b. Stasiun 2
Stasiun ini berada di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas kotamadya Medan yang sumber polutannya berasal dari limbah pabrik karet,
limbah asap kendaraan bermotor dan limbah domestik. Secara geografis terletak pada 03
32’2,42” LU 098 42’8,41” BT.
c. Stasiun 3
Stasiun ini berada di kelurahan Menteng Raya kecamatan Medan Denai kotamadya Medan yang sumber polutannya berasal dari limbah domestik, limbah
pertanian, limbah dari tempat pengisian bahan bakar, limbah konveksi baju sepatu dan limbah dari gudang besi tua. Secara geografis terletak pada 03
34’0,93” LU 098
43
’
2,69
”
BT.
d. Stasiun 4
Stasiun ini berada di desa Tembung kecamatan Pecut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang yang sumber polutannya berasal dari limbah pabrik kertas, limbah
pabrik pembuatan sandal karet, limbah pertanian dan limbah domestik. Secara geografis terletak pada 03
36’2,33” LU 098 44’7,15” BT.
e. Stasiun 5
Stasiun ini berada di desa Cinta Damai kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang yang sumber polutannya berasal dari limbah domestik
dan kapal nelayan . Secara geografis terletak pada 03 40’9,80” N 098
45’9,13” BT.
f. Stasiun 6
Stasiun ini berada di Muara Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang dan daerah ini merupakan daerah yang terdegradasi. Secara
geografis terletak pada 03 42
’
9,79” LU 098 47’0,49” BT Lampiran A dan B.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pengambilan Sampel 3.4.1 Sampel Air
Sampel air diambil dengan menggunakan botol sampel, kemudian disimpan di dalam coolbox untuk menjaga suhu agar tetap optimal. Sampel
dianalisis di laboratorium balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit BTKLPP untuk dianalisis kandungan logam berat berupa Pb, Cd dan
Hg.
3.4.2 Sampel Ikan
Pengambilan ikan dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat tangkap ikan yaitu:
a. Gill Net
Giil net atau jaring insang yang digunakan sebanyak 4 jaring. Jaring insang memiliki panjang 10 meter dengan ukuran mata jaring 1 inch.
Jaring dipasang di tepi sungai sejajar dengan arah aliran sungai pada pagi hari sekitar pukul 7.00 WIB dan akan diambil pada pukul 13.00 WIB. Ikan
yang didapat diawetkan dengan icepack dalam kotak pendingin coolbox untuk mempertahankan tingkat kesegaran ikan, sehingga diharapkan pada
saat pengambilan jaringan tubuh ikan masih tetap dalam kondisi yang sama dengan pada saat ditangkap.
b. Jala Lempar
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan jala lempar yang merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan
biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon multifilamen atau dari monofilament, diameternya berkisar 3-5 m. Bagian
kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah. Jala lempar dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya
menggunakan teknik-teknik tertentu. Ikan yang didapat diawetkan dengan icepack dalam kotak pendingin coolbox untuk mempertahankan tingkat
kesegaran ikan, sehingga diharapkan pada saat pengambilan jaringan
Universitas Sumatera Utara
tubuh ikan masih tetap dalam kondisi yang sama dengan pada saat ditangkap.
3.4.3 Identifikasi Sampel Ikan
Ikan yang didapat terlebih dahulu diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Kottelat, et al 1993, dilakukan pengukuran berat ikan dengan
timbangan neraca analitik. Selanjutnya dilakukan pengukuran morfometrik Gambar 3.1 dan meristik pada ikan yang didapat.
Gambar 3.1 Pengukuran Morfometrik Pada Ikan
Keterangan: PT : Panjang Total, PS: Pangajang Standart, TB: Tinggi Badan, PPE: Panjang
Pangkal Ekor, TPE: Tinggi Pangkal Ekor, PDP: Panjang di Depan Sirip Punggung, PPP
1
: Panjang Pangkal Sirip Punggung Pertama, PPP
2 :
Panjang Pangkal Sirip Punggung Kedua, PSD: Panjang Sirip Dada, PSP: Panjang Sirip
Perut, PPD: Panjang Pangkal Sirip Dubur, PK: Panjang Kepala, PM: Panjang Moncong, DM: Diameter Mata.
3.4.4 Pengambilan Jaringan Tubuh Ikan
Ikan tersebut dibedah diambil dagingnya minimal 15 gram, kemudian dimasukkan kedalam plastik klep lalu diawetkan kembali dengan icepack. Sampel
dianalisis dilaboratorium balai riset dan standarisasi medan Sumatera Utara BARISTAN.
