Prosesi Tradisi Ritual Sesaji Mahesa Lawung di Krendowahono

sajen memule dan sajen wilujengan dibagi di Siti Hinggil kepada mereka yang tidak ditugaskan mengikuti jalannya prosesi ritual di hutan Krendowahono.

4.1.2.2.2 Prosesi Tradisi Ritual Sesaji Mahesa Lawung di Krendowahono

Tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung yang dilaksanakan di hutan Krendowahono merupakan kelanjutan dari prosesi ritual Wilujengan Nagari yang dilaksanakan di Siti Hinggil keraton Surakarta Hadiningrat. Urutan upacara ritual yang di selenggarakan di hutan Krendowahono ini dimulai dengan menata sesaji di atas pundhen yang berada di bawah pohon beringin putih di tengah hutan yang dipercaya sebagai tempat sakral sekaligus kedhaton dari Kangjeng Ratu Batari Kalayuwati. Kangjeng Ratu Batari Kalayuwati merupakan putri Batari Durga yang dipercaya sebagai penguasa bangsa jin, brekasakan, drubiksa, priprayangan, ilu-ilu, banaspati, wewe, gandarwa, dan berbagai jenis makluk gaib lainnya. Setelah sesaji selesai ditata, kemudian salah satu ulama keraton mendapat perintah dari Pengageng Sasana Wilapa untuk membuat perapian dengan menyalakan arang menjadi bara api di atas tunggu yang disebut dengan anglo. Arang yang sudah menjadi bara api tersebut kemudian sedikit demi sedikit disiram dengan arak, badheg, dan darah kerbau hingga menimbulkan kepulan asap dan bau menyengat yang tidak sedap. Setelah dirasa cukup mengeluarkan banyak asap, kemudian perapian tersebut digunakan untuk membakar kemenyan sehingga menimbulkan bau yang sangat apeg. Berdasarkan penjelasan dari informan pertama, bebauan atau aroma yang ditimbulkan dari pembakaran arak, badheg, darah kerbau dan kemenyan ini dipercaya dapat mendatangkan makhluk gaib brekasakan sebangsa drubiksa, wewe, jin, priprayangan, dan lain sebagainya. Para makhluk halus semacam brekasakan menyukai aroma-aroma yang tidak sedap. Maka tidak benar apabila pembakara kemenyan, dupa, atau ratus yang berbau harum itu diangap memberi makan setan. Bau wewangian yang demikian itu merupakan sarana untuk meditasi atau mengheningkan cipta dalam berdoa memohon kepada Sang Khalik. Bertepatan dengan munculnya asap dari perapian tersebut, kemudian dimulailah acara ritual dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh ulama keraton dan abdi dalem Suranata. Usai pembacaan doa yang dipanjatkan oleh ulama keraton dan abdi dalem Suranata kemudian dilanjutkan dengan pemanjatan doa secara pribadi oleh masing-masing putra sentana yang dilakukan secara bergiliran dengan menaiki pundhen dibawah pohon beringin putih. Upacara pemanjatan doa dilakukan secara bergiliran dimulai dari para Gusti yaitu putra-putri Sinuhun Pakubuwana, para wayah dalem, para buyud dalem, para canggah dalem, dan para wareng dalem. Adapun para sentana dalem grad enam dan seterusnya serta para abdi dalem melakukan doa di bawah pundhen. Setelah upacara pemanjatan doa, kemudian dilanjutkan dengan upacara mengubur kepala kerbau di hutan Krendowahono yang letaknya tidak jauh dengan keberadaan pohon beringin putih, sementara sesaji-sesaji yang lain diturunkan dari atas pundhen dan dibawa ke sebuah pendhapa yang letaknya bersebelahan dengan pundhen tersebut. Sesaji yang telah diturunkan kemudian dibagikan kepada para abdi dalem dan kawula dalem yang mengikuti prosesi ritual sesaji Mahesa Lawung hingga selesai.

4.2 Makna dan Fungsi Tradisi Ritual Sesaji Mahesa Lawung

Pembahasan permasalahan mengenai makna dan fungsi tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung merupakan pembahasan yang berhubungan dengan kajian struktur dalam. Dalam mengkaji struktur dalam harus memperhatikan apa yang telah disusun pada struktur luar seperti yang telah dijelaskan pada pengantar bab empat ini. Adapun pembahasan mengenai makan dan fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

4.2.1 Makna Tradisi Ritual Sesaji Mahesa Lawung

Seperti telah diutarakan di atas bahwa analisis struktural menurut Levi- Strauss terdiri dari stuktur luar dan stuktur dalam. Stuktur luar merupakan sebuah stukur yang tampak secara empiris dan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun bentuk tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung tersebut diatas. Pembahasan mengenai makna tradisi sesaji Mahesa Lawung ini berhubungan dengan stuktur dalam Stuktur dalam digunakan untuk memahami fenomena kebudayaan yang diteliti, namun dalam menganalisis stuktur dalam ini harus selalu memperhatikan relasi-relasi yang ada pada stuktur luar. Pembahasan makna tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung terdiri dari pembahasan makna upacara yang dilaksanakan serta makna yang tersirat dalam simbol-simbol sesaji yang digunakan sebagai syarat dalam melaksanakan tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung. Secara lebih rinci pembahasan mengenai kedua sub permasalahan tersebut dijabarkan sebagai berikut.