Analisis Keberlanjutan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1

pedagang lokal sebesar Rp 542 juta Nilai kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah saat itu US 1 lebih kurang sama dengan Rp 2000 . Sumber ICRAF Tahun .2000 Gambar 37. Sumber Pendapatan Rumah Tangga di Desa Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat . Laporan resmi yang dikeluarkan International Centre for Research in Agroforestry ICRAF 2000 mengemukakan bahwa sistem pengelolaan lahan dengan model agroforestri yang intensip menjamin taraf hidup yang lebih baik bagi warga masyarakat. Ekonomi keluarga meningkat tiap tahun termasuk terdapat dana untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti ke Universitas. Dengan demikian kebun campuran antara pohon yang sesuai dengan lingkungannya dengan tingkat ekonomi tinggi serta tanaman pangan semusim, akan menjadi aset keluarga yang sangat bernilai, karena merupakan komoditas yang sangat potensial secara ekonomi. Kondisi ini perlu diterapkan di daerah lain, dengan memilih komoditas yang sesuai.

5.3. Analisis Keberlanjutan

Terhadap Lahan Pasca Tambang Batubara Existing Condition dengan menggunakan MDS. Lokasi penelitian di lahan pasca tambang yang tidak dilakukan reklamasi di Desa Mangunrejo L3, dan di desa Kampung Bali L4, keduanya terletak dikecamatan Telukdalam Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan pengamatan lapangan, hasil analisis teknis, dan merujuk pada berbagai literatur serta pengalaman lapangan yang sudah teruji, maka disusun atribut-atribut MDS yang dibagi menjadi dimensi-dimensi ekologi, ekonomi,sosial budaya, teknologi dan kelembagaan. Atribut-atribut tersebut diatas diajukan pada stakeholders sebagai 74 6 7 3 5 5 P e nd a p a ta n Agro fo re stri Te rdiri da ri : 1 . Upa h 1 4 2 . P e r da ga nga n 2 8 3 . Bua h 2 4 4 . Da m a r 3 4 Pe r d ag an g a n Pad i In d u s tr i L ain - lain Has il p in jam an Pe nda pa ta n Agr ofor e s t dasar diskusi dan kuesioner. Maksud dari analisis ini adalah untuk mengetahui dan sebagai crosschek pembuktian apakah lahan pasca tambang batubara yang tidak dilakukan reklamasi, tidak dapat mendukung keberlanjutan kehidupan. Analisis ini menggunakan atribut-atribut yang secara multi dimensi merupakan analisis keberlanjutan dari lahan pasca tambang batubara didaerah penelitian. Metode MDS Multi Dimentional Scaling digunakan untuk menganalisis setiap dimensi dari atribut-atibut yang bersangkutan.” Metode ini merupakan pengembangan dari Metode Rapfish, yang dimodifikasi untuk maksud mengetahui faktor yang paling dominan dalam sistem reklamasi lahan pasca tambang yang sedang diteliti. Metode ini belum pernah digunakan untuk menilai lahan pasca tambang batubara. Gambar 38 adalah hasil analisis secara multi dimensi yang terdiri atas 55 atribut dalam lima dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi hukum, kelembagaan, dan dimensi teknologi. Maksud analisis multidimensi adalah untuk mengetahui kondisi keberlanjutan lahan pasca tambang yang sedang diteliti. Hasil penilaian kelima dimensimultidimensi tersebut sebesar 29.90. Nilai indek keberlanjutan multidimensi sebesar 29.90 pada skala sustainabilitas 0-100 mengacu pada Tabel 7 terdahulu termasuk pada kategori kurang keberlanjutan. Hal ini membuktikan bahwa issue tentang kerusakan lingkungan, dampak negatif aktifitas kegiatan eksploitasi batubara secara illegal yang meninggalkan berbagai kerusakan adalah benar. Secara fisik kerusakan yang paling nampak menonjol adalah terdegradasinya daya dukung lahan. Ass-Morlaptabagf Ordination 29.90 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 140 Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas S u m b u y s e te la h r o ta s i Indeks Multidimensi References Anchors Gambar 38. Indeks keberlanjutan multidimensi lahan pasca tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja sebesar 29,90 . Dampak negatif dari aktifitas kegiatan yang bertujuan mengejar kepentingan ekonomi sesaat, hanya akan mengakibatkan punahnya semua unsur pendukung ekosistem alam. Dampak negatif lainnya secara psikologis terhadap masyarakat akan memberikan kecemasan terhadap harapan perekonomian untuk masa yang akan datang. Dampak negatif aktifitas serupa juga berakibat terhadap kultur budaya setempat, seperti bergesernya nilai-nilai adat. Sebagai contoh kelembagaan adat yang dari dulu kuat, mengelola kearifannya terhadap alam , menjadi tidak berdaya karena tekanan yang datangnya dari dalam dan dari luar baik yang bersifat material maupun non material. Sebagian masyarakat terpengaruh rasa ingin memiliki kesenangan material yang sifatnya instant dan konsumtip dengan menukar nilai-nilai luhurnya, akibatnya keberpihakan terhadap alam kurang. Hal ini dikarenakan penegakan hukum lemah dalam mengatasi merajalelanya illegal mining . Dengan nilai indek keberlanjutan seperti diatas 29.90 termasuk kategori sangat memprihatinkan, dan nyaris masuk pada posisi buruk, artinya betapa sangat serius tingkat kerusakan lingkungan, karena vegetasi dan kenampakkan seluruh permukaan bumi sebagai pendukung terjadinya jaringan sistem alam hilang. Menurut Bell 1996 dalam Grant 1998 hilangnya vegetasi dari permukaan bumi pada kawasan yang sangat luas, dapat mengganggu siklus hidrologi dan merakibat terhadap perubahan iklim regional. Pada musim kemarau akan sangat menyengat dengan sinar matahari secara langsung menerpa permukaan tanah, dan pada musim hujan sebaliknya akan mendatangkan banjir karena butiran air hujan yang jatuh kepermukaan tanah yang gundul tidak dapat ditahan. Beberapa daerah di Indonesia pernah terjadi banjir yang banyak menelan korban, setelah investigasi dilakukan oleh instansi yang berwenang terdapat kesimpulan adanya kerusakan lingkungan yang sangat hebat didaerah hulu karena penebangan hutan untuk kepentingan ekonomi. Kondisi seperti itu merupakan hasil dari sebuah aktifitas kegiatan yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Ass-Morlaptabagf 29.17 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 140 Indeks Kebelanjutan O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Indeks Dimensi Ekologi References Anchors Permasalahan rusaknya ekosistem alam yang sering mendatangkan bencana seperti diuraikan diatas adalah permasalahan yang komplek. Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang rumit perlu dicari faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja sistem alam tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dalam perbaikannya terarah, dan dapat dilaksanakan di lapangan. Oleh karena, itu perlu dilakukan analisis keberlanjutan tiap dimensi dan dilanjutkan dengan analisis leverage. Gambar 39 adalah hasil analisis dimensi ekologi lahan pasca tambang yang tidak dilakukan rehabilitasi. Terdapat indek keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 29,17. Berdasarkan skala penilaian seperti pada Tabel 6 termasuk kategori kurang berkelanjutan. Gambar 39. Indeks keberlanjutan dimensi ekologi lahan pasca tambang batu bara terbuka yang tidak dilakukan reklamasi sebesar 29,17. Lahan pasca tambang yang tidak dilakukan reklamasi atau tidak ada perlakuan rehabilitasi lahan lambat laun akan terjadi proses terdegradasi secara terus menerus. Di lapangan, biasanya kenampakkan permukaannya gundul tidak terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai penutup permukaan tanah. Dimulai dari kondisi inilah proses penurunan kwalitas lingkungan terjadi. Awalnya permukaaan lahan tidak dapat menahan hantaman butiran air sewaktu hujan turun S u m b u Y s e te la h r ot as i frekwensi hari hujan di Kalimantan sangat tinggi, begitu juga curah hujannya besar, maka terjadi erosi permukaan. Pada peristiwa ini terdapat dampak secara langsung dari aktifitas erosi terhadap permukaan tanah, yaitu terjadi pengelupasan permukaan tanah, sehingga muncul lapisan cadas yang sulit untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dampak tidak langsung yang terjadi diluar lokasi adalah terdapatnya endapan lumpur dan pasir didaerah hilir yang dibawa air, sehingga muara dasar sungai menjadi dangkal. Pada kondisi seperti ini dapat berakibat banjir dimusim penghujan, karena luapan air tidak dapat tertampung dalam sungai. Proses eksploitasi yang diawali dengan kegiatan pembersihan vegetasi tersebut, juga menjadikan kawasan sekitar mengalami perubahan iklim regional karena siklus hidrologi terganggu. Perbedaan musim, antara musim kemarau dan musim penghujan sulit diprediksi. Kondisi ini sangat merugikan bagi sektor pertanian atau kegiatan produksi yang berbasis lahan. Untuk mengetahui secara detail aspek atribut paling sensitif yang dapat memberikan kontribusi terhadap indek keberlanjutan dari dimensi ekologi, dilakukan analisis leverage. Gambar 41 menunjukkan terdapat delapan atribut yang sensitip terhadap nilai indek keberlanjutan pada dimensi ekologi. Kedelapan atribut tersebut adalah: 1 Tingkat kesuburan tanah. Tanah di lahan pasca tambang batubara terbuka yang termasuk kategori derelict land cenderung tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena tidak subur. Penelitian di lapangan yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2005 dilokasi Mangunrejo L4 Teluk Dalam, di lahan pasca tambang yang tidak pernah dilakukan rehabilitasi reklamasi tidak satupun tanaman dapat tumbuh. Begitu juga dilokasi Kampung Bali L3, Teluk Dalam dua, lahan pasca tambang yang ditinggalkan 3 tahun hanya ditemukan tanaman vegetasi bawah. Tanaman tersebut adalah jenis rerumputan dengan kerapatan kategori sangat jarang, seperti terlihat pada Tabel 15 terdahulu. Tidak tumbuhnya tanaman di lahan pasca tambang batubara terbuka tersebut, karena tanah sebagai sumberdaya dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi serta sebagai matrik atau media tempat berpijaknya akar tanaman dan sebagai tempat menyerap dan menyimpan air didalam tanah, tidak berfungsi. Analisis Leverage Dimensi Ekologi 0.73 3.04 3.91 2.19 2.16 3.18 3.26 1.03 2.80 1.30 0.40 2.35 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Kondisi permukaan tanah Kondisi morfologi tanah Tingkat kesuburan tanah Tingkat keruskan lingkunganTeresterial Dampak terhadap manusia dan satwa Pertumbuhan vegetasi Ketersediaan dan kualitas air Sumber mata air AgroklimatHidrologi Program konservasi tanah Tingkat keasaman tanah Proseswaktu suksesi A tr ib u t Perubahan Root M ean Square RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan Gambar 40. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai Root Mean Square RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi. Menurut Sitorus 2003 fungsi tanah seperti tersebut diatas merupakan sumberdaya lahan yang unik atau dapat juga disebut sumberdaya komposit composite resources, artinya sumberdaya lahan dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui renewable resources, tetapi juga dapat bersifat sebagai sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui non renewable resources . Tanah sebagai sumberdaya renewable resources manakala dalam pengelolaannya diberikan tambahan pupuk secara teratur, maka kerusakan lahan dapat diperbaiki. Sebaliknya, tanah sebagai sumberdaya non renewable resources apabila kerusakan tanah tidak dapat diperbaiki menyangkut hilangnya lapisan tanah yang untuk mengembalikannya secara alami butuh waktu lama ratusan sampai ribuan tahun. Terkait tanah di lahan pasca tambang yang ditinggalkan begitu saja, tidak pernah ada upaya rehabilitasi dan saat proses eksploitasinya tidak pada kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, kondisinya rusak secara permanen. Kondisi seperti ini terjadi karena proses erosi dan pencucian secara terus menerus mengakibatkan fungsi-fungsi utama tanah hilang. Maka tanah dilahan seperti yang diuraikan tersebut termasuk pada kategori non renewable resources . 2. Ketersediaan air dan kualitas air ; Aktifitas kegiatan yang berakibat terhadap berubahnya penggunaan lahan dapat mempengaruhi hubungan curah hujan dengan evapotranspirasi. Sebagai contoh lahan yang tadinya hutan lebat, terdapat berbagai jenis tanaman, suatu kondisi hutan yang dapat mengatur iklim setempat, dimana siklus hidrologi berjalan dengan normal sehingga terjadi curah hujan yang teratur. Air dapat disimpan dalam tanah dan dapat dialirkandidistribusikan. Apabila kondisi seperti diuraikan diatas tidak terdapat lagi disuatu kawasan, secara tiba-tiba lahan menjadi gundul dan tidak lagi dapat untuk menyimpan air, maka akan sulit mendapatkan sumber mata air. 3. Pertumbuhan vegetasi; Komponen biotik dalam ekosistem alam salah satunya adalah vegetasi yang berfungsi sebagai pelindung permukaan bumi tanah dari hempasan air hujan yang jatuh, serta menahan untuk sementara agar tidak terjadi benturan dipermukaan tanah yang dapat mengakibatkan erosi. Vegetasi juga dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan daya menahan air serta menahan terpaan angin dan teriknya matahari. Vegetasi juga dapat sebagai pengatur iklim setempat. Jasad renik juga berlindung dibawah vegetasi, berasimilasi sehingga dapat menghasilkan unsur hara yang diperlukan tanaman. Vegetasi juga dapat mengubah suasana dan sifat fisik tanah, dan aktifitas biologi yang dilakukan oleh bakteri,cendawan cacing tanah sehingga dapat memperbaiki porositas dan kemantapan agregat tanah.Vegetasi pada skala sedang dan makro dapat memperbaiki dan mempertahankan kualitas maupun kuantitas air. 4 Kondisi morfologi tanah. Kondisi morfologi tanah sangat mempengaruhi keberlanjutan lahan pasca tambang batubara terbuka yang ditinggalkan setelah mineral habis ditambang. Pada bagian permukaan tanah, bentuk topografi sangat berpengaruh terutama kemiringan lereng yang selalu berbanding lurus dengan laju erosi. Susunan horizon profil tanah dan ketebalan serta urutan horizon yang ada dalam tanah, sangat berpengaruh terhadap dapat atau tidaknya tanaman dapat tumbuh. 