Tanaman palawija, jagung dan kacang tanah 1.56 Tanaman palawija, padi gogo dan Jagung 1.13

Tabel 19. Hubungan Waktu dan Jenis Tanaman serta Hasil Panen . Tahun Tanaman Pertumbuhan dan Pemeliharaan Hasil Panen 1 Tanaman Pohon : Mlinjo, Jambu mete, Karet, Kelapa sawit, Sukun . Mlinjo, Jambu mete, Karet, Kelapa sawit, Sukun. 1 Tanaman palawija: Jagung, Kacang tanah Padi Gogo , Ubi rambat Padi gogo, Jagung, Kacang tanah Padi Gogo, Jagung, Kacang Tanah,Ubi Rambat 1 Tanaman pagar penyekat kontur: Nenas dan Pisang Nenas dan Pisang Nenas dan Pisang 2 Padi gogo, Jagung, Kacang tanah Nenas dan Pisang 3-7 Mlinjo, Sukun, Karet,Kelapa sawit, Jambu mete, Padi Gogo,Jagung, Kacang tanah, Ubi Rambat, Nenas dan Pisang Catatan 1 Tanaman pertama setelah pembersihan Analisis finansial jenis tanaman menggunakan Net Present Value Method NPV dengan langkah-langkah perhitungan diuraikan sebagai berikut a Menentukan discount rate yang akan digunakan, dalam hal ini dapat dipakai sebagai acuan biaya modal cost of capital atau tingkat keuntungan rate of return yang dikehendaki atau dapat juga biaya peluang yang diperkirakan bakal terjadi opportunity cost b Menghitung present value PV dari net cashflows dengan discount rate pada butir a yang telah ditetapkan. c Menghitung present value PV dari investment. d Menghitung NPV dengan mengurangkan PV investment pada PV Net Cash flows. Apabila NPV positif berarti rate of return proyek lebih tinggi dari discount rate atau usaha tersebut akan dapat memberikan hasil lebih dari 10 atau dengan kata lain proyek usaha dapat dilaksanakan jika NPV 0. Hasil dari hitungan dengan formula NPV, IRR dan BCR dengan komputer tertera pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil analisis NPV, BCR dan IRR dari Keempat Kelompok jenis Tanaman No Komposisi Tanaman Jenis Tanaman BCR NPV IRR 1 a.Tanaman Pohon , Mlinjo dan Jambu Mete

