Disamping itu terdapat 8 delapan faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem tetapi mempunyai tingkat ketergantungan tinggi pula.
Kedelapan faktor tersebut adalah : 1. Kestabilan, keamanan lahan jangka pendek dan jangka panjang secara
teknis tidak mudah longsor, 2.Jenis tanaman tahunan dan tanaman panganpalawija,
3.Tersedianya aturan per-undangan dan juklak pelaksanaan rehabilitasi lahan pasca tambang,
4.Teknologi pengurukan dan teknologi penanaman vegetasi, 5. ketersediaan topsoil dan subsoil,
6.Terwujudnya lahan pasca tambang yang dapat untuk meningkatkan pendapatan secara ekonomi,
7.Terwujudnya fungsi hutan dan ekosistem alam, 8.Tersedianya Undang-Undang rehabilitasi lahan pasca tambang.
Dengan demikian terdapat 12 dua belas faktor tersebut diatas adalah yang perlu dikelola agar lahan pasca tambang dapat berfungsi sebagai lahan yang memenuhi
harapan dari para stakeholders sebanyak 12 dua belasfaktor.
5.5. Gabungan Hasil Analisis
Existing Condition Dengan Menggunakan MDS dan
Need assessment Stakeholders dengan Menggunakan Kuesioner dan Analisis Prospektif.
Aktifitas eksploitasi Sumberdaya Alam khususnya mineral batubara di Pulau Kalimantan yang depositnya lebih banyak di kawasan hutan dan terdapat
tidak jauh dibawah permukaan tanah adalah merupakan aktifitas kerja sistem. Untuk mengembalikan lahan pasca tambang batubara agar dapat dimanfaatkan
secara ekonomi melalui meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian yang berbasis lahan, dan mengembalikan fungsi ekosistem alam secara tahap demi
tahap, perlu landasan berfikir agar maksud dan tujuannya terarah. Menurut Hartrisari 2002 memecahkan masalah yang besar dan komplek salah satunya
dengan metoda pendekatan sistem yang landasannya bertumpu pada cybernatik goal oriented
artinya berorientasi pada tujuan, holistic, melihat permasalahan secara menyeluruh kemudian memilih faktor yang dapat untuk mendukung tujuan
dan yang terahir efektif adalah implementasi dari cybernatik dan holistik di lapangan, artinya tujuan yang direncanakan dapat dilaksanakan di lapangan.
Terkait dengan penelitian, tujuan yang ingin dicapai adalah membuat model reklamasi lahan pasca tambang batubara tambang batubara di daerah
penelitian adalah tambang terbuka untuk maksud penanaman berbagai jenis tanaman yang biasa disebut dengan sistem pengelolaan lahan agroforestri kategori
sederhana. Sistem yang dibangun untuk maksud dan tujuan tersebut merupakan hasil penelusuran dari seluruh sistem secara keseluruhan holistic dan faktor yang
terkait, dan merupakan gabungan antara faktor-faktor hasil analisis menggunakan MDS existing condition dan faktor-faktor hasil analisis yang berasal dari
kebutuhan stakeholders. seperti pada Tabel 24.
Tabel 24. Gabungan faktor-faktor yang berasal dari Existing condition
dan faktor yang berasal dari stakeholders
N0
Existing condition MDS .
