Analisis Total Fenol Shetty et al., 1995 yang dikutip oleh Ishartani, Analisis Flavonoid dengan HPLC

oven selama kurang lebih 6 jam. Setelah itu, didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Contoh kembali dikeringkan dalam oven selama 30 menit lalu ditimbang kembali. Perlakuan terakhir ini diulangi terus hingga diperoleh berat sampel kering yang relatif konstan berat dianggap konstan jika selisih berat sampel kering yang ditimbang ≤0,0003 gram. W – W1 – W2 Kadar air = x 100 W W = bobot contoh sebelum dikeringkan g W1 = bobot contoh + cawan sesudah dikeringkan g W2 = bobot cawan kosong g

3. Analisis Total Fenol Shetty et al., 1995 yang dikutip oleh Ishartani,

2004 Penentuan total fenol bertujuan mengetahui kandungan senyawa fenol pada sampel. Sampel kering beku bubuk mula-mula diambil sebanyak 50.0 mg dan dilarutkan dalam 2.5 ml etanol 95, kemudian divorteks. Setelah itu dilakukan sentrifuse terhadap campuran tersebut selama 5 menit dengan kecepatan putaran 4000 rpm. Supernatan diambil sebanyak 0.5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 0.50 ml etanol 95, 2.5 ml aquadest, dan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteu 50. Campuran tersebut didiamkan dahulu selama 5 menit, lalu ditambahkan 0.5 ml Na 2 CO 3 5 dan divorteks. Setelah itu, sampel disimpan dalam ruang gelap selama satu jam, lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm. Prosedur penetuan total fenol dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 15. Standar yang digunakan dalam penentuan total fenol adalah asam galat. Standar asam galat dibuat dengan variasi konsentrasi antara 50-250 mgL.

4. Ekstraksi Senyawa Flavonoid dari Sayuran Indigenous Hertog et al.

a, 1992

Tahap ekstraksi sampel diawali dengan pelarutan sebanyak 0.500 atau 1.000 gram sampel kering beku ke dalam 40 ml metanol 62,5 dan 2 gL TBHQ sebagai antioksidan. Kemudian ditambahkan 10 ml HCl 6M lalu direfluks selama satu jam pada suhu 50 °C. Tujuan penambahan asam ini adalah untuk menjaga komponen agar tidak terdegradasi dan perefluksan untuk hidrolisis asam guna memotong gula. Gula yang menempel pada flavonoid dapat mengganggu pemisahan komponen, sehingga ikatan tersebut perlu dipotong. Setelah didinginkan ditambahkan kembali metanol sampai volume larutan menjadi 100 ml. Sebanyak dua mililiter larutan disaring dengan filter syringe berdiameter 0.45 µm, dan sampel tersebut telah siap untuk diinjeksikan ke kolom HPLC. Gambar 16 menunjukkan secara ringkas proses pembuatan ekstrak sampel.

