3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung
ditinjau dari segi sastra dan dari segi tradisi. Dari segi sastra ritual sesaji Mahesa
Lawung dapat digolongkan sebagai sebuah teks lisan atau sastra lisan sebagaimana tertuang dalam teori folklor yang dijabarkan pada bab dua,
sedangkan dari segi tardisi yakni sesaji Mahesa Lawung merupakan sebuah tradisi
lisan yan dapat ditinjau dari aspek bentuk atau struktur, makna, serta fungsi dari tradisi ritual tersebut sebagaimana yang akan dikupas menggunakan teori yang
telah dijabarkan pada bab dua.
3.3 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui bebarapa metode pengumpulan data. Data yang diperoleh yaitu berupa dokumentasi ritual serta
informasi dari informan yang diwawancarai. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis guna memecahkan permasalahan yang ada sebagai obyek kajian
penelitian. Sumber data dalam penelitian mengenai tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung ini adalah cerita lisan. Cerita lisan tersebut diperoleh dari beberapa
informan yang dianggap menguasai dan memahami tentang ritual sesaji Mahesa
Lawung. Informan tersebut merupakan penjabat birokrasi keraton Surakarta Hadiningrat, pelaksana tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung, dan penggiat kebudayaan di keraton Surakarta Hadiningrat. Informan tersebut di antaranya
sebagai berikut.
1 Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Poeger Beliau merupakan
pengageng putra sentana, pengageng perpustakaan keraton,
pengageng pariwisata keraton Surakarta Hadiningrat dan sekarang beliau ditetapkan sebagai
kondhang atau wakil raja keraton Surakarta Hadiningrat. Peneliti memilih informan tersebut karena beliau merupakan satu-satunya putra
mendiang Sri Susuhunan Pakubuwono XII yang mempunyai wawasan spiritual dan pengetahuan mengenai simbol sesaji dan tradisi ritual yang ada di keraton
Surakarta Hadiningrat. Beliau pula yang memberikan izin kepada peneliti untuk meneliti tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung. Mengingat tidak setiap orang dapat meneliti ritual-ritual sakral yang berada di keraton Surakarta Hadiningrat
2 Nyai Lurah Gondoroso dan Nyai Sokolanggi Nyai Lurah Gondoroso merupakan kepala dapur keraton Surakarta
Hadiningrat yang bertugas memimpin pembuatan aneka masakan terutama sesaji di keraton Surakarta Hadiningrat, sedangkan Nyai Sokolanggi merupakan tanggan
kanan dari Nyai Lurah Gondoroso karena beliau sudah mengalami gangguan kesehatan. Beliau berdua dipilih sebagai narasumber karena dianggap tahu tentang
tatacara memasak dan mengetahui jenis sesaji apa saja yang digunakan dalam tradisi ritual sesaji
Mahesa Lawung. 3 Kanjeng Raden Riyo Aryo Budayaningrat
Beliau adalah abdidalem sentana dalem riya nginggil yang ditugaskan
oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Poeger sebagai penyuluh tatacara kabudayan
karaton dan juga sebagai guru di pawiyatan kabudayan Jawi keraton Surakarta Hadiningrat.
4 Kanjeng Pangeran Winarnokusumo Kanjeng Pangeran Winarnokusumo akrab dipanggil Kanjeng Win adalah
wakil pengageng Sasana Wilapa keraton Surakarta Hadiningrat. Beliau yang
memberikan wedharan tentang sejarah tradisi ritual sesaji Mahesa Lawung saat
ritual tersebut digelar di hutan Krendowahono, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada 19 Februari 2015 lalu. Selian itu, beliau juga ikut mencarikan
beberapa jenis sesaji yang langka yang tidak dapat diolah di dapor keraton Gondorasan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data