Kebutuhan Stakeholders
1 Peran LSM terhadap lingkungan
. 2
Kesadaran masyarakat 3
Kondisi morfologi tanah 4
Tersedianya aturan per-undangan dan juklak pelaksanaan rehabilitasi lahan pasca tambang
5 Tersedianya Undang-Undang rehabilitasi lahan
pasca tambang 6
Dilaksanakan dengan sistem padat karya 7
Adanya disain rehabilitasi lahan 8
Terwujudnya fungsi hutan dan ekosistem alam 9
Jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan palawija
10 Ketersediaan top soil dan subsoil
11 Teknologi pengurukan
Teknologi pengurukan dan teknologi penanaman vegetasi
12 Teknologi pengolahan lahan
Terwujudnya lahan pasca tambang yang dapat untuk meningkatkan pendapatan secara ekonomi
13 Teknologi pembuangan zat-zat
asam Keberadaan batuan yang berpotensi menghasilkan
zat-zat asam beracun. 14
Tingkat kerusakan lingkungan Tingkat kerusakan secara teristris
15 Pengetahuan
terhadap lingkungan
Kesetabilan, keamanan lahan jangka pendek dan jangka panjang secara teknis tidak mudah longsor,
Terdapat faktor-faktor yang maksud dan tujuannya sama diantara faktor yang berasal dari existing condition dan kebutuhan stakeholders. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah faktor “kestabilan, keamanan lahan jangka pendek dan jangka panjang” merupakan perwujudan pengetahuan tentang bagaimana
melakukan tahapan rehabilitasi lahan reklamasi lahan pasca tambang batubara agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan produksi yang berbasis lahan, yang
dimulai hubungan antara tanah dan vegetasi. Oleh karena itu, proses pengurukan tanah ke permukaan yang sudah rusak dan tidak dapat mendukung pertumbuhan
tanaman melalui tahapan penetapan kemiringan tanah slope. Hal ini dimaksudkan agar lahan dalam jangka pendek tidak longsor jika terjadi tekanan
dari atas dan dapat mengendalikan erosi air atau angin dalam jagka panjang jika datang menerpa kepermukaan tanah yang relatif masih baru. Oleh karena itu
faktor “kestabilan,keamanan lahan jangka pendek dan jangka panjang” dapat diwakili oleh faktor “pengetahuan terhadap lingkungan”.
Faktor kedua yang arti dan maksudnya sama adalah “tingkat kerusakan secara teristris” dan “tingkat kerusakan lingkungan”. Kerusakan secara teristris
adalah kerusakan yang terlihat dipermukaan sama artinya dengan kerusakan lingkungan sekitar pertambangan. Dengan demikian faktor kerusakan teristris
dapat diwakili oleh tingkat kerusakan lingkungan. Faktor ketiga adalah “keberadaan batuan yang berpotensi menghasilkan
zat-zat beracun” dalam kaitan manajemen rehabilitasi lahan reklamasi untuk keperluan agroforestri yang dapat meningkatkan pendapatan secara ekonomi
maka faktor lahan yang bebas dari unsur-unsur penghambat tumbuhnya vegetasi adalah mutlak harus hilang. Oleh karena itu, cara-cara “bagaimana menerapkan
teknologi pembuangan zat-zat asam atau yang beracun”. merupakan suatu kegiatan yang perlu, sehingga faktor keberadaan batuan yang berpotensi
menghasilkan zat beracun dapat diwakili oleh faktor “bagaimana menerapkan teknologi pembuangan zat-zat asam atau yang beracun”. Begitu juga dengan
faktor faktor “teknologi pengolahan lahan” dan faktor “terwujudnya lahan pasca tambang yang dapat untuk meningkatkan pendapatan secara ekonomi”. Teknologi
pengolahan lahan dilakukan setelah aktifitas reklamasi lahan pasca tambang batubara. Hal ini dimaksudkan agar lahan dapat berproduksi secara maksimal dan
dapat meningkatkan pendapatan secara ekonomi. Oleh karena itu, faktor “terwujudnya lahan pasca tambang yang dapat meningkatkan pendapatan secara
ekonomi” dapat diwakili oleh faktor “ teknologi pengolahan lahan”. Yang terakhir adalah kesamaan faktor “ teknologi pengurukan” dan faktor
“ teknologi pengurukan dan teknologi penanaman vegetasi” keduanya merupakan kesamaan kegiatan yang sama. Aktifitas penanaman vegetasi, sudah terwakili
dalam pengetahuan bagaimana melakukan pengolahan lahan, agar dapat meningkatkan pendapatan secara ekonomi yang berbasis lahan. Oleh karena itu,
faktor“ teknologi pengurukan” dapat mewakili faktor“ teknologi pengurukan dan teknologi penanaman vegetasi”.
