Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mitos merupakan sebuah tradisi yang menjadi pedoman dan diyakini dalam masyarakat. Mengingat
ketiga fungsi mitos tersebut juga sangat berpengaruh dalam masyarakat, tentu keberadaan mitos merupakan sesuatu yang penting yang dapat menjadi pelajaran
dalam masyarakat. Dengan demikian, penjelasan di atas dapat dijadikan sebagai acuan dalam meneliti fungsi mitos yang terkandung dalam tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung.
2.3 Kerangka Berpikir
Sesaji Mahesa Lawung merupakan sebuah tradisi ritual yang masih
dilestarikan oleh keraton Surakarta Hadiningrat. Ritual yang dilaksanakan setiap tahun pada akhir bulan
Bakda Mulud ini tentu memiliki fungsi dan makna tersendiri yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya keraton Surakarta
Hadiningrat. Fungsi dan makna tradisi ritual tersebut tentu tidak serta merta dapat dilihat dan dikaji tanpa mengetahui unsur-unsur pembangun yang terdapat dalam
stuktur tradisi ritual tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung merupaka sebuah rangkaian yang bersifat struktural yang saling berhubungan
antar satu sama lain. Unsur-unsur pembangun ini kelak dikupas dengan menggunakan teori strukkural semiotic oleh Levi-Strauss. Dipilihnya teori ini
karena dalam sebuah tradisi lisan selalu terdapat dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu struktur luar dan struktur dalam. Kedua struktur ini menjadi
sebuah bagian penting. Penyusunan struktur luar merupakan sebuah penyususnan
struktur yang terlihat secara empiris dari obyek kajian penelitian. Struktur luar ini lah yang kelak menjadi pijakan untuk memahami makana yang terkandung dalam
sebuah tradisi ritual atau disebut juga dengan struktur dalam. Adapun fungsi tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung juga tidak terlepas dengan peranan kedua struktur tersebut. Fungsi tradisi ini ditinjau dari dua sisi,
yakni sesaji Mahesa Lawung sebagai bagian dari sastra lisan yang berbentuk
cerita prosa rakyat dan sesaji Mahesa Lawung sebagai sebuah upacara tradisi.
Fungsi sesaji Mahesa Lawung sebagai bagian dari sastra lisan dikupas
bersasarkan teori folklor oleh James Danandjaja dan Van Peursen. Adapaun fungsi sesaji
Mahesa Lawung sebagai bagian dari upacara tradisi ditinjau dari teori upacara tradisi dan fungsi upacara tradisi yang dikemukakan oleh Supanto
dan Boestari.
32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan tekstual kebudayaan. Pendekatan tekstual kebudayaan adalah sebuah pendekatan
yang memandang suatu obyek kajian budaya sebagai sebuah teks. Dengan demikian, dapat dijelaskan secara lugas bahwa sebuah obyek kajian budaya yang
diteliti merupakan bagian dari teks yang kelak akan dikupas berdasarkan teori- teori yang ada yang telah dipersiapkan untuk mengkaji obyek kajian penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini, tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung yang merupakan bagian dari kebudayaan dipandang sebagai sebuah teks budaya yang kelak akan
dikupas berdasarkan teori strukturalisme Levi-Strauss. Teori ini menyebutkan bahwa struktur terbagi menjadi dua, yaitu struktur luar dan struktur dalam.
Struktur luar menjelaskan bahwa sebuah obyek kajian budaya terdiri dari unsur- unsur yang tampak secara empiris dan keberadaannya membangun sebuah
kebudayaan tersebut, sedangkan struktur dalam merupakan struktur yang berkaitan dengan makna dan fungsi dari sebuah tradisi kebudayaan yang telah
terbangun. Dengan demikian, keberadaan struktur luar sangat berpengaruh terhadap penyusunan struktur dalam. Kedua struktur ini saling berhubungan antar
satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.