5 Agroklimat hidrologi Pengertian agroklimat dan hidrologi adalah sesuainya iklim setempat untuk suatu tanaman atau komoditas yang dipilih, dan bagaimana proses masuknya air kedalam tanah baik secara langsung maupun melalui vegetasi, dan tersimpan menjadi air permukaan maupun air dalam tanah. 6 Proses waktu suksesi. Proses suksesi dari berbagai tumbuhan diatas lahan sangat tergantung dari tanah. Apabila tanah berfungsi dengan baik untuk mendukung tumbuhnya tanaman maka proses suksesi vegetasi berjalan dengan baik dilahan pasca tambang batubara. 7 Dampak terhadap manusia dan satwa. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat lahan yang tidak diolah secara langsung adalah lingkungan yang kurang kondusif untuk mendukung kehidupan, misalnya udara panas, dan dampak secara langsung terhadap manusia adalah sulitnya mendapatkan air bersih, karena sumber-sumber air sudah tidak ada. 8 Tingkat kerusakan lingkungan. Tingkat kerusakan lingkungan dapat terjadi dengan berbagai tingkatan, tergantung dari penyebab yang menjadikan lahan rusak. Penyebab yang paling berat adalah perbuatan manusia yang mengakibatkan peningkatan erosi yang dipercepat, kerusakan terhadap permukaan secara terestrial, dapat menghilangkan seluruh kenampakan diatas lahan dapat mendorong laju erosi sangat hebat. Dari kedelapan faktor tersebut diatas dicari faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja sistem dengan menggunakan metode analisis ketergantungan dan keterikatan antar faktor metode analisis prospektif dengan bantuan pakar yang berkompeten. Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN DAMPAK THD MNS DAN SATWA PROSES WAKTU SUKSESI TINGKAT KESUBURAN TANAH KONDISI MORFOLOGI TANAH AGROKLIMAT HIDROLOGI KETERSEDIAAN KUALITAS AIR PERTUMBUHAN VEGETASI - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Ketergantungan P e n g a ru h Hasil analisis prospektif dari dimensi ekologi dapat dilihat seperti pada Gambar 41. Gambar 41. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Ekologi Pada Gambar 41 tersebut diatas terdapat dua faktor yang letaknya di kwadran satu. Faktor tersebut mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan tingkat ketergantungan antar faktor yang rendah. Faktor yang dimaksud adalah : 1. Kondisi morfologi tanah dan 2. Tingkat kerusakan lingkungan. Dua faktor lainnya berada di kwardan dua, adalah faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan tingkat ketergantungan antar faktor sangat tinggi pula. Dua faktor tersebut adalah 1. Ketersediaan air dan kualitas air dan 2. Pertumbuhan vegetasi. Pada analisis leverage atribut-atribut kesuburan tanah, ketersediaan dan kualitas air serta pertumbuhan vegetasi merupakan urutan satu sampai dengan tiga. Setelah analisis prospektif dilakukan atribut kondisi morfologi tanah sebagai yang mewakili atribut-atribut tersebut. Kondisi morfologi tanah memang merupakan aktualisasi kondisi biofisik di lapangan. Apabila kondisi morfologi tanah sesuai dengan horizon tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan dapat menyimpan cukup air tanah, maka dikatakan morfologi tanah dapat mendukung aspek kehidupan. Sebaliknya manakala morfologi tanah tidak sesuai dengan yang diuraikan di atas,maka dikatakan kondisi lahan sulit untuk mendukung kehidupan tanaman. Atribut tingkat kerusakan lingkungan sangat berpengaruh tinggi terhadap upaya perbaikan. Untuk meningkatkan kinerja sistem maka nilai indek keberlanjutan atribut tersebut harus ada perlakuan menuju kearah perbaikan. Dua atribut lainnya adalah ketersediaan air dan pertumbuhan vegetasi yang perlu mendapatkan perhatian, ditingkatkan nilai indek keberlanjutaannya. Gambar 42 menunjukkan hasil analisis keberlanjutan dimensi ekonomi dari lahan pasca tambang batubara yang tidak direklamasi. Terdapat nilai indek keberlanjutan sebesar 18.82 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar tersebut merupakan nilai terendah dari skala sustainability dan tergolong pada kategori buruk mengacu pada Tabel 6 terdahulu. Ass-Morlaptabagf Ordination 18.82 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas S u m b u y s e te la h r o ta s i Indeks Dimensi Ekonomi References Anchors Gambar 42. Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Pengelolaan Lahan Pasca Tambang Batu bara Sebesar 18,82 . Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar 18.82 apabila dibandingkan dengan nilai indek dimensi ekologi sangatlah jauh lebih rendah. Hal ini menunjukan bahwa lahan pasca tambang batubara tersebut tidak dapat memberikan nilai manfaat bagi kehidupan. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang paling hakiki menurut Sanim 2002 terutama dalam hal eksploitasi sumberdaya alam khususnya mineral adalah tidak boleh mengabaikan dampak negatif terhadap sumberdaya alam lainnya, meskipun mendatangkan devisa keuntungan kepada negara. Sanim 2002 juga berpendapat bahwa hasil eksploitasi sumberdaya alam untuk keperluan ekonomi harus tumbuh berkembang secara bersama dengan kegiatan pemulihan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan pemulihan akibat kerusakan dan kegiatan eksploitasi merupakan kesatuan entity yang tak terpisahkan, artinya manakala lingkungan rusak maka dalam waktu tertentu tidak akan memberikan faedah secara ekonomi sehingga tidak akan terjadi keberlanjutan. Kenyataannya di lapangan menunjukkan pengambilan mineral batubara di bawah permukaan tanah dilakukan tidak dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, berakibat yang sangat serius terhadap sumberdaya lahan, sehingga lahan tidak mempunyai nilai ekonomi. Lahan pasca tambang tidak dapat digunakan untuk aktifitas produksi yang berbasis lahan. Saat hasil eksploitasi di bawah lahan