PM
DM
PK
PSD PDP
TPE PS
PT
TB PSP
PPD PPE
PPP
1
ppp2
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pengukuran Logam Berat 3.5.1 Pengukuran Logam Berat Pada Sampel Ikan
Pengukuran Pb, Cd dan Hg pada sampel ikan dilakukan di laboratorium balai riset dan standarisasi medan Sumut. Daging ikan di blender
dihomogenkan, ditimbang didalam cawan sebanyak 2 g. Selanjutnya dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 100
C selama 2 jam untuk menghilangkan unsur air dari daging ikan, diarangkan diatas api Bunset hot
plate sampai hilang asap. Kemudian cawan porselen dimasukkan kedalam Fornance tanur dengan suhu 550
C selama ± 3 jam sampai menjadi abu. Abu yang dihasilkan dicampur dengan larutan aquabides asam campuran 1 L aquades
+ 1,5 ml HNO
3
, dalam labu ukur 550 ml. disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, hasil saringan dibaca dengan menggunakan alat AAS Atomic
Absorption Spectrophotometer untuk mengukur kadar Pb, Cd dan Hg.
3.5.2 Pengukuran Logam Berat pada Air
Pengukuran kadar logam berat Pb, Cd, dan Hg pada air dilakukan dengan metode Spektrometer ICP Plasma Induktif coupled plasma yang dilakukan di
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit BTKLPP Medan. Dimasukkan sampel air yang telah difiltrat sebanyak 50 ml ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 5 ml HNO
3
pekat dan panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15-20 ml. Ditambahkan lagi 5 ml HNO
3
pekat, ditutup erlenmeyer dengan kaca arloji dan panaskan lagi. Dilanjutkan penambahan asam
dan pemanasan sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam sampel menjadi agak putih atau sampel menjadi jernih. Ditambahkan lagi 2
ml HNO
3
pekat dan panaskan kira-kira 10 menit. Dibilas kaca arloji dan dimasukkan air bilasannya ke dalam Erlenmeyer. Dibuat larutan baku Cd, Pb dan
Hg. Sampel siap untuk diuji dengan prosedur analisa yaitu diatur alat ICP dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Cd, Pb
dan Hg. Diisapkan larutan baku dan larutan sampel satu persatu kedalam alat ICP melalui pipa injeksi alat. Dicatat konsentrasi masing-masing sampel yang terbaca
dilayar komputer.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pengukuran Parameter Fisik-Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisik - kimia perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel pada tiap lokasi pengamatan. Parameter yang dilakukan
meliputi.
3.6.1 Temperatur Air
Temperatur air dengan menggunakan termometer air raksa yang berskala 0- 50
C. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan thermometer kedalam air kurang lebih 20 cm dan dibiarkan selama 3 menit.
3.6.2 Derajat keasaman pH Air
Derajat kesamaan pH perairan diukur dengan menggunakan pH meter yaitu dengan cara memasukan elektroda pH meter kedalam sampel air, dibaca
angka yang tertera pada pH meter tersebut.
3.6.3 Kecepatan Arus
Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan mengikat bola pimpong dengan tali plastik yang ukurannya 10 m yang kemudian
di letakkan di permukaan air mengikuti jalannya arus. selanjutnya dilakukan penghitungan waktu dengan menggunakan stopwatch.
3.6.4 Oksigen terlarut DO
Pengukuran oksigen terlarut DO dilakukan dengan menggunakan metoda Winkler. Sampel air diambil dan dimasukan ke dalam botol winkler, dimasukan 1
ml MnSO
4
dan 1 ml KOH-KI lalu dihomogenkan, di diamkan sebentar sehingga terbentuk sampel dengan endapan putih. Ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
lalu di homogenkan dan diamkan sehingga terbentuk sampel coklat. Diambil 100 ml
sampel yang tidak mengendap dan dimasukan kedalam erlenmeyer ditetesi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N sehingga dihasilkan larutan warna bening. Banyaknya kadar Na
2
S
2
O
3
yang terpakai menunjukan kadar oksigen terlarut Lampiran C.
Universitas Sumatera Utara
3.6.5 Biochemical Oxygen Demand BOD
Sampel air dimasukan kedalam botol winkler diinkubasi pada suhu 20 C
selama 5 hari dihitung kadar BOD dengan cara yang sama seperti perhitungan kadar oksigen terlarut. Kadar BOD
5
dihasilkan dengan cara mengurangkan DO awal dan DO LampiranD.
