para leluhur diwujudkan dalam tindakan simbolis yang dianggap dapat dipergunakan untuk mengutarakan maksud dan tujuan mereka. Jalinan komunikasi antara warga
masyarakat dengan para leluhur disebut dengan komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal yang dilakukan melalui seni pertunjukan sintren lais terwujud melalui
aktivitas puasa yang dilakukan oleh sintren lais. Selain komunikasi antara warga masyarakat dengan para leluhur, komunikasi juga terjadi antara pemain sintren lais
dengan penonton yang sebagian besar adalah masyarakat desa Balapulang Kulon kabupaten Tegal. Seperti penonton memberikan respon dengan tepuk tangan pada
saat sintren lais yang tiba-tiba berganti pakaian pada saat di dalam kurungan.
4.4.5 Fungsi Musik Pengiring Seni Sintren Lais Sebagai Representasi Simbolis
Fungsi musik pengiring sintren lais sebagai representasi simbolis memiliki arti bahwa musik pengiring sintren lais berfungsi sebagai perlambangan. Sebagai
contoh pada saat dahulu kesenian sintren lais dijadikan sebagai lambang dari upacara kesuburan. Kesuburan yang dimaksud adalah supaya diberi kelancaran dan hasil yang
melimpah pada saat panen nanti. Fungsi musik pengiring sebagai perlambangan tidak terlepas dari fungsi ritual yang terdapat dalam kesenian sintren lais.
4.4.6 Fungsi Musik Pengiring Seni Sintren Lais Sebagai Respon Fisik
Fungsi musik pengiring sintren lais sebagai respon fisik memiliki arti bahwa musik pengiring sintren lais memiliki fungsi sebagai reaksi jasmani. Yang dimaksud
dengan fungsi reaksi jasmani disini adalah bunyi musikal yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan teratur seirama dengan tempo ataupun
bunyi musik yang dimainkan. Berkenaan dengan hal tersebut musik pengiring seni sintren lais berfungsi untuk merangsang jasmani penari untuk menggerakkan
tubuhnya sesuai dengan tempo musiknya.
4.4.7 Fungsi Musik Pengiring Seni Sintren Lais Sebagai Penguatan Konformitas
terhadap Norma-norma Sosial
Kesenian sintren lais juga memberikan kontribusi terhadap penguatan bentuk norma-norma yang ada di masyarakat. Sebagai contoh dengan sajian sintren lais di
desa Balapulang Kulon, memberikan anggapan bahwa kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat tersebut sangatlah kuat. Meskipun sajian sintren lais dipentaskan
satu tahun sekali pada saat perayaan tujuh belas Agustus. Masih dipertahankanya sebuah kebudayaan dalam kehidupan masyarakat memberikan arti bahwa norma-
norma sosial yang ada di masyarakat desa Balapulang Kulon dirasa masih kuat. Tetapi ketika seni sintren lais sudah tidak dipentaskan lagi, berarti kebudayaan
setempat mulai pudar yang diikuti dengan pudarnya norma-norma sosial yang ada di dalam masyarakat desa Balapulang Kulon.
4.4.8 Fungsi Musik Pengiring Seni Sintren Lais Sebagai Pengesahan Institusi-
institusi Sosial dan Ritual-ritual Keagamaan