Makna Sajen Pepak Makna Simbol- simbol Sesaji Mahesa Lawung

13 Kemenyan, arak, badheg, dan rah mahesa Arak adalah sebuah minuman beralkohol yang dibuat dari hasil fermentasi beras ketan. Arak ini ditempatkan di dalam pengarakan yaitu semacam klenthing yang berleher panjang dan juga dibalut dengan kain sindur. Badheg merupakan sejenis minuman beralkohol yang terbuat dari deresan aren atau kelapa. Sesaji ini juga di tematkan dalam botol kecil yang juga dibalut dengan kain sindur. Rah Mahesa merupakan darah kerbau segar yang di tutup dengan bulu bebek putih. Darah ini diambil dari kerbau yang disembelih untuk sesaji dan kemudian ditempatkan pada sebuah kendhil yang dibalut dengan kain sindur. Arak, badeg, dan rah mahesa digunakan untuk menyiram bara api yang sudah membara di atas anglo yang kemudian digunakan untuk membakar kemenyan. Dari pembakaran kemenyan ini kemudian tercium bau menyengat yang sangat tidak sedap . Timbulnya bau yang semacam ini dipercaya dapat mendatangkan makhluk gaib penghuni hutan Krendowahono. Kepulan asap dari pembakaran kemyenyan memiliki makna sebagai penghantar doa dan maksud yang disampaikan melalui upacara sesaji Mahesa Lawung. Sedangkan kain sindur yang digunakan untuk membalut tempat sesaji ini memiliki makna sebagai purwaning dumadi yaitu segala sesuatu berawal atas kehendak Tuhan.

4.2.1.2.2 Makna Sajen Pepak

Sajen Pepak merupakan sesaji yang selalu ada dalam setiap upacara tradisi di keraton Surakarta Hadiningrat, baik itu upacara sesaji Mahesa Lawung maupun upacara tradisi lainnya. Sesaji ini terdiri dari dua macam yaitu sajen pepak ageng dan sajen pepak alit. Perbedaanya adalah apabila sajen pepak ageng terdapat sesaji ayam hidup, sedangkan sajen pepak alit tidak disertakan sesaji ayam hidup. Sajen pepak ageng digunakan dalam prosesi ritual upacara ageng seperti wilujengan nagari, labuhan ageng, sesaji Mahesa Lawung, dan lain sebagainnya. Sajen pepak alit digunakan dalam tradisi ritual upacara alit seperti caos dhahar padintenan. Meskipun terdapat dua jenis sesaji pepak, namun keduannya memiliki filosofi makna yang sama yaitu sebagai sarana pemanjatan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sajen pepak yang digunakan dalam tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung adalah sajen pepak ageng. Berbagai ubarampe yang digunakan dalam sanjen pepak dijabarkan sebagai berikut. 1 Sepasang Bekakak Bekakak merupakan kue yang terbuat dari tepung ketan yang berbentuk boneka menyerupai manusia laki-laki dan perempuan. Makna sesaji bekakak ini adalah sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai permohonan kesuburan serta kelestarian hidup. Sesaji bekakak sama halnya dengan filosofi lingga dan yoni yang terdapat dalam candi-candi Hindu dan Buda. Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai lambang laki-kali dan perempuan yang memiliki makna kesuburan. 2 Jajan pasar Sesaji ini terdiri dari pisang raja temen dan ketela pohung yang keduanya merupakan sesaji primer dalam sesaji jajan pasar ini, sedangkang sesaji skunder dalam jajan pasar ini adalah jenang katul, jenang abang putih, klemet, dan jajanan yang lazim pada jaman sekarang seperti wafer, kacang atom, dan sebagainya. Jajan pasar merupakan simbol kemakmuran yang diperoleh keraton Surakarta Hadiningrat. Jajan pasar juga melambangkan panyengkuyungan dari berbagai kalangan terhadap keraton Surakarta Hadiningrat untuk menjaga dan melestarikan keluhuran budaya keraton. Adapun isi dari jajan pasar ini juga menyesuaikan pada jamannya. 3 Serabi merah, serabi putih, jongkong, ketos warni-warni, enten-enten, serta parutan kelapa putih dan sisiran gula Jawa. Sesaji ini melambangkan pengendalian diri manusia dari segala sifat. Dalam diri manusia selalu terdapat sifat positif dan negatif. Keduanya tidak bisa dihilangkan, namun dapat dikendalikan. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa orang akan memperoleh keheningan cipta apabila orang tersebut mampu mengendelakian diri. 4 Tumpeng, sekul golong, dengan lauk ragi, gereh, tempe kripik, pecel pitik, dan jangan menir. Tumpeng memiliki jarwa dhosok dalam bahasa Jawa yaitu tumemen uga mempeng yang berbarti mantap dan kuat tekat dalam memanjatkan doa ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Tumpeng bententuk kecucut, dari bawah keatas semakin mengecil yang melambangkan bahwa segala sesuatu yang dipanjatkan hanya tertuju pada satu tujuan yaitu terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sekul golong atau nasi yang dikepal-kepal melambangkan tekat yang bulat dalam menggapai sesuatu, sedangkan aneka macam lauk melambangkan barbagai perjalnan yang harus ditempuh dalam menggapai cita-cita.

4.2.1.2.3 Makna Sajen Memule