b.Tanaman palawija, jagung dan kacang tanah 1.56

5.781.796 21.57 2 a.Tanaman Pohon , Karet

b.Tanaman palawija, padi gogo dan Jagung 1.13

2.044.559 14.34 3 a.Tanaman Pohon , Kelapa Sawit dan Sukun b.Tanaman palawija, Jagung, dan Ubi Rambat 1.35 3.684.698 17.35 4 a. Tanaman pohon Kelapa Sawit b Taman palawija Jagung dan ubi Rambat 1.10 1.153.285 13.84 Sumber Hasil analisis 2006 untuk setiap komposisi tanaman dihitung per ha Dari Tabel 21 tersebut diatas, nampak bahwa keempat komposisi tanaman mempunyai nilai NPV positif atau lebih besar dari 1 satu yang berarti rate of return proyek lebih tinggi dari discount rate atau usaha tersebut akan dapat memberikan hasil lebih dari 10 atau dengan kata lain proyek usaha dapat dilaksanakan. Terdapat kelebihan dan kelemahan dari masing-masing komoditi seperti pada Tabel 20. Bagi petani unsur operasional di lapangan dan aspek pemasaran yang menyangkut kecepatan dari produk tersebut untuk mendapatkan nilai rupiah serta kelompok tanaman yang mempunyai resiko lebih rendah adalah pilihan utama. Dari ke 4 empat kelompok jenis tanaman seperti pada Tabel 21 ,yang memenuhi syarat tersebut adalah jenis kelompok tanaman keras mlinjo dan jambu mete, sedangkan tanaman palawijanya jagung dan kacang tanah, tanaman pagar pisang dan nenas. Tanaman mlinjo dan jambu mete akan lebih mudah dipasarkan dibandingkan karet,kelapa sawit dan sukun, demikian juga sebaliknya karet, kelapa sawit dan sukun akan mempunyai nilai ekonomis tinggi apabila penanamannya di areal yang luas lebih besar dari 100 ha. Padahal lahan pasca tambang letaknya spot-spot sedikit sekali dijumpai dengan hamparan yang luas. Hasil panen dari karet, kelapa sawit memerlukan proses yang cukup rumit, begitu pula dengan tata niaga pemasaran yang cukup panjang, jika dibandingkan dengan jambu mete dan mlinjo. Komoditi sukun apabila dijadikan tepung juga memerlukan proses yang rumit. Pada jenis tanaman kelompok no 1 satu adalah yang mempunyai NPV tertinggi sebesar 5.781.796 dibandingkan dengan kelompok tanaman lain. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa kemungkinanan, antara lain : nilai atau harga pasar dengan flutuasi harga yang stabil. Kerapatan antar jenis tanaman yang dapat diatur bersamaan tanaman tumpang sari dengan mudah. Jarak tanam antar jenis tanaman sangat mempengaruhi jumlah kerapatan dari komoditi yang bersangkutan. Sebagai contoh hitungan pohon seperti pada ilustrasi Gambar 36. Gambar 36. Penempatan Tiap Jenis Tanaman Berdasarkan Jarak Tanam Pada Pola tanam Jambu Mete, Mlinjo, Tanaman Sela Jagung, Kacang Tanah dan Tanaman pagar Pisang dan Nenas Pada Gambar 36 jarak tanam antara pohon jambu mete 10 m x 10 m begitu juga hal yang sama dengan pohon mlinjo, sehingga dalam luasan satu hektar, terdapat jumlah yang sama, antara pohon jambu mete dan pohon mlinjo, masing-masing 30 pohon. Apabila jumlah pohon mlinjo atau pohon jambu mete ditambah maka konsekwensinya akan mengurangi komposisi varian tanaman lainnya, misalnya menghilangkan tanaman penyekat, sehingga luasan yang tesedia dapat ditanami kedua jenis tanaman yang diinginkan untuk menambah jumlah pohon. Selain jumlah kerapatan tiap jenis tanaman, faktor lain yang sangat menentukan adalah harga yang sedang berlaku di pasaran, biasanya terkait dengan kebutuhan konsumen. Sebagai contoh kebutuhan konsumen pada emping yang terbuat dari biji mlinjo sangat besar karena digunakan pendamping berbagai makanan pada acara tertentu, begitu juga kebutuhan konsumen akan biji mete sangat besar dari konsumen. Dengan demikian kedua jenis makanan tersebut merupakan komoditas yang sangat menjajikan keuntungan di tingkat petani, Jarak Tanam 10 3 5 5 3 10 3 4 5 3 10 3 5 5 3 10 3 10 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 10 Jm P s N M Ps N Jm Ps N M Ps Jm 100 1000 300 500 500 300 1000 300 400 500 300 1000 300 500 500 300 1000 300 1000 M eter Keteran g an : S im b ol Lu as L ah an Ha K 0.300 30 M 0.200 20 Ps 0.120 12 JKt 0.290 29 N 0.090 9 1.000 100 T anam an Pisang Jagung M T 1 dan K . T anah M T 2 T anam an Nenas Jum lah Pen gg un aan L aha n T anam an Jam bu M ete M linjo JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt JKt G am bar P ola Tana m J. M ete Mlinjo dan Tanam a n S ela Kacang Tanah, J agung, P isang dan Nenas JKt JKt JKt karena proses untuk menjadi makanan dari bahan bakunya tidak terlalu sulit, dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota keluarga. Oleh karena itu kedua jenis produk tanaman itu mempunyai banyak keunggulan. Saat ini permintaan pasar yang makin tahun meningkat, karena kebutuhan konsumen dalam negeri jumlahnya bertambah, hampir semua lapisan masyarakat menyukainya, pasar luar negeri juga meningkat sehingga menjadi komoditi ekspor non migas yang sangat potensial. Hasil dari tanaman sela, Jagung dan Kacang Tanah terdapat nilai lebih karena fuktuasi harga kedua komoditi tersebut tidak terlalu tajam antara harga terendah dan tertinggi dan dapat dikatakan mempunyai nilai harga yang stabil, dan kedua hasil tanaman tersebut saat sekarang merupakan bahan baku industri makanan yang diekspor ke mancanegara. Oleh karena, itu jenis tanaman mlinjo dan jambu mete serta tanaman sela kacang tanah dan jagung serta tanaman pagar dipilih dalam model reklamasi ini. Memang dua tanaman pohon mlinjo dan jambu mete dan dua tanaman palawija jagung dan kacang tanah dan tanaman pagar nenas dan pisang masih merupakan tanaman campuran dalam komposisi tanah luasan satu hektar. Apabila terdapat areal dengan luasan yang besar dan berbagai jenis tanaman dapat ditanam, seperti tanaman pagar diganti dengan tanaman kayu yang dapat dipanen dengan cepat maka penggunaan lahan seperti tersebut sangat menguntungkan. Penelitian Cifor di Kecamatan Pesisir Tengah, Krui, Lampung dan didesa Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat, menyebutkan penghasilan dari aktifitas kebun campuran antara pohon damar dan buah-buahan serta kayu merupakan penghasilan dari sistem pengelolaan lahan dengan agroforestri sederhana dapat meningkatkan pendapatan ekonomi khususnya keluarga dan masyarakat. Terdapat arus uang yang masuk ke Desa mencapai 70 dari hasil usaha agroforestry, dengan rincian : dari pendapatan hasil damar 34, dan dari hasil buah-buahan di tambah dengan hasil dari kayu 24, sisanya adalah jasa perdagangan yang menguntungkan pedagang lokal Foresta et al., 2000. Menurut Dupain 1994 dalam Foresta et al. 2000 pada Tahun 1993 nilai kotor penghasilan agroforestri dari tanaman campuran seluruh kawasan pesisir Krui mencapai Rp 14.5 milyar US 7.25 juta ditambah keuntungan pedagang lokal sebesar Rp 542 juta Nilai kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah saat itu US 1 lebih kurang sama dengan Rp 2000 . Sumber ICRAF Tahun .2000 Gambar 37. Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Desa Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat . Laporan resmi yang dikeluarkan International Centre for Research in Agroforestry ICRAF 2000 mengemukakan bahwa sistem pengelolaan lahan dengan model agroforestri yang intensip menjamin taraf hidup yang lebih baik bagi warga masyarakat. Ekonomi keluarga meningkat tiap tahun termasuk terdapat dana untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti ke Universitas. Dengan demikian kebun campuran antara pohon yang sesuai dengan lingkungannya dengan tingkat ekonomi tinggi serta tanaman pangan semusim, akan menjadi aset keluarga yang sangat bernilai, karena merupakan komoditas yang sangat potensial secara ekonomi. Kondisi ini perlu diterapkan di daerah lain, dengan memilih komoditas yang sesuai.

5.3. Analisis Keberlanjutan