mineral batubara dihitung secara moneter memang terdapat nilai ekonomi, tetapi lingkungan dan sumberdaya alam lain seperti lahan tidak dapat berfungsi untuk keperluan produksi. Untuk dapat melihat lebih detail aspek mana yang dapat meningkatkan nilai manfaat dari dimensi ekonomi, perlu dilakukan analisis leverage dari setiap atribut, agar dapat diketahui aspek-aspek dari setiap atribut yang paling sensitif terhadap nilai indek keberlanjutan. Pada Gambar 43 berdasarkan hasil analisis leverage dimensi ekonomi terdapat lima atribut yang dapat mempengaruhi besarnya nilai indek keberlanjutan. Kelima atribut tersebut adalah : 1. Prediksi akan mendorong penghasilan ; Lahan pasca tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja yang tidak ada perlakuan rehabilitasi dengan cara reklamasi lahan tidak akan memberikan manfaat secara ekonomi. Apabila dilakukan upaya perbaikan dengan cara reklamasi lahan yang berbasis agroforestri, prediksi kedepan akan dapat memberikan penghasilan dan mendorong pada tingkat kesejahteraan secara ekonomi. Analisis Leverage Dimensi Ekonomi 1.23 5.54 5.26 5.44 3.89 8.84 2.84 1.81 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat penyerapan tenaga kerja Kebutuhan biaya Prediksi usaha berbasis lahan Kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Nilai ekonomi lahan Prediksi mendorong penghasilan Kompensasi dari pasca penambangan Lembaga keuangan A tr ib u t Perubahan Root M ean Square RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan Gambar 43. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai Root Mean Square RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi 2. Kebutuhan biaya ; Biaya cost sangat dibutuhkan untuk melakukan aktifitas reklamasi lahan, sehingga atribut ini sangat penting keberadaannya agar atribut satu dapat terwujud. 3. Konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi ; Lahan pasca tambang yang tidak dilakukan rehabilitasi dan ditinggalkan begitu saja tidak akan memberikan arti bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Lahan pasca tambang batubara akan memberikan arti manakala lahan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai media untuk produksi tanaman, sehingga pendapatan masyarakat secara ekonomi meningkat. Untuk dapat memberikan kontribusi perlu ada upaya perbaikan rehabilitasi lahan dengan cara reklamasi sehingga dapat dilakukan kegiatan ekonomi yang berbasis lahan. 4. Prediksi kedepan sebagai sarana usaha yang berbasis lahan ; Saat ini tidak terpikirkan lahan pasca tambang dapat berperan secara ekonomi sebagai basis produksi yang berbasis lahan, karena kondisi lahan tidak mendukung tanaman dapat tumbuh. Agar terwujud lahan pasca tambang dapat sebagai sarana usaha maka yang terkait dengan atribut nomor 4 adalah upaya melakukan recovery fungsi-fungsi tanah agar dapat berfungsi sebagai media tumbuh. Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji Prediksi yg mendorong penghasilan Prediksi usaha yang berbasis lahan Nilai ekonomi lahan Kebutuhan biaya Konstribusi thd kesejahteraan rakyat - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 Ketergantungan P e n g a ru h 5. Nilai ekonomi lahan ; dalam kondisi seperti saat ini nilai ekonomi lahan sama sekali tidak ada, tetapi akan terdapat nilai lahan secara ekonomi manakala lahan tersebut dapat digunakan untuk berproduksi, terutama sebagai media tumbuh tanaman. Aktifitas pertanian, perkebunan, maupun kehutanan, akan mengakibatkan terciptanya pasar, dan akan tumbuh sarana dan prasarana yang menuju kelokasi tersebut sehingga akan terdapat nilai ekonomi lahan. Untuk itu perlu pengelolaan lahan secara optimal sebagai basis usaha yang produktif. Untuk memperoleh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem perlu dilakukan analisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor dengan analisis prospektif. Hasilnya seperti pada Gambar 44. Gambar 44. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Ekonomi Hasil analisis keterkaitan dan ketergantungan dari lima faktor dalam dimensi ekonomi tersebut terdapat satu faktor yang terletak di kwadran 2 dua. Faktor tersebut mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor tinggi juga, faktor yang dimaksud adalah : konstribusi terhadap kesejahteraan rakyat. Pada kwadran 1 satu terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor rendah. Faktor tersebut adalah 1 Prediksi usaha yang berbasis lahan, dan 2 Prediksi mendorong penghasilan. Kedua faktor inilah yang perlu dikelola pada prioritas pertama. Meskipun pada analisis leverage atribut prediksi lahan pasca tambang dapat mendorong penghasilan merupakan urutan pertama, hal itu akan terwujud manakala terdapat usaha yang berbasis lahan. Oleh karena itu, analisis prospektif yang dilakukan pakar, menghasilkan atribut usaha yang berbasis lahan pada urutan pertama sangat benar, karena atribut prediksi usaha yang berbasis lahan akan mendorong penghasilan. Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa atribut urutan pertama pada analisis leverage akan terwujud atribut prediksi mendorong penghasilan dan urutan berikutnya akan mensejahterakan masyarakat, manakala usaha tersebut berbasis lahan. Apabila hal itu terlaksana maka nilai ekonomi lahan akan naik secara otomatis. Oleh karena itu, artibut yang sangat dominan dan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya nilai indek keberlanjutan dimensi ekonomi, adalah apabila faktor usaha yang berbasis lahan yang menghasilkan keuntungan bagi kesejahteraan rakyat ditingkatkan kinerjanya. Gambar 45 menunjukkan hasil analisis dimensi sosial budaya. Nilai indek keberlanjutan dari dimensi sosial budaya sebesar 31.70. Nilai tersebut menurut skala indek keberlanjutan seperti pada Tabel 6 termasuk pada kategori kurang keberlanjutan. Nilai indek keberlanjutan pada dimensi tersebut jika dibandingkan dengan nilai indek keberlanjutan dimensi ekologi dan dimensi ekonomi tergolong lebih baik. Nilai dimensi ini sejalan dengan hasil kuesioner dari lapangan. Masih terdapat potensi masyarakat yang dapat diajak bekerjasama untuk mengatasi permasalahan lahan pasca tambang yang tidak direhabilitasi, artinya nilai indek keberlanjutan tersebut masih dapat ditingkatkan. Misalnya melalui penyelenggaraan lokakarya tingkat pedesaan pemahaman, sekaligus praktek di lapangan tentang pemeliharaan lingkungan dan penyelenggaraan gerakan sadar lingkungan melalui community development. Semua usaha tersebut dengan tujuan meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap pentingnya