2 Representasi politik kaum minoritas yang merupakan cara untuk me ndorong partisipasi.
Pemerintah juga harus mendukung proyek skala kecil dan pengembangan kewiraswastaan. Demikian juga pemerintah perlu memperhatikan pengangguran
di kalangan pemuda. Kebijakan ketenagakerjaan harus jelas mengarah menuju kesempatan kerja kepada pemuda NSC 2006.
2.3 Kewirausahaan Pemuda
Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah kemampuan seseorang untuk untuk mengenali produk baru, menemukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. Dalam hal ini seorang wirausaha juga mampu mengorganisir dan
berani mengambil resiko dari suatu kegiatan bisnis atau usaha yang dijalankannya Depdiknas 2003 dan Merriam Webster 2001.
Kewirausahaan merupakan kemampuan manusia untuk mengatasi ketidakpastian, karena setiap tindakan yang diputuskan selalu menghadapi
ketidakpastian, maka setiap tindakan memiliki sifat kewirausahaan dalam skala kecil maupun besar. Bagi mereka yang ingin melakukan interaksi sosial baik
secara sukarela maupun berdasarkan klasifikasi pekerjaan akan menghadapi berbagai hal lebih sulit yang terkait dengan kewirausahaan, yaitu menemukan dan
memperkirakan nilai subyektif dari orang lain Herbener 1992. Meningkatkan kewirausahaan bisa merupakan alat kebijakan yang
signifikan untuk pertumbuhan ekonomi regional maupun dalam hal menciptakan lapangan kerja. Kebijakan pembangunan ekonomi, khususnya, telah bergeser ke
arah peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal melalui kewirausahaan dan bukan berpijak pada investasi yang datang dari luar daerah Campbell dan Rogers 2007.
Kewirusahaan sangat penting dalam mendorong dinamika ekonomi moderen dan penciptaan kerja. Pembuat kebijakan perlu mengetahui bagaimana
perusahaan baru memulai usaha nya dan kelembagaan keuangan seperti apa yang diperlukan untuk mendorong kewirausahaan. Data time series antar negara
menunjukkan terdapat korelasi antara kewirausahaan dengan kualitas peraturan, akses terhadap modal, dan adanya informalitas Klapper 2006.
Untuk melakukan wirausaha, pemuda perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Kebutuhan fasilitas tergantung dari keterampilan pemuda, jenis usaha yang
dilakukan, serta ketersediaan dana. Hasil studi Brasier et al. 2006 di Pennsylvania, misalnya, menunjukkan keterampilan komputer sangat penting dan
signifikan dalam melakukan tugas manajamen usaha tani. Karena itu perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan komputer untuk keberhasilan usaha
tani dan pembangunan pedesaan pada masa yang akan datang. Pembukaan lapangan kerja baru melalui kewirausahaan dipandang perlu
untuk dapat meningkatkan daya dukung pertumbuhan ekonomi. Departemen KUMKM 2005 mentargetkan pembukaan usaha baru. Untuk periode 2005-2009
diupayakan penumbuhan usaha baru berskala mikro, kecil, dan menengah UMKM sebanyak 6 juta unit termasuk pengembangan koperasi. Dalam hal ini
pemuda juga merupakan kelompok sasaran. Para tamatan sekolah kejuruan akan diberi beasiswa untuk melanjutkan ke program diploma atau sarjana agar
memiliki keahlian yang lebih memadai.
Jiwa kewirausahaan harus ditumbuhkan sejak usia dini. Di Eropa, khususnya di Norwegia, jiwa wirausaha sudah ditanamkan sejak usia sekolah.
Anak-anak harus diberi pengarahan agar sadar bahwa wirausaha merupakan pilihan mata pencaharian pada masa depan. Disamping itu anak-anak sekolah
perlu diberi dorongan agar lebih percaya diri dan kreatif tentang setiap keputusan yang mereka ambil. Sedangkan cara terbaik untuk belajar kewirausahaan adalah
melalui pengalaman dan praktek langsung. Misalnya, di sekolah para murid diberi kesempatan praktek untuk menjalankan bisnis skala mini Europe Union 2006.
Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda PLSP, misalnya, memberi kesempatan kepada para
pemuda untuk mengikuti kecakapan hidup terhadap pemuda yang bersedia berusaha mandiri. Proram ini dirasa lebih bermanfaat untuk mendorong
kewirausahaan pemuda dalam menghadapi tantangan kemajuan jaman dimana tuntutan hidup semakin tinggi sementara di pihak lain kesempatan kerja semakin
sempit Kompas 2004. Program semacam ini dipraktekkan di Jawa Timur pada tahun 2005, yaitu dengan memberi pelatihan wirausaha dari Forum Pemuda Jawa
Timur bagi para siswa SMA dan SMK se-Jawa Timur. Pelatihan ini bertujuan menanamkan jiwa wirausaha sejak dini sehinga setelah lulus sekolah diharapkan
bisa bekerja secara mandiri dan tidak tergantung kepada kesempatan kerja yang diberikan oleh orang lain Jawa Pos 2005.
Silalahi 2005 menyatakan dari seluruh lulusan perguruan tinggi yang memperoleh pekerjaan sebanyak 82 bekerja pada instansi pemerintah atau
swasta. Hanya 18 dari kelompok yang bekerja tersebut bekerja secara mandiri atau sebagai wirausaha. Dalam hal ini pemerintah diharapkan membuat kebijakan
yang mendorong pemuda agar lebih berminat bekerja secara mandiri seperti halnya yang dilakukan negara- negara maju karena kewirausahaan berperan
menyumbang kemajuan ekonomi suatu bangsa.
2.4 Kapital Sosial Pemuda