933 33.000 7.400 5.190 32.830 11.120 0.046 0.007 8 P. Menyawakan 10.150 77.500 0.240 28.700 31.375 7.800 4.460 47.090 13.813 0.181 0.022 9 P. Kemujan 9.000 82.904 0.266 30.071 32.571 7.329 5.151 31.765 21.360 0.040 0.001 10 P. Bengkoang 10.000 80.000 0.244 29.460 32.800 7.640 5.120 36.790 15.609 0.228 0.015 11 P. Sintok 9.625 73.000 0.300 28.675 33.250 7.775 6.040 32.570 10.043 0.257 0.015 12 P Tengah 10.000 70.000 0.270 29.100 32.500 7.733 4.930 29.280 15.620 0.027 0.005 13 P. Kecil 10.000 80.000 0.270 28.500 32.500 7.567 5.827 34.790 12.190 0.052 0.017 14 P. Parang 9.043 86.286 0.264 29.029 33.286 7.886 6.133 41.580 15.612 0.352 0.024 15 P. Kembar 8.933 90.000 0.270 28.400 33.000 7.567 4.647 47.483 15.130 0.042 0.004 16 P. Nyamuk 9.667 79.833 0.283 28.650 33.750 7.950 4.730 39.933 12.722 0.170 0.019 17 P. Katang 9.667 85.000 0.300 29.100 33.167 7.867 6.043 30.763 10.010 0.125 0.016 18 P. Krakal Besar 9.400 80.667 0.300 28.833 32.500 7.467 5.827 32.480 10.880 0.052 0.010 19 P. Krakal Kecil 9.000 76.000 0.300 29.550 32.500 7.300 4.685 47.075 15.870 0.057 0.004 20 P. Kumbang 5.900 95.000 0.270 29.050 33.250 7.885 5.705 32.325 10.103 0.273 0.016 Baku Mutu Air Laut Biota Laut - 5 m - alami 10 alami 6 - 9 4 80 45 - - 118 Suhu rata-rata perairan di Kepulauan Karimunjawa berkisar antara 28,37- 29,63 °C. Kisaran suhu ini relatif cukup tinggi karena terjadi pada musim kemarau dimana intensitas cahayanya sangat kuat sepanjang hari. Kisaran suhu yang terukur ini sangat mendukung bagi kehidupan karang secara optimal, hal ini sesuai dengan pendapat Wells 1954 yang diacu oleh Supriharyono 2002 bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-29 o C. Sedangkan batas minimum dan maksimumnya adalah 16-17 o C dan sekitar 36 o C. Sesungguhnya faktor yang mengurangi pertumbuhan karang dan bahkan mematikan binatang tersebut bukan pada kisaran minimum dan maksimum suhu, akan tetapi terjadinya perubahan suhu yang ekstrim hingga 4-6 o C Coles dan Jokiel, 1978 yang diacu oleh Supriharyono 2000. Kisaran suhu yang terukur tersebut juga mendukung bagi terlaksananya budidaya pembesaran ikan kerapu yang memerlukan kisaran suhu optimal antara 28-29 o C Sunyoto, 2000, sedangkan menurut baku mutu air laut, kisaran suhu yang diperlukan untuk kehidupan biota budidaya perikanan masih bersifat alami untuk perairan laut tropis. Nilai pH di daerah penelitian bersifat alkalis basa yakni berkisar antara 7,6-8,2, sehingga sangat mendukung bagi kehidupan biota laut dan kegiatan budidaya laut. Kisaran nilai pH yang terukur tersebut masih mencerminkan sifat- sifat alami air laut berkaitan dengan kelarutan garam-garam, dan mengindikasikan bahwa perairannya belum mengalami pencemaran, di samping itu air laut memiliki peran sebagai penyangga buffer yang besar terhadap perubahan keasaman pH. Menurut Sunyoto 2000, nilai pH yang optimal untuk pembesaran ikan kerapu berkisar antara 7,6-8,7, sedangkan untuk kehidupan biota laut menurut baku mutu air laut kisaran pH yang diinginkan berkisar antara 6,5-8,5. Salinitas yang terukur berkisar antara 31,0 – 33,0 ‰. Salinitas diketahui merupakan faktor pembatas bagi kehidupan karang. Kisaran salinitas ini mendekati salinitas alami air laut sebesar 33 – 35 ‰, sebagaimana yang terjadi pada musim timur dimana intensitas cahaya kuat dan suhu udara bisa mencapai maksimum. Nilai kisaran salinitas yang terukur tidak fluktuatif dan masih dalam kisaran konstan untuk perairan laut daerah tropis yang tidak dipengaruhi oleh aliran sungai besar, sehingga sangat mendukung bagi kehidupan biota laut dan binatang karang. Menurut Kinsman 1964 yang diacu oleh Supriharyono 2002 binatang karang akan hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34 – 36 ‰, 119 sedangkan menurut Bengen 2002 kisaran salinitas yang mendukung bagi perkembangan terumbu karang adalah antara 30 – 36 ‰. Namun demikian, binatang karang masih bisa bertahan hidup pada kisaran salinitas antara 17,5 – 52,5 ‰ karena pengaruh alam seperti run-off limpahan air sungai, badai, hujan, air surut Wells, 1932 yang diacu oleh Supriharyono 2002. Sedangkan menurut ketetapan baku mutu air laut, kisaran salinitas masih ditolerir sebesar 10 dari salinitas alami air laut. Kecerahan air di perairan Karimunjawa masih sangat jernih, belum mengalami pencemaran. Hal ini tampak dari hasil pengukuran di masing-masing stasiun yang diteliti tingkat kejernihan air berkisar antara 70 – 100 , dan sebagian besar berada pada kisaran = 80 . Dilihat dari parameter TSS yang terukur masih relatif rendah yaitu berkisar antara 12 - 58 mgl jauh dari baku mutu air laut yang ditentukan sebesar = 80 mgl. Perairan yang jernih akan sangat mendukung bagi kehidupan biota laut, kegiatan usaha budidaya laut dan pengembangan pariwisata bahari yang masih virgin. Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di daerah penelitian masih relatif tinggi yakni berkisar antara 3,9 – 6,96 mgl. Dilihat dari ketentuan baku mutu air laut sebesar = 4,0 mgl, menunjukkan bahwa kondisi perairan di Karimunjawa sangat mendukung bagi keberlangsungan hidup berbagai biota laut baik secara ekologis maupun secara fisologis. Hal ini didukung oleh pendapat NTAC 1968 yang diacu oleh Yusuf 1994 bahwa suatu perairan yang baik bagi kehidupan organisme terutama ikan mempunyai kandungan oksigen tidak kurang dari 4,0 mgl. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sunyoto 2000, bahwa untuk kepentingan budidaya pembesaran ikan kerapu diperlukan oksigen terlarut paling sedikit 4,0 ppm. Kandungan oksigen yang relatif tinggi di daerah penelitian menunjukkan bahwa kondisi perairan masih relatif stabil, dekomposisi bahan organik baik secara biokimia maupun kimiawi berlangsung dengan baik, respirasi hewan air tidak mengalami gangguan dan fotosintesis oleh tumbuhan air berjalan normal, sehingga mencerminkan perairan yang stabil tidak mengalami tekanan ekologis maupun gangguan dari luar pencemaran air. Kondisi ini didukung oleh hasil pengukuran parameter BOD5 yakni berkisar antara 10, 51 – 49,05 mgl di bawah baku mutu air laut yang ditetapkan sebesar = 45 mgl; dan kandungan COD yang 120 terukur berkisar antara 24,33 – 55,19 mgl di bawah baku mutu yang ditentukan sebesar = 80,0 mgl. Kandungan nutrien dalam bentuk nitrat N-NO 3 dan fosfat P-PO 4 yang terukur di daerah penelitian umumnya relatif rendah, yakni berkisar antara 0,02 – 0,67 mgl N-NO 3 dan sebesar 0,004 – 0,036 mgl P-PO 4 . Walaupun ketentuan dari baku mutu air laut yang mensyaratkan kandungan ke dua variabel di atas tidak tercantum, namun kandungan yang terukur tersebut masih dalam kisaran normal alami untuk perairan laut yang dikelilingi oleh ekosistem terumbu karang. Kandungan nutrien yang terukur juga tidak menyebabkan kondisi perairan menjadi blooming plankton, sehingga tidak membahayakan biota laut. Masih sedikitnya kegiatan budidaya laut seperti ikan kerapu dan sudah tidak beroperasinya kegiatan pertambakan udang sejak tahun 2002 menyebabkan perairan Karimunjawa terhindar dari pengkayaan unsur hara nutrient yang membahayakan bagi keberlangsungan ekosistem terumbu karang.

4.2.5 Potensi sumberdaya hayati laut