lingkungan untuk mendukung kehidupannya. Ass-Morlaptabagf Ordination 31.7 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 140 Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas S u m b u y s e te la h r o ta s i Indeks Sosial Budaya References Anchors Gambar 45. Indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya pengelolaan lahan bekas tambang batu bara sebesar 31,70. Untuk mencari faktor yang paling sensitif dan dapat dijadikan faktor pemicu dalam dimensi sosial budaya tersebut perlu dilakukan analisis leverage. Hasil analisis leverage setiap atribut adalah seperti terlihat pada Gambar 46. Terdapat enam atribut yang paling sensitif mempengaruhi nilai indek keberlanjutan pada dimensi sosial budaya. Keenam atribut tersebut akan diuraikan berikut ini : 1. Pengaruh terhadap kesehatan Lahan pasca tambang yang ditinggalkan begitu saja setelah eksploitasi selesai dilakukan pada kawasan yang luas sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk sekitar kawasan. Kondisi ini diawali dengan sulitnya mendapatkan air bersih didaerah permukiman, karena sumber-sumber air telah tercemar dan kemungkinan sudah tidak ada lagi, sehingga timbul berbagai penyakit diantaranya : penyakit diare dan penyakit gatal-gatal pada kulit. Analisis Leverage Dimensi Sosial Budaya 0.73 3.04 3.91 2.19 2.16 3.18 3.26 1.03 2.80 1.30 0.40 2.35 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Pengaruh terhadap nilai sosial budaya Pengetahuan tentang lingkungan Pengaruh terhadap kesehatan Pengaruh terhadap pendidikan Kesadaran terhadap SDAlingkungan Peran LSM terhadap lingkungan Bertambahnya LSM Peran LSM terhadap kesejahteraan Kesadaran masyarakat Kesungguhan menyikapi masalah lingkungan Jarak lokasi dengan pemukiman Frekuensi konflik A tr ib u t Perubahan Root M ean Square RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan Gambar 46. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai Root Mean Square RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial budaya. 2 Bertambahnya LSM Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang penyelamatan lingkungan, di daerah permukiman yang dekat dengan aktifitas eksploitasi tambang batubara akan dapat mempercepat penyadaran masyarakat di bidang penyelamatan lingkungan. Lembaga tersebut dapat membantu program pemerintah untuk bersama-sama mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat terkait dengan penurunan kwalitas lingkungan sebagai dampak negatif dari eksploitasi tambang yang tidak dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. 3 Peran LSM terhadap lingkungan ; peran kelompok ini sangat membantu terhadap usaha perbaikan kearah lingkungan yang lebih baik. Tata laksana dalam melakukan rehabilitasi lahan atau lingkungan perlu ada pelopor pioner kelompok kecil. Kenyataan di lapangan perangkat dan peran serta kelompok ini sangat besar dalam masyarakat. 4 Pengetahun tentang Lingkungan ; pengetahuan tentang bagaimana mengembalikan kondisi lingkungan agar menjadi baik sangat diperlukan. Kondisi saat ini di lapangan, pengetahuan masyarakat tentang lingkungan sangat terbatas. 5 Kesadaran masyarakat; tingkat kesadaran masyarakat adalah suatu kondisi yang diharapkan pada proses perbaikan lingkungan. Saat ini terdapat kesadaran masyarakat tetapi belum berani melakukan kegiatan kearah perbaikan lingkungan, karena terdapat keterbatasan. Oleh karena itu, peran serta LSM dalam program kepedulian terhadap lingkungan perlu dibina. 6 Frekwensi konflik ; hasil wawancara dan kuesioner dari stakeholders termasuk masyarakat yang berdomisili di sekitar lahan pasca tambang menunjukan, bahwa pernah terjadi konflik horizontal antara eksploiters yang datang dari luar daerah atau luar desa dengan penduduk asli. Terdapat beberapa pemicu konflik antara lain perusakan lingkungan dan hak-hak adat atas tanah penduduk asli. Perbedaan budaya juga dapat sebagai pemicu konflik. Dari semua konflik tersebut tidak ada yang sampai menimbulkan korban jiwa. Keenam atribut sosial budaya hampir semuanya penting, karena atribut- atribut tersebut menggambarkan kondisi sebenarnya yang berada di lapangan. Dalam program penanganan dari komplesitas permasalahan perlu dilakukan analisis keterkaitan antar faktor. Mengunakan metode analisis prospektif dengan bantuan pakar yang berkompeten dalam bidang sosial budaya dapat ditemukan faktor yang paling strategis atau paling dominan untuk menaikan derajat nilai keberlanjutan dimensi tersebut. Gambar 47 menunjukkan hasil analisis prospektif yang dilakukan pakar senior dalam bidang sosial budaya. Gambar 47. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Sosial Budaya Terdapat satu faktor yang terletak di kwadran 1 satu , faktor tersebut sangat berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan rendah terhadap peningkatan kinerja dimensi sosial budaya. Satu faktor tersebut adalah; Bertambahnya Lembaga Swadaya Masyarakat. Disamping itu terdapat tiga faktor yang sangat berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan sangat tinggi pula terhadap peningkatan kinerja dimensi sosial budaya. Ketiga faktor tersebut adalah 1. Peran LSM terhadap lingkungan 2. Kesadaran masyarakat dan 3. Pengetahuan terhadap lingkungan. Analisis prospektif dari pakar yang menghasilkan faktor perlu ada penambahan jumlah LSM, adalah variabel yang mewakili kelima atribut dalam dimensi sosial budaya. Kelima atribut tersebut adalah ”kondisi kesehatan” masyarakat saat ini. ditandai dengan sulitnya mendapatkan air bersih, menimbulkan banyak gangguan kesehatan seperti diare dan gatal-gatal pada kulit, yang berakibat terhadap menurunnya kondisi kesehatah masyarakat. Kondisi semacam ini memaksa ” peran LSM terhadap lingkungan” agar masyarakat lebih meningkat ”pengetahuan tentang lingkungan”, sehingga akan terwujud ”kesadaran masyarakat”. Kesadaran masyarakat tentang lingkungan memang kurang, dan apabila dikaitkan dengan kerukunan mereka menghadapi permasalahan Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji FREKWENSI KONFLIK YANG TERJADI DI MASYARAKAT. KONDISI KESEHATAN PENGETAHUAN TENTANG LINGKUNGAN KESADARAN MASYARAKAT BERTAMBAHNYA LSM PERAN LSM TERHADAP LINGKUNGAN - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 Ketergantungan P e n g a ru h lingkungan, pernah terjadi konflik, baik yang bersifat klaim terhadap lahan pasca tambang maupun masalah-masalah lain. Hal ini karena kondisi yang serba sulit, keterbatasan –keterbatasan masyarakat untukmengelola kawasannya menjadi kendala dalam menempuh kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, kehadiran lembaga swadaya masyarakat non profit untuk melakukan advokasi positif yang bertujuan agar lingkungan menjadi sehat adalah suatu kebutuhan. LSM dimaksud sebagai pionir dengan program-program yang merupakan faktor pengungkit menuju kearah kehidupan yang lebih baik. Aktifitas LSM yang berinteraksi positif dengan masyarakat tersebut merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya. Gambar 48 menunjukkan nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi sebesar 43.50 merupakan nilai tertinggi dari seluruh nilai indek keberlanjutan. Ass-Morlaptabagf Ordination 43.50 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas S u m b u y s e te la h r o ta s i Indeks Dimensi Teknologi References Anchors Gambar 48. Indeks keberlanjutan dimensi teknologi pengelolaan lahan bekas tambang batu bara sebesar 43,50. Nilai indek keberlanjutan sebesar 43.50 termasuk pada kategori kurang keberlanjutan. Apabila dibandingkan dengan dimensi-dimensi yang lain masih lebih tinggi nilainya. Hal ini menggambarkan bahwa sebenarnya anggota masyarakat sekitar lahan pasca tambang batubara yang tidak direklamasi dilokasi penelitian mempunyai kemauan untuk melakukan rehabilitasi lahan dengan cara reklamasi, tetapi masih terdapat kendala, biaya dan keterbatasan lainnya. Untuk mengetahui aspek yang paling sensitip dan dapat dijadikan pemicu treger agar nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi dapat meningkat dilakukan analisis leverage. Pada Gambar 49 nampak bahwa terdapat tiga atribut yang paling menonjol untuk dapat menaikkan indek keberlanjutan. Analisis Leverage Dimensi Teknologi 1.03 1.06 1.08 1.09 1.11 1.10 1.03 0.84 2.72 2.47 2.04 0.12 0.40 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Pengetahuan terhadap rehabilitasi lahan Pengetahuan tentang reklamasi lahan Pengetahuan tentang sifat fisik dan kimia tanah Penguasaan teknologi reklamasi Teknologi pemilihan jenis tanah Teknologi pemilihan jenis tanaman Teknologi pembibitan Penguasaan teknologi rehabilitasi lahan Teknologi pengurukan Teknologi pengolahan lahan pasca tambang Teknologi pembuangan zat-zat asam Teknologi konservasi Penguasaan teknologi pengolahan lahan A tr ib u t Perubahan Root M ean Square RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan Gambar 49. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi . Ketiga atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi adalah 1 Teknologi pengurukan. Yang dimaksud dengan teknik pengurukan dalam reklamasi lahan pasca tambang batubara adalah strategi dalam proses kegiatan pelapisan dasar lahan pasca tambang, lapis demi lapis dengan memperhatikan kaidah – kaidah, antara lain persyaratan penghilang zat yang berpotensi menimbulkan asam atau basa, kaidah konservasi dengan memperhatikan kemiringan tanah. 2. Teknologi pengolahan lahan pasca tambang, merupakan aktifitas yang dilakukan setelah kegiatan reklamasi selesai dilakukan, tujuannya adalah agar tanaman dapat tumbuh dan dapat berproduksi. 3. Teknologi pembuangan zat-zat asam, adalah suatu cara dalam teknologi pengurukan tanah yang mempunyai ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku pada proses reklamasi lahan pasca tambang. Gambar 50 menunjukkan nilai indek keberlanjutan dimensi hukum sebesar 37,20. termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan. Ass-Morlaptabagf Ordination 37.20 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sumbu x setelah rotasi : skala sustainabilitas S u m b u y s e te la h r o ta s i Indeks Dimensi Hukum References Anchors Gambar 50. Indeks keberlanjutan dimensi hukum pengelolaan lahan bekas tambang batu bara sebesar 37,20. Secara umum nilai keberlanjutan dimensi hukum tersebut hampir sama rendahnya dengan nilai indek keberlanjutan sosial budaya, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai indek keberlanjutan dimensi ekologi dan ekonomi. Nilai indek keberlanjutan dimensi hukum lebih rendah dibandingkan dengan nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi. Apabila diurutkan maka nilai indek kelima dimensi tersebut dapat ditulis sebagai berikut : [ink tek ] [ink ek,ekl] [ink hk,sb] Nilai indek keberlanjutan dimensi hukum, dan dimensi sosial budaya [ink hk,sb], dan nilai indek keberlanjutan dimensi teknologi [ink tek ] lebih besar dari nilai indek dimensi ekonomi dan dimensi ekologi [ink ek,ekl]. Artinya pada lahan pasca tambang batubara yang ditinggalkan begitu saja, tidak terdapat sama sekali keberlanjutan dari dimensi ekologi dan ekonomi, asas manfaat tidak diperoleh secara ekonomi dari lahan pasca tambang batubara terbuka yang tidak dilakukan rehabilitasi lahan. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakan yang diperoleh dari aktifitas eksploitasi tambang batubara terbuka terhadap sistem ekologi alam sangat parah. Terdapat beberapa alasan, mengapa hal semacam itu dapat terjadi, salah satu diantaranya adalah karena tingkat kepatuhan terhadap hukum yang rendah. Seperangkat aturan dalam mengawal sumberdaya alam perlu ditindak lanjuti pada level penyelenggara otoritas pemerintahan setempat. Untuk dapat melihat secara rinci atribut yang paling sensitip apabila dilakukan perbaikan untuk maksud meningkatkan nilai indek keberlanjutan dimensi hukum, maka dilakukan analisis leverage seperti terlihat pada Gambar 51. Terdapat tujuh atribut yang sensitif yang perlu diperhatikan, dengan nilai diatas 3. Atribut tersebut adalah : 1. Keadilan hukum, keadilan yang harus diterapkan di lapangan adalah harus yang bersifat tegas tidak pandang bulu, oleh karena pengawalan pihak yang berwajib dilakukan secara terus menerus di lapangan. 2. Kepatuhan terhadap zonasi, mematuhi kesepakatan tataruang yang didukung oleh aspek legalitas adalah sangat mutlak dan pengawasan di lapangan harus secara terus menerus, sanksi harus pula dilakukan dipengadilan. 3. Kepatuhan terhadap hukum, merupakan aspek yang perlu mendapatkan perhatian, karena aspek ini merupakan kunci kesadaran untuk menjaga sumberdaya agar tetap berkesinambungan. 4. Adanya tokoh panutan, merupakan kunci pada masyarakat yang agraris dan adat oleh karenanya aspek ini merupakan kunci untuk menyampaikan pesan-pesan positif dan membangun. 5. Tersedianya aturan formal, adalah merupakan produk struktural yang disepakati bersama dan disahkan melalui lembaga perwakilan rakyat untuk disahkan menjadi produk konstitusi yang mengikat. 6. Penyuluhan hukum, adalah merupakan aspek yang strategis sebagai wahana pendidikan tentang produk Undang-Undang yang besifat tertulis maupun yang tidak tertulis seperti hukum-hukum adat yang diakui keberadaannya di masyarakat. 