cerita dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, Subyantoro 2007:11. Namun, cerita dalam penelitian ini bukan cerita yang bersifat fiktif atau khayalan, melainkan
cerita yang benar-benar terjadi atau yang pernah dialami oleh siswa. Menurut Lenox 2000 memilih sebuah cerita berarti menghargai dan mengakui tradisi unik, budaya
dan kepercayaan dari bermacam-macam suku dan kelompok.
Kegiatan bercerita ini menambah kemampuan berbahasa lisan siswa secara terorganisasi dan membantu menghayati karakter tokoh cerita. Bercerita lebih dari
sekadar membacakan cerita. Bercerita juga dapat menghidupakan kembali kisah baik tulisan ataupun lisan dengan beragam kemampuan.
2.2.1.1 Teknik Bercerita
Sebelum bercerita, seseorang harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan tingkat panalaran
siswa. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Aspek pemilihan cerita adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan tema dan judul yang tepat
Bagaimana cera memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan
bahwa anak-anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya bermain.
2. Suasana situasi dan kondisi
Suasana disesuaikan dengan acaraperistiwa yang sedang atau akan berlangsung. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita
yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
Keterampilan bercerita bentuk keterampilan berbicara. Oleh karena itu, seorang pencerita dituntut memiliki perbendaharaan kata yang banyak sehingga dapat
memilih kata yang tepat sesuai khalayak pendengarnya. Diksi pilihan kata untuk konsumsi anak balita tentu berbeda dengan diksi untuk anak-anak usia SD dan SMP.
Untuk dapat menjadi seorang pencerita yang baik, hendaknya memerhatikan beberapa teknik dalam bercerita.
Menurut artikel yang ditulis oleh Elly berjudul “Bercerita dengan Urutan yang Baik”, dijelaskan beberapa teknik bercerita sebagai berikut.
1. Menggunakan kata-kata yang komunikatif tidak kaku. Jika mungkin,
menggunakan kata-kata baku yang sedang trend agar tercipta hubungan yang dekat dengan pendengar.
2. Mengucapkan huruf, kata, dan kalimat dengan lafal yang tepat agar pendengar
lebih mudah memahami isi cerita. 3.
Memerhatikan intonasi kalimat. Intonasi adalah naik turunnya lagu kalimat yang berfungsi membentuk makna kalimat. Dengan intonasi yang tepat,
pendengar dapat membedakan pengucapan kalimat untuk nada sedih, marah, gembira, dan sebagainya.
4. Mengucapkan kalimat dengan jeda yang tepat. Jeda adalah perhentian lagu
kalimat. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kalimat. 5.
Memerhatikan nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata. Dalam hal ini, intonasi berfungsi untuk memberi tekanan khusus pada kata-
kata tertentu. Tinggi-rendahnya nada dapat membedakan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat lain yang tidak penting.
6. Penerapan gestur dan mimik yang tepat. Gesture adalah peniruan dengan
gerak-gerik anggota badan, sedangkan mimik dalam peniruan gerakan raut muka. Penguasaan gesture dan mimik dapat dilakukan dengan meniru gerakan
orang tertawa, menangis, melompat, menyumpit, berteriak, dan sebagainya.
2.2.2 Pembelajaran Keterampilan Bercerita SMP