4.2. Profil Pertambangan Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
Kutai Timur Pada tahun 2003 deposit batubara nasional adalah sebesar 58.8 milyar ton,
dari jumlah tersebut 33.8 persen atau 19.5 milyar ton berada di Provinsi Kalimantan Timur DIT PMB,2004. Deposit batubara Kalimantan Timur
tersebut tersebar di tiga belas wilayah Kabupaten dan Kota. Saat ini deposit terbanyak berada di Kutai Kartanegara sejumlah 6.08 milyar ton atau 31.18 persen
terhadap deposit Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Timur sejumlah 5.3 milyar ton atau 27.18 persen terhadap deposit Kalimantan Timur Gambar 28
Sumber: Diolah dari data Dit. Pengusahaan Batubara dan Mineral 2003
Gambar 28 Deposit Batubara Kutai Kartanegara dan Deposit Batubara Kutai Timur
.
Saat ini terdapat 41 perusahaan yang secara resmi beroperasi di Provinsi Kalimantan Timur dengan konsesi lahan yang diberikan ijinnya dari pemerintah
pusat seluas 1.821.004 ha. Menurut Soelarno2007 meskipun lahan yang diperuntukan untuk pertambangan sangat luas, tetapi dalam penggunaannya akan
menyusut sesuai dengan kandungan deposit yang ada. Saat ini di Kabupaten Kutai Timur luas lahan yang dibuka asumsi tanpa reklamasi 60.000 ha. Terkait
dengan rencana pemerintah yang akan mengganti bahan minyak dan gas bumi untuk keperluan sektor energi dan industri ditahun 2010 sebesar 75 dan untuk
memenuhi permintaan pasar dunia yang cukup besar dengan harga yang bagus, maka deposit yang ada di Provinsi Kalimantan Timur akan mempunyai peran
sangat besar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas. Kondisi ini akan mendorong pelaku bisnis dibidang sumberdaya energi dari mineral batubara
31.18 27.18
41.64
Kutai Kartanegara Kutai Timur
Kabupaten lainnya
berlomba untuk melakukan aktifitas kegiatan penggalian eksploitasi batubara dan berebut pasar dengan permintaan yang sangat signifikan. Hal ini
menggambarkan berapa jumlah luasan lahan yang dapat diperkiraan akan rusak oleh penambang-penambang yang tidak bertanggung jawab. Secara lebih rinci
profil pertambangan batubara di provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai kartanera dan Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Profil Pertambangan Batubara Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara
No Kaltim
Kutai Kertanegara
Kutai Timur
Keterangan
1 DepositCadan
gan posisi
Tahun 2003 19.5 Milyar Ton
6.08 Milyar
Ton atau
31.18 4.04 Milyar
Ton 27.18 Sisanya terdapat
di 11 Kabupaten Kota
2 Produksi
Tahun 2003 57.7 Juta Ton
19.9 Milyar
Ton 16.2 Milyar
Ton s.d.a
3 Ekspor Tahun
2003 50.3 Juta Ton
17.37 Milyar Ton
16.03 Milyar Ton
Berasal dari
13Perusahaan 4
Jumlah Perusahaan
41 15
10 Sisanya
berada di
Kabupaten lain
5 Luas Lahan
1.821.004 ha. 527.703 ha
297.372 ha s.d.a
Sumber: Indonesia Mineral Coal Statistics 2004, Journal Ditjen Geologi dan Mineral Resources
Aktifitas kegiatan penambangan batubara terbuka tersebut akan membawa dampak, berupa dampak positif maupun negatif terhadap daerah yang
bersangkutan. Pada Tabel 12 nampak bahwa pada saat ini perusahaan yang beroperasi di
Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 15 perusahaan dan di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 10 perusahaan. Jumlah penambang pelaku penggalian mineral
batubara terbuka yang tertera di Tabel 12 tersebut belum termasuk pengusahaan penambangan batubara yang ijinnya diberikan oleh pemerintah daerah setempat
dengan luasan dibawah 1000 ha. Terdapat juga pengusahaan penggalian Batubara yang tidak mendapat ijin dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Penggalian batubara jenis ini adalah pengusahaan eksploitasi Batubara terbuka secara illegal dan biasanya tidak mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan
berkelanjutan sehingga dampak yang ditimbulkan banyak merugikan terhadap ekosistem alam terutama lingkungan.
Seperti disebutkan di atas terdapat dampak positif dan negatif dari aktiftas penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai
Timur. Dampak positif secara ekonomi terhadap daerah antara lain; Pertama, kontribusi terhadap neraca pemasukan keuangan didalam PDRB, nilai kontribusi
dari batubara Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 70 dan di Kabupaten Kutai Timur sebesar 80. Kedua ,dapat menggairahkan perputaran ekonomi masyarakat
secara nyata. Sebagai contoh dampak terhadap ekonomi riil adalah tingginya frekwensi transpotasi yang digunakan untuk mendukung aktifitas produksi, akibat
dari aktifitas tersebut dibangunnya sarana dan prasarana fisik. Terkait dengan perekonomian di sektor riil, dampak positif dari aktifitas eksploitasi batubara di
dua kabupaten tersebut terlihat banyaknya jumlah atau arus barang yang masuk, sehingga berdampak positif terhadap sektor perdangangan dan pembangunan.