5. Analisis Flavonoid dengan HPLC

a. Pembuatan larutan standar Hertog et al. a, 1992 Sebanyak 1.5 mg standar yang tersedia dilarutkan dalam 3 ml metanol 62.5, sehingga diperoleh standar stock dengan konsentrasi 500 µgml. Setelah itu, 2.5 ml dari standar stock dilarutkan dalam 20 ml metanol 62.5 dan 2 gL TBHQ. Kemudian dicampurkan dengan 5 ml HCl 6M untuk menjaga kondisi asamnya supaya komponen flavonoid tersebut tidak terdegradasi. Penambahan metanol dilakukan hingga volume mencapai 50 ml, sehingga konsentrasi yang diperoleh adalah 25 µgml. Larutan standar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas lima konsentrasi, yaitu 0.5, 2.5, 10, 20, dan 25 µgml. Pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0.5, 2.5, 10, dan 20 µgml dilakukan dengan melakukan pengenceran dari larutan standar yang memiliki konsentrasi 25µgml. Proses pembuatan larutan standar yang dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 17. Larutan standar campuran dibuat dengan mencampur kelima standar yang ada, dimana konsentrasi apigenin dibuat menjadi dua kali konsentrasi standar lainnya. b. Injeksi larutan standar ke kolom HPLC Hertog et al. a, 1992 Larutan standar dengan berbagai konsentrasi tersebut diinjeksikan ke kolom HPLC C-18 phase; Develosil ODS-UG-3 yang memiliki dimensi panjang 75 mm dan diameter dalam 4.6 mm. Fase gerak yang digunakan adalah 25 acetonitril di dalam KH 2 PO 4 0.025 M, dengan laju aliran 0,9 mlmenit. Diinjeksikan pula larutan standar campuran pada berbagai konsentrasi. c. Pembuatan kurva standar Hasil dari kromatogram standar pada berbagai konsentrasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam satu grafik. Dari data-data masing-masing, dibuat persamaan garis yang akan digunakan pada perhitungan Limit of Detection masing-masing standar. Dari data-data kromatogram standar campuran, dibuat persamaan garis yang digunakan pada perhitungan kandungan komponen flavonoid pada sampel. d. Perhitungan limit deteksi Rounds dan Nielsen, 2000 Limit of Detection LOD atau limit deteksi diperoleh dengan cara menginjeksikan masing-masing standar sebanyak sepuluh kali. Konsentrasi yang digunakan untuk menentukan LOD adalah konsentrasi yang terndah. Setelah diperoleh kesepuluh area tersebut, dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar masing-masing, sehingga diperoleh konsentrasi dan standar deviasinya. Besarnya LOD adalah tiga kali dari nilai standar deviasi. e. Injeksi ekstrak sampel ke kolom HPLC Hertog et al. a, 1992 Ekstrak sampel yang telah disaring dengan syringe filter 0.45µm, diinjeksikan ke kolom HPLC C-18 phase; Develosil ODS-UG-3 yang memiliki dimensi panjang 75 mm dan diameter dalam 4.6 mm. Fase gerak yang digunakan adalah 25 acetonitril di dalam KH 2 PO 4 0.025 M, dengan laju aliran 0,9 mlmenit. f. Identifikasi flavonoid pada sampel Hasil dari kromatogram sampel kemudian dibandingkan dengan kromatogram standar. Penentuan komponen yang terdapat pada sampel dilihat berdasarkan waktu retensi masing-masing standar. Dari area yang diperoleh, dihitung konsentrasinya dengan menggunakan persamaan garis dari kurva standar campuran yang sudah diperoleh. Selain itu dilakukan pula perhitungan dengan menggunakan eksternal standar, yaitu dengan membandingkan luas area komponen pada sampel dengan luas area pada standar campuran. Standar campuran yang digunakan sebagai eksternal standar adalah standar campuran dengan konsentrasi yang tertinggi. Gambar 14. Persiapan sampel Sampel Pencucian Freeze drying selama 48 jam Sampel kering beku bubuk Pembekuan selama 24 jam Penyimpanan dalam freezer Penghancuran dengan blender kering Sampel kering beku Penirisan Gambar 15. Prosedur analisis total fenol 50.0 miligram sampel kering beku bubuk 2.5 ml etanol 95 2.5 ml Folin Ciocalteu 50 0.5 ml Na 2 CO 3 5 0.5 ml supernatan Supernatan Endapan 2.5 ml aquadest 0.5 ml etanol 95 Pelarutan Pemusingan selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm Pencampuran Pendiaman selama 5 menit Pencampuran Penyimpanan dalam ruang gelap selama 1 jam Pembacaan absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 725 nm Labu takar 100 ml Gambar 16. Proses pembuatan ekstrak flavonoid dari sayuran indigenous Pelarutan 0.500 atau 1.000 gram sampel kering beku bubuk 2 gL TBHQ 40 ml MeOH aq 62.5 Pencampuran 10 ml HCl 6M Perefluksan selama 1 jam pada suhu 50 °C Pendinginan Pencampuran sampai volume 100 ml MeOH aq 62.5 Penyaringan dengan saringan berdiameter 0.45 μm Ekstrak sayuran Gelas piala 400 ml Gambar 17. Pembuatan larutan standar flavonoid 2.5 ml standar stock 20 ml MeOH aq 62.5 2 gL TBHQ Pelarutan Pencampuran 5 ml HCl 6M Pencampuran sampai volume 50 ml MeOH aq 62.5 Larutan standar flavonoid 1.5 mg standar flavonoid Standar stock Pelarutan 3 ml MeOH aq 62.5 Labu takar 50 ml

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. STANDAR FLAVONOID DAN LIMIT DETEKSI

1. Myricetin

Pada penelitian kali ini, kurva standar myricetin dibuat dengan variasi konsentrasi antara 0.5-25 µgml. Puncak senyawa myricetin muncul pada kisaran menit ke-3.7 sampai menit ke-3.9. Gambar 18 menunjukkan hasil kromatogram standar myricetin pada berbagai konsentrasi. Persamaan garis yang diperoleh adalah y = 141.9 x – 44.599 dengan r 2 = 0.9998. Kurva standar senyawa myricetin dapat dilihat pada Gambar 19. Limit deteksi dari myricetin adalah 0.0268 µgml. Untuk lebih jelas mengenai perhitungan limit deteksi dari myricetin, dapat dilihat pada Tabel 4. Gambar 18. Kromatogram standar myricetin