1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan hal yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Setiap orang dapat berbicara akan tetapi tidak setiap orang dapat
berbicara yang memukau dan mengesankan. Rendahnya kemampuan berbahasa siswa dapat dilihat dari kemampuan bercerita siswa yang masih rendah, begitu pula dengan
kemampuan bercerita siswa di SMP Negeri 1 Banjarharjo terutama kelas VII C.Rata- rata siswa di kelas tersebut masih kurang menguasai pembelajaran bahasa Indonesia
aspek berbicara khususnya bercerita, hal ini dibuktikan dengan nilai rerata siswa yang hanya mencapai nilai 60.Hal tersebut disebabkansaat pembelajaran bercerita
berlangsung siswa takut apabila disuruh bercerita di depan kelas,siswa merasa kesulitan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, karena ketidaktahuan
siswa mengenai teknik berbicara,saat pembelajaran berbicara atau bercerita berlangsung, sistem penilaian guru yang tidak menyeluruh, sehingga hanya beberapa
siswa saja yang bercerita di depan kelas, serta belum adanya media dan metode yang menginspirasi siswa untuk dapat bercerita. Dua faktor yang mempengaruhi siswa
dalam pembelajaran berbicara pada umumnya dan pembelajaran bercerita pada khususnya, yaitu faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal yaitu faktor dilingkungan keluarga dan masyarakat. Sebagian besar keluarga dalam berkomunikasi sehari-hari masih menggunakan bahasa pertama
bahasa ibu yang merupakan bahasa daerahnya masing-masing, hanya sedikit keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya. Faktor
eksternal masyarakat dikarenakan sebagian besar kegiatan di masyarakat masih menggunakan bahasa pertama, meskipun ada anggota masyarakat dalam forum resmi
menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan bahasa Indonesia yang digunakan pun masih
menggunakan pola daerah, sehingga siswa tidak terbiasa mendengar dan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Faktor yang
kedua yaitu faktor internal, yang dimaksud faktor internal dalam hal ini yaitu faktor dari pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari strategi pembelajaran, diantaranya
penggunaan metode, media, materi pembelajaran, serta kompetensi guru. Hal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah
pembelajaran, karena selama ini guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional, siswa diajarkan bahasa bukan berbahasa sehingga teori yang
paling banyak diajarkan dibandingkan praktiknya.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti merancang media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran bercerita, yaitu media Film Kartun dan metode
Talking Stick. Film merupakan salah satu produk konkret adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni IPTEKS. Media Film Kartun termasuk ke dalam
media pembelajaran audiovisual, yaitu media pembelajaran yang terdiri atas suara dan gambar, suara dan gambar dalam hal ini berupa animasi atau kartun.Film kartun
biasa disebut juga dengan animasi yang merupakan film berupa gambar hasil pengolahan tangan yang dibuat menjadi gambar yang bergerak.
Menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah1998, pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara
kolaboratif dalam mencapai tujuan.Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru
hanya bertindak sebagai fasilitator.
Menurut Sudrajat 2008:1, permainan dengan menggunakan stick atau tongkat sebagai media yang pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas untuk
memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Metode talking stick digunakan supaya saat bergiliran bercerita siswa lebih siap tidak banyak
waktu terbuang dan saling tunjuk karena sudah ada aturan permainan sehingga selain dapat mengefektifkan waktu penggunaan metode ini juga menggembirakan siswa
karena di dalamnya terdapat permainan. Sehingga diharapkan pembelajaran menggunakan metode talking stick dapat mendorong peserta didik supaya berani
mengungkapkan pendapat secara lisan berbicara. Dari paparan tersebut diharapkan media film kartun dan metode talking stick
dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa terutama siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Banjarharjo. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Bercerita Menggunakan Media Film Kartun dan Metode Talking Stickpada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Banjarharjo Brebes” patut dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah