31 mengakibatkan terjadinya efek kenaikan batas frekuensi bawah fL karena
adanya kenaikan waktu untuk mencapai stabil time constant yang lebih lambat.
Gambar 2.7 prinsip kestabilan dengan teknik umpan balik negatif
Gambar 2.8 diagram blok dari rangkaian Gambar 2.7
2.7.1 Konfigurasi Penguat Differensial Pada Op-Amp
Karena penguat pasangan differensial didalamnya terdiri dari dua buah transistor, maka untuk mendapatkan titik kerja DC yang simetris, diperlukan dua
buah transistor yang mempunyai konfigurasi bentuk phisis dengan karakteristik yang sama. Sedangkan untuk menghindari akibat pengaruh adanya perubahan
temperatur yang berbeda pada kedua transistor tersebut, sebaiknya cara pemasangan kedua transistor adalah dibuat sedemikian rupa agar sedapat mungkin
berpasangan-berhimpit satu sama lainnya.
32
2.7.2 Prinsip Dasar Rangkaian Penguat Differensial Pada Op-Amp
Untuk mengetahui prinsip kerja rangkaian pada penguat pasangan differensial adalah terlebih dahulu dengan mensyaratkan dimana besarnya arus
yang mengalir pada tahanan RE adalah konstan IE = I
C1
+ I
C2
≈ konstan. Hal ini sangat menguntungkan didalam disain rangkaian, karena nilai tahanan RE dapat
dipilih dan ditentukan sebesar mungkin, dengan demikian memungkinkan sekali untuk mendapatkan faktor perbandingan penolakan saat kondisi sama standar
internasional biasa menulis dengan notasi CMMR-Common Mode Rejection Ratio, sedangkan standar DIN yang digunakan di Jerman atau negara-negara
Eropa yang
berbahasa jerman
menuliskan dengan
notasi G-
Gleichtaktunterdrueckung. Dengan menetapkan nilai tahanan kolektor RC sama besar R
C1
= R
C2
= RC dan kondisi karakteristik transistor juga sama, maka berlaku hubungan arus kolektor I
C1
= I
C2
= 0,5·IE.
Gambar 2.9 rangkaian penguat diferensial
33
2.7.3 Karakteristik Penguat Diferensial
Penguat differensial pada Op-Amp mempunyai karakteristik yang sama dengan penguat tunggal emitor bersama common emitter, maka didalam analisa
titik kerja DC maupun analisa sinyal bolak balik pada dasarnya mengacu pada rangkaian emitor bersama.
Gambar 2.10 karakteristik penguat diferensial
2.7.4 Prinsip Kerja Penguat Diferensial