dalam ritual yang tentunya memiliki makna tersendiri yang pantut untuk dikaji keberadaannya.
2.2.5 Mitos dan Fungsi Mitos
Peursen dalam Ratri, 2010: 22-23 menerangkan bahwa mitos adalah sebuh cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok
orang. Cerita itu dapat dituturkan tetapi juga dapat diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang misalnya. Melaui mitos manusia dapat turut serta
mengambil bagian dari kejadian-kejadian sekitarnya, dapat menanggapi daya- daya kekuatan alam. Fungsi mitos menurut Van Peursen yaitu sebagai berikut.
1 Mitos menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib. Mitos itu
tidak memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar dapat mengahayati daya-daya itu sebagai suatu
kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya. 2
Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Pada musim semi misalnya pada ladang-ladang mulai digarap, diceritakan dongeng. Namun juga dapat
diperagakan dalam tarian, bagaimana jaman dulu para dewa mulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang melimpah. Cerita itu seolah-olah
mementaskan kembali peristiwa yang dulu pernah terjadi. Dengan demikian, dijamin keberhasilan usaha serupa dewasa ini.
3 Mitos memberikan pengertian tentang dunia. Artinya fungsi ini mirip dengan
fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pikiran modern, misalnya cerita-cerita terjadinya langit dan bumi. Peursen 1988:37.
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mitos merupakan sebuah tradisi yang menjadi pedoman dan diyakini dalam masyarakat. Mengingat
ketiga fungsi mitos tersebut juga sangat berpengaruh dalam masyarakat, tentu keberadaan mitos merupakan sesuatu yang penting yang dapat menjadi pelajaran
dalam masyarakat. Dengan demikian, penjelasan di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam meneliti fungsi mitos yang terkandung dalam tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung.
2.3 Kerangka Berpikir
Sesaji Mahesa Lawung merupakan sebuah tradisi ritual yang masih
dilestarikan oleh keraton Surakarta Hadiningrat. Ritual yang dilaksanakan setiap tahun pada akhir bulan
Bakda Mulud ini tentu memiliki fungsi dan makna tersendiri yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya keraton Surakarta
Hadiningrat. Fungsi dan makna tradisi ritual tersebut tentu tidak serta merta dapat dilihat dan dikaji tanpa mengetahui unsur-unsur pembangun yang terdapat dalam
stuktur tradisi ritual tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung merupaka sebuah rangkaian yang bersifat struktural yang saling berhubungan
antar satu sama lain. Unsur-unsur pembangun ini kelak dikupas dengan menggunakan teori strukkural semiotic oleh Levi-Strauss. Dipilihnya teori ini
karena dalam sebuah tradisi lisan selalu terdapat dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu struktur luar dan struktur dalam. Kedua struktur ini menjadi
sebuah bagian penting. Penyusunan struktur luar merupakan sebuah penyususnan