lahan pasca tambang dapat digunakan untuk mensejahterakan masyarakat dan lahan pasca tambang sudah memberikan manfaat secara ekonomi.
5.11. Arahan Kebijakan Lahan Pasca Tambang Batubara yang di Terlantarkan
Berdasarkan hasil analisis MDS Multi Dimentional Scaling dari 5lima dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi
teknologi dan dimensi hukum kelembagaan, seperti pada Tabel 39, menunjukkan bahwa lahan pasca tambang yang tidak direklamasi, mempunyai
nilai indeks keberlanjutan termasuk kategori buruk atau tidak berlanjut. Diantara 6 enam dimensi, dimensi ekonomi mempunyai nilai sangat rendah, yaitu 18,82.
Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi sebesar tersebut, menggambarkan lahan tersebut secara ekonomi tidak dapat memberikan manfaat apa-apa terhadap
kehidupan, khususnya pemanfaatan untuk keperluan produksi yang berbasis lahan.
Tabel 39 Nilai Indek Keberlanjutan 5 lima Dimensi
Status Indeks Keberlanjutan Hasil MDS
Multidimensi 29,90
Ekologi 29,17
Ekonomi 18,82
Sosial-Budaya 31,70
Teknologi 43,50
Hukum dan Kelembagaan 37,20
Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2006 .
Hasil analisis gabungan, antara kebutuhan pelaku sistem dan analisis leverage
tiap dimensi dari kondisi lahan saat ini terdapat 8 delapan faktor pembentuk sistem, yaitu : Pengetahuan terhadap lingkungan, dan tingkat
kerusakan lingkungan, merupakan aspek yang berhubungan dengan ekologi. Kesadaran masyarakat dan peran LSM adalah aktifitas yang mewakili aspek
sosial, sedangkan yang mempresentasikan aspek teknis adalah teknologi
pembuangan zat beracun, teknologi pengurukan dan tersedianya disain reklamasi. Aspek ekonomi diwakili oleh faktor jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan.
Simulasi model menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2.332.383 tiap bulan per ha pada tahun ke 15 dengan persyaratan teknis tanaman dapat tumbuh dan
ketentuan konservasi tanah serta didukung oleh kesadaran masyarakat yang moderat. Komoditi yang dipilih adalah yang laku dipasar dengan nilai ekonomi
tinggi. Oleh karena itu arahan kebijakan umum pada lahan pasca tambang
batubara yang diterlantarkan adalah: lahan didayagunakan menjadi sumberdaya alam yang berfungsi sebagai faktor produksi, antara lain lahan dapat
menghasilkan makanan, serat, bahan bangunan, mineral, sumber energi dan bahan mentah lainnya yang digunakan oleh masyarakat modern. Lahan yang dimaksud
juga harus dapat sebagai sarana investasi yang dapat menyerap modal agar terkait dengan tenaga kerja. Kebijakan penanganan tersebut diarahkan untuk
meningkatkan kinerja secara keseluruhan aspek, seperti diagram alur out put. pada Gambar 70, yang terdiri atas :
1. Lahan pasca tambang batubara di harapkan sebagai embrio terbentuknya ekosistem alam.
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pendapatan ekonomi berbasis lahan sektor tanaman pangan dan tanaman hortikultura.
3. Pengelolaan lahan pasca tambang dapat memberikan konstribusi terhadap PDRB Kabupaten.
4. Penyerapan tenaga kerja. 5. Mendukung terciptanya kawasan sehat.
6. Pembelajaran terhadap masyarakat pentingnya menjaga sumberdaya Alam dan keserasian lingkungan.
1. Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Perda, maka pemerintah daerah Untuk
mewujudkan kebijakan umum
tersebut diatas
maka strategi pelaksanaannya seperti pada Tabel 40.
Kondisi saat ini Existing Condition
• Sifat kimia tanah pH masam sangat
kuat 4,48. •
KTK sangat lemah 12,11. Fe = 154,29 me100g,
Mn = 67,77 me100 g. •
Permukaan tanah pada jarak pendek 20 m sd 30 m
mempunyai kemiringan 15 - 50 .
• Sifat
fisik tanah
lebih dominan pasir 44,22 dengan
simpangan baku 10,50 .
• Vegetasi sampai dengan tahun 3
tidak dapat tumbuh.
•
Tahun ke 9 jenis rerumputan yang tumbuh.
Status Keberlanjutan “ Kurang sd Buruk “
Dimensi Ekologie 29,17 Dimensi Ekonomi 18,82
Dimensi Sosial Budaya 31,70 Dimensi Teknologie 43,50
Dimensi Hukum dan Kelembagaan 37,20
Multi Dimensi 29,90 17 Atribut
Model Reklamasi
Lahan Pasca Tambang Batubara
Berbasis Agroforestri
,seperti pada Simulasi Model
Skenario terpilih b
8 Atribut
12.Atribut 14 Atribut
8 Atribut
25 Kebutuhan Stakeholders
Kebijakan-Kebijakan • Aspek Ekologi
• Aspek Ekonomi • Aspek Sosial Budaya
• Aspek Teknologi
Output yang di inginkan : • Lahan
pasca tambang
batubara terbuka,
dapat dijadikan
sebagai embirio
terbentuknya ekosistem alam. • Kesejahteraan
masyarakat melalui
peningkatan pendapatan ekonomi berbasis
lahan sektor tanaman pangan dan
hortikultura, dan
memberikan tambahan
kontribusi terhadap PDRB • Penyerapan Tenaga Kerja
• Mendukung terciptanya
kawasan yang sehat • Pembelajaran
kepada masyarakat
pentingnya menjaga SDA dan keserasian
lingkungan.
Output
55 A
T R
I B
U T
Analisis Prospektif
Nilai Pengetahuan terhadap
lingkungan 3.04
Tingkat kerusakan
lingkungan Kesadaran Masyarakat
Teknologi Pembuangan
Zat-Zat Beracun Tersedianya
Disain Rehabilitasi Lahan
Teknologi Pengerukan Peran LSM
Jenis tanaman tahunan dan tanaman pangan
Palawija 2.19
2.80 2.04
0.84 2.72
3.04 5.26
Analisis Prospektif
Analisis Prospektif
Gambar 70. Deskripsi Alur Faktor-Faktor Signifikan Pendukung Sistem
Tabel 40. Aspek Kebijakan dan Strategi
No Aspek Kebijakan
Strategi 1
Ekologi 1. Membuat Term Of Reference untuk melakukan inventarisasi
dan kajian awal dari aspek-aspek ekologie terutama biofisik yang terjadi di lahan pasca tambang yang tidak direklamasi.
2. Menetapkan tata ruang konservasi dilahan pasca tambang 2
Sosial Budaya 1. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat
untuk menjaga sumberdaya alam untuk kepentingan bersama serta menjaga lingkungan, melalui program-program
pendidikan sadar lingkungan yang dikemas dalam aktifitas LKMD Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
2. Memfasilitasi pembentukan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat dibidang Lingkungan dan pengawasan sumber-
sumberdaya alam. 3
Teknis 1. Menetapkan persyaratan teknis timbunan dan dan ketebalan
topsoil dan subsoil serta kemiringan tanah, untuk keperluan
tanaman keras dan tanaman semusim serta untuk konservasi lahan.
2. Arahan pembuatan Term Of Reference dan petunjuk teknis pelaksanaan pembuangan zat beracun, teknologi pengurukan
3. Setiap aktifitas reklamasi lahan pasca tambang harus melalui tahapan disain rehabilitasi lahan yang diketahui bersama dan
disetujui oleh instansi yang berwenang. 4. Melakukan kajian model pengawasan terhadap aktifitas yang
mengeksploitasi sumberdaya alam melimputi pemantauan kawasan tiap kecamatan, mendisain format pelaporan dan
evaluasi yang mudah dilaksanakan oleh operator di lapangan. 4
Ekonomi 1. Menetapkan kawasan produksi komoditas mlinjo, jambu
mete, jagung dan kacang tanah sebagai produksi unggulan di lahan pasca tambang dan membangun sentra produksi
hilirnya jika kawasannya luas. 2. Memfasilitasi pembentukan unit-unit koperasi, untuk
mendukung sistem agrobisnis. 3. Membuat peraturan daerah untuk menjaga harga komoditi
dan kemudahan petani untuk mengakses ke per-bank-kan. 4. Membuat perda ketenagakerjaan yang sejalan .dengan
perundangan ketenagakerjaan Republik Indonesia. 5
Hukum dan
Kelembagaan 1. Menetapkan kepastian hukum lahan pasca tambang yang
sejalan dengan peraturan Agraria Republik Indonesia. 2. Menetapkan sangsi terhadap pelanggaran hukum khususnya
tentang perusakan sumberdaya alam. 3. Menetapkan dan membuat lembaga kontrol untuk menjaga
kelestarian alam.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sistem model reklamasi lahan pasca tambang batubara berbasis agroforestri dapat
di disain berdasarkan hasil prospective analysis antara faktor need assessment dari stakeholders
dan hasil analisis existing condition dengan metode MDS Multi Dimentional Scaling
. Penelitian juga membahas lahan pasca tambang yang telah direklamasi dan untuk membuktikan bahwa lahan pasca tambang batubara yang
direklamasi mempunyai karakteristik yang lebih baik dan berbeda dengan karakteristik lahan pasca tambang yang tidak direklamasi. Kesimpulan penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1. Lahan pasca tambang batubara yang tidak direklamasi mempunyai
karakteristik bentuk relief topografi yang tidak beraturan dan sifat fisik tanah lebih dominan fraksi pasir, sifat kimia mempunyai pH yang sangat masam dan
KTK sangat lemah serta dalam berjalannya waktu fraksi pasir cenderung naik. Sebaliknya pada lahan yang direklamasi kemiringan lereng sangat sesuai
dengan kaidah konservasi tanah, semakin lama sifat fisik dan kimia tanah
sangat mendukung pertumbuhan tanaman dan tidak terjadi erosi.
2. Sistem agroforestri dengan jenis tanaman tahunan seperti jambu mete dan tanaman semusim seperti jagung dan kacang tanah serta tanaman pagar
seperti, pisang, nenas, mempunyai nilai BCR positif atau IRR lebih tinggi dari
Discounted Rate.
3. Hasil analisis keberlanjutan dengan MDS dengan memperhatikan 5 dimensi ekologi, ekonomi, teknologi, sosial budaya, hukum dan
kelembagaan bahwa lahan pasca tambang batubara tidak berkelanjutan. 4. Model Reklamasi Lahan Pasca Tambang Batubara yang Berbasis Agroforestri
disusun dengan memperhatikan delapan faktor kunci dan hasil simulasi menunjukan bahwa a biaya reklamasi hanya diperlukan pada tahun pertama,
b pada tahun-tahun berikutnya sudah dapat dibiayai dari hasil tanaman, dan c pada tahun berikutnya keuntungan akan terus meningkat sesuai dengan
umur produktif tanaman.