7. Ketersediaan aturan adat, adanya aturan adat merupakan tatanan yang dapat dipantau langsung dari bawah. Analisis Leverage Dimensi Hukum 3.04 3.17 3.05 1.09 3.05 4.09 2.32 3.80 3.39 2.71 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Ketersediaan adat Adanya tokoh panutan Ketersediaan aturan formal Ketersediaan personil penegak hukum Penyuluhan hukum Keadilan dalam hukum Demokrasi dalam penentuan kebijakan Kepatuhan terhadap zonasi Kepatuhan terhadap hukum Status lahan A tr ib u t Perubahan Root M ean Square RMS ordinasi jika salah satu atribut dihilangkan Gambar 51. Peran masing-masing atribut yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai RMS terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum. Dari ketujuh atribut yang dikemukaan diatas terdapat empat yang hampir mempunyai nilai sama yaitu atribut “adanya tokoh panutan”, “tersedianya aturan formal”, “ penyuluhan hukum”, dan” ketersediaanya aturan adat” merupakan issue yang berkembang saat ini di lokasi. Dari wawancara dan kuesioner aturan adat adalah peraturan yang sudah turun temurun, dan sulit untuk menambah atau Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji Kersedianya aturan hukum adat Penyuluhan Hukum Keadilan Hukum Adanya Tokoh Panutan Tersedianya aturan Formal Kepatuhan terhadap zonasi Kepatuhan terhadap hukum - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Ketergantungan P e n g a ru h mengurangi aturan tersebut karena memang sudah berlaku dari dahulu sampai sekarang dalam wilayah adat dan dipatuhi oleh anggota adat. Kondisi adat yang sudah ada sejak dulu tersebut, kemudian masuk kepentingan lain dari luar masyarakat adat yang mempunyai daya tekan sangat besar yang berbenturan sangat kuat di lapangan maupun secara struktural. Begitu juga dengan tokoh panutan yang berada dalam komunitas adat, hampir tidak berdaya menahan kekuatan yang berakibat degradasi kualitas kepemimpinan lokal, karena kekuatan dari luar yang sangat besar. Dua atribut yang mempunyai nilai sama adalah penyuluhan hukum dan adanya aturan formal. Oleh karena itu, dalam dimensi ini perlu dilakukan analisis keterkaitan antar faktor yang dilakukan pakar. Gambar 52. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Dimensi Hukum Hasil analisis prospektif oleh pakar terhadap hasil analisis leverage seperti pada Gambar 52 menunjukkan terdapat satu faktor yang paling berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan antar faktor rendah faktor tersebut berada di kwadran satu. Atribut tersebut adalah : Tersedianya aturan formal. Disamping itu, terdapat dua faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem tetapi mempunyai tingkat ketergantungan tinggi pula. Kedua faktor tersebut adalah : 1. Adanya tokoh panutan, dan 2. Kepatuhan terhadap hukum. Hasil analisis prospektif dari pakar tentang faktor penentu yaitu harus adanya aturan formal, memang secara administrasi aturan formal adalah produk hukum yang disahkan oleh lembaga yang diatur oleh Undang-Undang, tetapi biasanya yang terlupakan adalah proses mewujudkan aturan formal tersebut. Mekanisme yang baik dalam proses untuk mendapatkan aturan formal tersebut adalah yang menyerap aspirasi semua stakeholders. Hal ini perlu agar aturan formal yang dimaksud dikawal secara bersama-sama stakeholders, bukan hanya penguasa saja. Oleh karena itu, penekanannya pada proses terjadinya aturan formal tersebut, perlu dibuat mekanisme bersama-sama antara stakeholders dan penguasa daerah setempat. Setiap analisis yang dilakukan seperti diuraikan diatas, dimulai dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi sampai dengan dimensi hukum menunjukkan nilai indek keberlanjutan yang berbeda-beda. Hal ini terjadi karena disetiap atribut dalam setiap dimensi mempunyai nilai yang berbeda -beda juga. Konsep pembangunan berkelanjutan juga mengisyaratkan bahwa harus terjadi keseimbangan nilai indek tiap dimensi, meskipun pada kondisi tertentu pada suatu sektor pembangunan dalam suatu kawasan nilai indek keberlanjutan dari salah satu dimensi harus tetap mempunyai skala prioritas tetap tinggi. Misalnya pembangunan fisik bendungan dikawasan tengah daerah aliran sungai dari suatu kawasan besar. Bendungan tersebut untuk keperluan pengairan di sub kawasan hilir yang dituntut nilai indek pembangunan dimensi ekonominya tinggi. Maka pada sub kawasan hulu nilai indek dimensi ekologinya harus tinggi. Hal itu bukan berarti mengorbankan nilai indek dimensi lainnya rendah, semua dimensi yang mendukung terselenggaranya dimensi prioritas tersebut harus juga mempunyai nilai indek keberlanjutan yang tinggi. Misalnya dimensi pendukung itu adalah dimensi hukum. Dimensi hukum dikawasan hulu tersebut harus mempunyai nilai indek keberlanjutan yang tinggi, karena dimensi ini mempunyai tugas pengawalan hukum dan pelaksanaan hukum law enforcement. Bagaimana jadinya manakala hukum tidak ditegakan didaerah hulu, sistem ekologi di daerah hulu yang banyak ditumbuhi vegetasi hutan sebagai sumber pengatur mata air, masyarakatnya harus taat dengan peraturan perundangan, baik perundangan yang tidak tertulis seperti kaidah-kaidah yang berlaku dimasyarakat misalnya hukum adat, atau hukum tertulis yang datangnya dari pemerintah. Gambar 53 menunjukkan ploting nilai indek keberlanjutan pada delapan layang-layang kite diagram yang menunjukan hampir rata-rata semua dimensi nilai indek keberlanjutan dibawah angka 50, artinya bahwa kasus yang sedang diteliti adalah termasuk pada kategori kurang keberlanjutan. 29.17 18.82 37.2 43.5 31.7 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Gambar 53. Diagram layang kite diagram nilai indeks keberlanjutan pengelolaan lahan bkas tambang batu bara. Untuk menilai apakah jumlah atribut dari seluruh dimensi sudah cukup atau belum dalam penelitian di lapangan dengan menggunakan metode MDS, perlu dilakukan uji statistik. Terdapat dua parameter statistik untuk menilai kualitas hasil analisis tersebut, artinya apakah jumlah atribut yang dianalisis sudah cukup memandai representatif untuk mewakili yang diteliti atau masih perlu ada penambahan atribut. Parameter pertama disebut nilai “stress” dan parameter kedua adalah koefisien determinsi, biasanya ditulis dengan lambang huruf R 2 , keduanya dinilai untuk setiap dimensi dan multidimensi. Makin kecil nilai “stress” tidak boleh melebihi angka 25, dan makin besar nilai koefisien determinasi R 2 yang mendekati nilai satu 1 dikatakan analisis dengan metode MDS adalah berkualitas bagus Fisheries, com, 1999. Tabel 21. Hasil analisis keberlanjutan untuk beberapa parameter statistik Nilai Statistik Multi Dimensi Ekologi Ekonomi Sosial- Budaya Tekno- logi Hukum Stress 0.13 0.13 0.13 0.13 0.14 0.14 R 2 0.95 0.95 0.95 0.95 0.95 0.95 Jumlah iterasi 2 2 2 2 2 2 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2006. Tabel 21 menunjukkan terlihat bahwa masing-masing dimensi dan multi dimensi nilainya sangat kecil.Oleh karena itu, seluruh atribut yang digunakan untuk menilai disetiap dimensi pada lahan pasca tambang batubara terbuka yang tidak dilakukan upaya perbaikan dinilai sudah cukup baik dan representatif. Analisis dengan menggunakan metode MDS disamping harus melihat tingkat akurasi terhadap jumlah atribut dari setiap dimensi atau jumlah keseluruhan atribut yang digunakan untuk menganalisis obyek yang sedang diteliti sudah representatitif atau belum dari seluruh permasalahan yang dibuktikan dengan perhitungan nilai parameter “stress” dan koefisien determinasi R 2 terdapat dua asumsi yang perlu dibuktikan. Dua asumsi tersebut adalah: Pertama tingkat kepercayaan indek total multidimensi dan kepercayaan teradap nilai indek setiap dimensi. Kedua pengaruh kesalahan terhadap pembuatan skor pada setiap atribut yang disebabkan oleh karena pemahaman, perbedaan opini, atau penilaian dari peneliti yang saling berbeda, kesalahan pemasukan data atau data yang hilang, atau nilai “stress” yang terlalu tinggi, yang terahir karena kesalahan prosedur yang dapat mempengaruhi stabilitas proses analisis MDS. Untuk membuktikan kedua asumsi tersebut digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini adalah analisis yang berbasis komputer dengan menggunakan teknik random number . Dinamakan Monte Carlo karena prinsip dan prosesnya mirip dengan permainan roullet yang ada di kota Monte Carlo, permainan tersebut dapat berfungsi sebagai pembangkit bilangan acak yang sederhana berdasarkan teori statistik untuk mendapatkan dugaan peluang suatu model matematis. Analisis Monte Carlo pada penelitian ini yang dilakukan beberapa kali pengulangan hasilnya mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indek total masing-masing dimensi seperti pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil analisis Monte Carlo untuk nilai indeks keberlanjutan multidimensi dan masing-masing dimensi pada selang kepercayaan 95. Status Indeks Keberlanjutan Hasil MDS Hasil Monte Carlo Perbedaan Multidimensi 29,90 30,12 0.22 Ekologi 29,17 29,93 0.76 Ekonomi 18,82 19,06 0.24 Sosial-Budaya 31,70 31,10 0.60 Teknologi 43,50 43,56 0.06 Hukum dan Kelembagaan 37,20 38,10 0.90 Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2006 . Tabel 22 menunjukkan yaitu hasil analisis dengan metode MDS dan analisis dengan metode Monte Carlo menghasilkan perbedaan seperti pada kolom 4 yaitu nilai perbedaannya sangat kecil, tidak lebih dari 5. Hal ini membuktikan tingkat kepercayaan terhadap indek total multidimensi dan kepercayaan teradap nilai indek setiap dimensi, dan pengaruh kesalahan yang dapat mempengaruhi terhadap seluruh proses analisis dengan metode MDS adalah melebihi 95. Oleh karena itu, dari analisis dengan Monte Carlo menghasilkan bahwa 1. pengaruh kesalahan terhadap pembuatan skor pada setiap atribut sangat kecil 2. kesalahan yang diakibatkan oleh karena pemahaman, perbedaan opini, atau penilaian dari peneliti yang saling berbeda, relatif sangat kecil 3. kesalahan pemasukan data atau data yang hilang, atau nilai “stress” yang terlalu tinggi, sangat kecil 4. kesalahan prosedur yang dapat mempengaruhi stabilitas proses analisis MDS juga relatif kecil. Dari hasi-hasil tersebut diatas maka metode analisis Rap - Asslaptabat Rapid - Assessment lahan pasca tambang batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sangat tepat sebagai alat evaluasi keberlanjutan lahan pasca tambang batubara terbuka. Dari hasil evaluasi keberlanjutan existing condition dengan metode MDS diperoleh 17 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indek keberlanjutan sistem, yaitu : [A].Dimensi Ekologi : 1 Kondisi morfologi tanah 2 Tingkat kerusakan lingkungan 3 Ketersediaan air dan kualitas airnya 4 Pertumbuhan vegetasi [B].Dimensi Ekonomi 5 Prediksi mendorong penghasilan 6 Prediksi usaha yang berbasis lahan 7 Konstribusi terhadap kesejahteraan rakyat [C] Dimensi Sosial Budaya: 8 Bertambahnya LSM 9 Peran LSM terhadap lingkungan 10 Pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan 11 Kesadaran masyarakat [D] Dimensi Teknologi: 12 Teknologi pengurukan 13 Teknologi pengolahan lahan 14 Teknologi pembuangan zat-zat Asam [E] Dimensi Hukum : 15 Tersedianya aturan formal 16 Adanya tokoh panutan 17 Kepatuhan terhadap hukum Ketujuhbelas 17 atribut tersebut di atas akan dicari faktor yang paling dominan atau yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kinerja multi dimensi dari lahan pasca tambang batubara. Oleh karena itu, analisis saling keterkaitan antar faktor dan tingkat pengaruhnya satu sama lain perlu dilakukan oleh pakar senior yang berkompeten dalam memandang lahan pasca tambang secara multidimensi dengan metode analisis prospektif. Hasil dari analisis tersebut seperti terlihat pada Gambar 54. Terdapat satu faktor yang paling berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan antar faktor rendah, dan terdapat 7 tujuh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem tetapi mempunyai tingkat ketergantungan tinggi pula. Gambar 54. Faktor Paling Berpengaruh Terhadap Peningkatan Indek Keberlanjutan Lahan Pasca Tambang Batubara Secara Multidimensi Satu faktor yang paling berpengaruh tinggi dan tingkat ketergantungan antar faktor rendah untuk meningkatkan kinerja indek keberlanjutan lahan pasca tambang batubara dilihat dari multidimensi adalah : 1. Peran LSM terhadap lingkungan. Disamping itu terdapat 7 tujuh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem tetapi mempunyai tingkat ketergantungan tinggi pula. Ketujuh faktor tersebut adalah 1. Kesadaran masyarakat 2. Pengetahuan terhadap lingkungan 3. Tingkat kerusakan lingkungan 4. Kondisi morfologi tanah 5. Teknologi pembuangan zat-zat beracun 6. Teknologi pengurukan 7. Teknologi pengolahan lahan. Dengan demikian jumlah faktor yang perlu dikelola agar lahan pasca tambang dapat berfungsi sebagai lahan yang memenuhi konservasi lahan dan dapat menuju pada ekosistem alam yang berkelanjutan serta bermanfaat secara ekonomi, sebanyak 8 delapan faktor.

5.4. Analisisis Kebutuhan Pelaku Sistem