Indeks Penyerapan Air IPA dan Indeks Kelarutan Air IKA hingga 7.90 Gambar 18. Indeks kelarutan air IKA menunjukkan

Rusaknya granula pati tersebut ditunjukkan dengan bagian pinggir granula yang sudah tidak terlihat jelas. Hal tersebut diperkirakan karena pecahnya granula yang disebabkan pembengkakan yang sudah maksimum.

e. Indeks Penyerapan Air IPA dan Indeks Kelarutan Air IKA

Indeks penyerapan air IPA menunjukkan kemampuan produk untuk mengikat air. Indeks penyerapan air produk tepung berkisar antara

2.89 hingga 7.90 Gambar 18. Indeks kelarutan air IKA menunjukkan

jumlah partikel produk yang dapat larut dalam air. Indeks kelarutan air produk tepung berkisar antara 0.01 hingga 0.05 gml Gambar 19. 1 2 3 4 5 6 7 8 IPA teknik 1 teknik 2 teknik 2 teknik 3 teknik 5 teknik 6 Gambar 18 . Histogram Pengaruh Perlakuan Teknik Pengolahan terhadap Indeks Penyerapan Air Tepung Ubi Jalar 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 IKA gml teknik 1 teknik 2 teknik3 teknik 4 teknik 5 teknik 6 Gambar 19 . Histogram Pengaruh Perlakuan Teknik Pengolahan terhadap Indeks Kelarutan Air Tepung Ubi Jalar Tabel 11 . Pengaruh perlakuan teknik pengolahan terhadap IPA dan IKA tepung ubi jalar Teknik IPA IKA gml 1 2 3 4 5 6 2.89 d 3.35 d 7.90 a 5.73 c 6.14 c 7.12 b 0.0084 c 0.0131 c 0.0375 b 0.0355 b 0.0385 b 0.0543 a Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan teknik pengolahan berpengaruh nyata terhadap indeks penyerapan air dan indeks kelarutan air dari tepung ubi jalar yang dihasilkan Lampiran 13 dan Lampiran 14. Selanjutnya uji Duncan terhadap data IPA Tabel 11 memperlihatkan bahwa tepung hasil pengolahan dengan teknik 3 memiliki IPA terbesar diikuti oleh tepung hasil teknik 6, sedangkan tepung hasil pengolahan teknik 1 dan 2 memiliki IPA terkecil. Hal ini berarti tepung hasil teknik 3 dan 6 memiliki jumlah pati tergelatinisasi yang lebih banyak dibandingkan dengan tepung teknik lain. Menurut Gujska dan Khan 1991, IPA dipengaruhi oleh adanya denaturasi protein, gelatinisasi pati, dan pembengkakan serat kasar yang terjadi selama pengolahan menjadi tepung. IPA tergantung pada ketersediaan grup hidrofilik dan kapasitas pembentukan gel dari makromolekul yaitu pati yang tergelatinisasi dan terdekstrinasi. Semakin banyak pati yang tergelatinisasi dan terdekstrinasi, semakin besar kemampuan produk menyerap air Gomez dan Aguilera, 1983. Berdasarkan uji Duncan terhadap data IKA Tabel 11, dapat diketahui bahwa IKA tepung pada teknik pengolahan 6 berbeda nyata dan terbesar dibandingkan dengan teknik pengolahan yang lainnya. Sedangkan teknik 1 dan 2 memiliki IKA terkecil dan tidak berbeda nyata satu sama lain. Perlakuan pemasakan awal yang dikombinasikan dengan teknik pengeringan drum dryer seperti pada teknik 6 meningkatkan IKA secara nyata. Hal ini disebabkan karena terjadi degradasi amilosa dan amilopektin yang cukup tinggi. Menurut Khasanah 2003, setelah pati mengalami gelatinisasi maka akan terjadi degradasi amilosa dan amilopektin menghasilkan molekul yang lebih kecil. Molekul yang relatif lebih kecil inilah yang mudah larut dalam air. Penggunaan tepung dengan IPA dan IKA yang tinggi disesuaikan dengan karakteristik produk yang akan dibuat seperti pada makanan bayi, food powder, cake mixes, dan pudding.

f. Analisis Kualitatif Pati Tergelatinisasi