3.6.6 Chemical Oxygen Demand COD
Kadar COD diukur dengan menggunakan metode titrasi. Sampel sebanyak 10 ml ditambahkan 5 ml K
2
Cr
2
O
7
0,25 N, 5 ml H
2
SO
4p
dan 0,2 gr HGSO
4
. Sampel kemudian direflux selama 2 jam dilanjutkan penambahan 10 ml H
2
SO
4p
. setelah dingin, sampel ditambahkan Indol-feroin sebanyak 5 tetes. Selanjutnya sampel
dititrasi dengan FAS Ferri Amonium Sulfat 0,1 N. Kadar COD ditentukan dari banyaknya FAS yang digunakan Lampiran E.
Secara keseluruhan pengukuran parameter fisik-kimia perairan beserta satuan dan alatnya yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat, Satuan dan Tempat Pengukuran Parameter Fisik-Kimia Perairan
No Parameter Satuan Alat metode
Tempat Pengukuran
1 Temperatur Air
0C Termometer
In-situ 2
pH air Unit
pH meter In-situ
3 Kecepatan Arus
ms Bola pimpong
In-situ 4
DO mgI
Metode Winkler In-situ
5 BOD5
mgI Metode Winkler
Laboratorium 6
COD mgl
Titrasi Laboratorium
7 Cd Air
ppm AAS
Laboratorium 8
Pb Air ppm
AAS Laboratorium
9 Hg Air
ppm AAS
Laboratorium
3.7 Analisa Data a. Analisis Kandungan Logam Berat
Kandungan logam berat yang terukur dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan kandungan logam berat dalam air dengan baku mutu air
menurut PP. RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan
Universitas Sumatera Utara
pengendalian pencemaran air kelas 3, yaitu air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. Sedangkankan kandungan logam berat pada
jaringan tubuh ikan dibandingkan dengan kandungan maksimum logam berat dalam tubuh ikan menurut SNI73872009 mengenai batas maksimum cemaran
logam dalam produk pangan. Nilai baku mutu dari masing-masing logam berat dapat melihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Nilai Baku Mutu Logam Berat Tubuh Ikan Menurut SNI73872009 dan dalam Air Menurut Standard Baku Mutu
Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
Jenis Logam Berat KandunganMaksimum
Pada Air KandunganMaksimum
Dalam Tubuh Ikan
Timbal Pb Kadmium Cd
Merkuri Hg 0,03 ppm
0,01 ppm 0,002 ppm
0,3 ppm 0,1 ppm
0,5 ppm
b. Metode Storet
Pengukuran faktor-fisik kimia air dilakukan untuk menentukan kualitas air pada setiap stasiun penelitian dengan menggunakan metode Storet. Metode Storet
digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan menggunakan Indeks Kualitas Air Storet Canter, 1997 dalam Saputra, 2009. Baku mutu yang
digunakan dalam indeks Storet adalah PP RI No. 82 tahun 2001 kelas 3 baku mutu air peruntukan budidaya perikanan dan pengairan. Prinsip dari metode
Storet adalah membandingkan data kualitas air dengan dengan baku mutu air Tabel 3.3 yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status
mutu air.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Baku Mutu Air Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 Parameter
Baku Mutu Fisika
Suhu C
Kecepatan arus ms
Kimia
pH air DO mgl
BOD
5
mgl COD mgl
Pb mgl Cd mgl
Hg mgl Deviasi 3
- 6-9
3 6
50 0,03
0,01 0,002
Keterangan : Tanda - menyatakan parameter tersebut tidak dipersyaratkan Gonawi, 2009
Status mutu air dinilai berdasarkan ketentuan sistem nilai dari “US-EPA Environmental Protection Agency yang mengklasifikasikan mutu air kedalam
empat kelas, yaitu : Kelas
A : Baik Sekali
Skor = 0 B :
Baik Skor = -1 sampai dengan -10
C : Sedang
Skor = -11 sampai dengan -30 D :
Buruk Skor
≥ -31 Sumber : Canter 1997 dalam Saputra 2009
Menurut Saputra 2009, prosedur yang dilakukan dalam penentuan kualitas air dengan metode Storet adalah menghitung nilai maksimum, minimum, dan rata-
rata setiap parameter kualitas air yang diamati, lalu dicantumkan dalam satu tabel. Dibandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-
masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu air. Jika nilai-nilai dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor 0
nol. Jika nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor tertentu sebagai berikut Tabel 3.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4. Pemberian Skor dalam Penentuan Indeks Storet Jumlah Data
Nilai Parameter
Fisika Kimia
10 Maksimum
Minimum Rata-rata
-1 -1
-3 -2
-2 -6
≥10 Maksimum
Minimum Rata-rata
-2 -2
-6 -4
-4 -12
Sumber : Canter 1997 dalam Saputra 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ciri-ciri Morfologi dan Klasifikasi Ikan