Selain faktor-faktor tersebut diatas yang maksud dan tujuannya sama, terdapat juga faktor yang secara filosofi mengandung hakekat yang sama. Faktor
tesebut adalah “tersedianya aturan per-undangan dan juklak pelaksanaan rehabilitasi lahan pasca tambang” dan faktor “tersedianya Undang-Undang
rehabilitasi lahan pasca tambang” keduanya merupakan produk lembaga formal, yang mengharapkan sumberdaya alam tidak rusak setelah sebagian isi perut bumi
dikeluarkan untuk keperluan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, salah satu dari faktor tersebut cukup untuk dapat mewakili. Dipilihnya faktor “tersedianya
aturan per-undangan dan juklak pelaksanaan rehabilitasi lahan pasca tambang” adalah terdapat kata-kata juklak yang mengandung arti panduan teknis
pelaksanaan di lapangan, yang sesuai dengan kondisi setempat, sehingga terdapat rangkaian ikatan yang terus-menerus tersambung antara Undang-Undang dengan
segala peraturan dan sanksinya dan aturan pelaksanaannya di lapangan. Gabungan faktor-faktor hasil analisis dengan menggunakan MDS dan
hasil analisis dari stakeholders, seperti pada Tabel 25 Terdapat 14 empat belas faktor sebagai penyusun sistem reklamasi lahan pasca tambang batubara terbuka
yang berbasis agroforestri yang berkelanjutan.
Tabel 25. Hasil Gabungan Faktor Existing condition dan Need analysis
N0
Gabungan Faktor-faktor
1
Peran LSM terhadap lingkungan
2
Kesadaran masyarakat
3
Kondisi morfologi tanah
4
Tersedianya aturan per-undangan dan juklak pelaksanaan rehabilitasi lahan pasca tambang
5
Dilaksanakan dengan sistem padat karya
6
Adanya disain rehabilitasi lahan
7
Terwujudnya fungsi hutan dan ekosistem alam
8
Jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan palawija
9
Ketersediaan top soil dan subsoil
10
Teknologi pengurukan
11
Teknologi pengolahan lahan
12
Teknologi pembuangan zat-zat asam
13
Tingkat kerusakan lingkungan
14
Pengetahuan terhadap lingkungan
Untuk dapat memperoleh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem sebagai penentu yang paling dominan, maka dilakukan
analisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor dari ke empatbelas faktor gabungan tersebut dengan menggunakan analisis prospektif yang dilakukan pakar.
Gambar 56. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Kinerja Sistem Model Reklamasi Lahan Pasca Tambang Batubara Terbuka Berbasis
Agroforestri Berkelanjutan
Dari hasil analisis seperti terlihat dalam Gambar 56, terdapat 8 delapan faktor, masing-masing 4 empat faktor yang mempunyai pengaruh tinggi
terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor sangat rendah berada di kwadran satu. Artinya masing-masing faktor dapat ditingkatkan
kinerjanya tanpa harus memperhatikan faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Pengetahuan terhadap lingkungan 2.Tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi dalam kategori kerusakan
tingkat sedang, rusak berat atau berat sekali, sebagai basis untuk melakukan evaluasi dan perencanaan kedepan
3. Kesadaran masyarakat 4. Teknologi pembuangan zat-zat beracun.
Faktor yang mempunyai pengaruh tinggi untuk meningkatkan kinerja sistem tetapi mempunyai tingkat ketergantungan dengan faktor lain juga tinggi
terdapat di kwadran dua jumlahnya ada 4 empat. Faktor-faktor tersebut adalah: 1.Tersedianya disain rehabilitasi lahan pasca tambang
2.Teknologi pengurukan 3.Peran LSM
4 Jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan. Dari 8 delapan faktor tersebut, mengacu pada hasil analisis leverage mempunyai
nilai seperti pada Tabel 26.
Tabel 26. Nilai Hasil Analisis Leverage dari Faktor - Faktor Paling
Berpengaruh Terhadap Kinerja Sistem Model Reklamasi Lahan Pasca Tambang Batubara
No Faktor-Faktor
Nilai
1 Pengetahuan terhadap Lingkungan
3.04 2
Tingkat Kerusakan Lingkungan 2.19
3 Kesadaran Masyarakat
2.80 4
Teknologi Pembuangan Zat-Zat Beracun 2.04
5 Tersedianya Disain Rehabilitasi Lahan
0.77 6
Teknologi Pengurukan 2.72
7 Peran LSM
3.18 8
Jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan palawija 6.51
Kedelapan faktor tersebut diatas merupakan batasan sistem dalam model reklamasi lahan pasca tambang batubara yang akan didisain. Berangkat dari
pemahaman delapan faktor tersebut, maka proses untuk melakukan rancang
bangun sistem reklamasi yang akan dibuat dikemudian hari dapat dilakukan dengan mudah dalam implementasinya.
5.6. Causal Loop Diagram Model Reklamasi Lahan Pasca Tambang