Indikasi ini terlihat dengan meningkatnya kenaikan dua sektor tersebut sebesar 15 tiap tahun. Dampak positif terhadap sosial budaya antara lain terdapatnya
assimilasi antara penduduk asli dengan pendatang. Penduduk pendatang usia kerja yang rata-rata tiap tahun bertambah 2.4 di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
6.8 tiap tahun di Kutai Timur. Kenaikan angka-angka tiap sektor per tahun di kedua Kabupaten Kutai kartanegara dan Kutai Timur disebabkan karena
terdapatnya aktifitas pertambangan batubara terbuka. Di samping dampak positif seperti diuraikan diatas, terdapat juga dampak
negatif dari aktifitas eksploitasi batubara terbuka yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh adalah terhadap
keseimbangan kehidupan biotik dan abiotik sehingga sistem alam ecosystem rusak yang ditandai dengan turunnya kualitas lingkungan. Kenampakan nyata
dampak negatif tersebut dapat terlihat insitu terutama pada lahan. Lahan pasca
tambang batubara terbuka yang ditinggalkan begitu saja derelict land akan menyisakan sejumlah persoalan teknis maupun non teknis. Secara teknis, terdapat
perubahan permukaan tanah, salah satu contoh bentuk topografi dengan
kemiringan yang ekstrim antara titik terendah dan tertinggi dengan sudut elevasi 45
. Tanah dengan bentuk lereng seperti tersebut sangat rentan terhadap terjadinya erosi. Aktifitas dengan alat-alat berat juga dapat menekan dan
memadatkan tanah sehingga berakibat terjadinya perubahan struktur tanah. Aktifitas-aktifitas seperti yang diuraikan diatas, dapat berakibat pada perubahan
sifat fisik dan kimia tanah sehingga tidak dapat untuk mendukung pertumbuhan tanaman Koch dan Ward, 2001. Gambar 29 menunjukkan lahan pasca tambang
yang ditinggalkan begitu saja tanpa di reklamasi berada di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Gambar 29. Lahan Pasca Tambang Batubara Terbuka Tidak di Reklamasi
Dampak negatif secara non teknis adalah timbulnya berbagai persoalan antara lain menurunnya tingkat kesehatan warga yang letak permukimannya dekat
dengan lahan pasca tambang yang ditinggalkan begitu saja. Hasil wawancara dan kuesioner terhadap warga masyarakat di sekitar lahan pasca tambang batubara
yang tidak direklamasi, menyatakan sulitnya untuk mendapatkan air yang berkualitas. Persoalan sosial budaya dan kelembagaan hak-hak adat terhadap
tanah menjadi kabur, karena penduduk setempat beranggapan tanah tersebut sudah tidak bisa menghasilkan untuk membantu kehidupan mereka. Lahan pada
kondisi seperti yang diuraikan di atas akan menjadi lahan yang diterlantarkan, lama-kelamaan tanah akan terus terdegradasi dan pada gilirannya menjadi gersang
dan sulit sebagai media tumbuh tanaman untuk keperluan produksi pertanianperkebunan. Lahan pasca tambang batubara untuk dapat mendukung
berlangsungnya ekosistem alam secara berkesinambungan, menurut Lorenzo et al. 1996 dalam kesimpulan penelitiannya di Pocos de Caldas, Spanyol diperlukan
waktu lebih kurang 50 tahun.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Karakteristik Lahan Pasca Tambang Batubara Menurut Lamanya Waktu Setelah Penambangan.
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, di mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
penggunaannya, termasuk didalamnya akibat kegiatan manusia yang dilakukan sekarang maupun di waktu yang lalu. Aktifitas eksploitasi penambangan batubara
terbuka, dimana lahan merupakan obyek kegiatan manusia, pada umumnya mengalami perubahan dari aslinya, terutama sifat fisik dan sifat kimia tanah, relief
muka bumi dan kondisi vegetasi. Faktor iklim dan hidrologi meskipun merupakan bagian dari lahan tetapi perubahan kedua faktor tersebut sangat tergantung pada
faktor-faktor tanah, vegetasi dan kondisi relief muka bumi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perubahan iklim suatu daerah,
salah satu diantaranya peran vegetasi. Vegetasi merupakan media pengatur transpirasi uap air menuju formasi awan sebagai cikal bakal terjadinya siklus
hidrologi, sedangkan tanah tempat akar berjangkar dari semua jenis vegetasi, faktor bentuk relief permukaan topografi sangat mempengaruhi kondisi tanah
untuk mendukung pertumbuhan vegetasi. Apabila kondisi tersebut tidak mengalami kerusakan. Maka secara empiris kondisi iklim dan hidrologi tidak
mengalami perubahan. Sebaliknya, apabila tiga komponen lahan relief, tanah, vegetasi mengalami perubahan, maka terdapat kemungkinan berdampak terhadap
perubahan iklim regional dan siklus hidrologi. Oleh karena itu, pembahasan
dilakukan terhadap kenampakkan permukaan tanah, sifat fisik dan sifat kimia tanah dan pertumbuhan vegetasi.
5.1.1 Perubahan Kenampakan Permukaan Tanah
Pengukuran yang dilaksanakan di tiga lokasi penelitian yang berbeda, masing-masing di lokasi yang direklamasi dan yang tidak direklamasi. Alat
pengukur sudut yang dipakai clinometer, sudut miring yang diperoleh dengan satuan persen pada jarak tertentu. Jarak miring antara dua titik diukur
dengan pegas ukur yang terbuat dari plat aluminium, dengan satuan meter. Setelah dihitung, dan diklasifikasikan menurut derajat kemiringan besarnya sudut dan
jauhnya jarak datar, maka hasilnya dapat dilihat seperti pada Tabel 13.