Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas

antara distribusi teoritik dan distribusi empirik atau dengan kata lain data dikatakan normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Alat untuk menguji heteroskedastisitas dapat dibagi dua yaitu dengan alat analisis grafik scatter plot atau dengan pendekatan statistik yang disebut sebagai Uji Glejser Situmorang, 2012:107. a. Uji Glejser Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikasi 0,05, maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. 2. Jika nilai signifikansi 0,05, maka mengalami gangguan heteroskedastisitas. Tabel 4.8 Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1.459 2.433 -.600 .553 KOMUNIKASI -.071 .107 -.161 -.658 .515 MOTIVASI .113 .088 .313 1.284 .208 a. Dependent Variable: absut Sumber: Hasil penelitian, 2013 data diolah Pada Tabel 4.8 menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas, dimana hasil uji signifikan variabel pelibatan dan motivasi menunjukkan nilai lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas dalam model regresi. b. Pendekatan Grafik Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil penelitian, 2014 data diolah Gambar 4.4 Pendekatan Grafik Heteroskedastisitas Gambar 4.4 menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat titik-titik yang berpencar. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kinerja karyawan, berdasarkan masukan variabel pelibatan dan motivasi.

3. Uji Multikolinearitas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai Tolerance 0,1 atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini: Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 2.097 3.694 .568 .574 KOMUNIKASI .495 .163 .399 3.034 .005 .497 2.013 Universitas Sumatera Utara MOTIVASI .530 .134 .520 3.955 .000 .497 2.013 a. Dependent Variable: KINERJA_ORGANISASI Sumber: Hasil penelitian, 2014 data diolah Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai tolerance dari pelibatan dan motivasi 0,1 dan nilai VIF 5 yang artinya tidak terjadi masalah multikolinearitas pada masing-masing variabel bebasnya.

4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda