d memperhatikan struktur LKS.
2.2 Pendidikan Karakter
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 1995:
231. Sedangkan pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan
moral, pendidikan
watak yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati Kemendiknas, 2010: 1. Selaras dengan hal
tersebut, Samani Hariyanto 2012: 45 menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Menurut Lickona, sebagaimana dikutip oleh Khusniati 2012, karakter yang baik
atau good character terdiri atas proses psikologis knowing the good, desiring the good, and doing the good habit of the main, habit of the heart, and habit of the
action. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi,
masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja sama, patuh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh, dan memiliki etos kerja tinggi akan
menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Berdasarkan Kemendiknas 2011: 1 pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan
saja aspek pengetahuan yang baik moral knowing, akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral
action. Upaya penanaman karakter di sekolah yaitu dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter pada proses pembelajaran. Menurut penelitian Halstead Taylor sebagaimana dikutip oleh Enggayanti 2013 terhadap sekolah-sekolah di
Inggris menunjukkan bahwa nilai karakter disajikan dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter diselenggarakan sebagai
program lintas kurikuler integrated subject, yakni pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, namun merupakan materi yang
diintegrasikan secara berkelanjutan pada semua mata pelajaran. Sewell College 2003 juga menyatakan bahwa pendidikan karakter diintegrasikan pada proses
pembelajaran hingga menjadi kultur dan budaya di sekolah.
Pengembangan karakter di sekolah diperlukan agar peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik
dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Beberapa prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa di sekolah antara lain prinsip berkelanjutan, artinya proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dimulai dari awal sampai akhir peserta
didik berada di satuan pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter melalui semua mata pelajaran, artinya proses pengembangan nilai budaya dan karakter
bangsa dilakukan di setiap mata pelajaran, serta dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pada pelaksanaannya, nilai-nilai pendidikan karakter tidak
diajarkan tapi dikembangkan, artinya bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa tidak dijadikan sebagai pokok bahasan, tetapi diintegrasikan ke dalam
materi yang diajarkan. Integrasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran berdampak positif
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian Benninga et al. 2003 terhadap 681 Sekolah Dasar di California menunjukkan bahwa sekolah dengan tingkat
penerapan pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki prestasi akademik lebih baik dibandingkan sekolah lain yang kurang atau tidak menerapkan
pendidikan karakter. Kemendiknas mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9
rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai
prestasi, 13 bersahabatkomunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab. Nilai-nilai
karakter yang diintegrasikan dalam LKS fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya ini adalah jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan karakter siswa, maka dibutuhkan indikator dari masing-masing nilai karakter tersebut, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indikator Karakter yang Diintegrasikan
Nilai Indikator
Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan. - Tidak mencontek.
- Melaporkan hasil
eksperimen secara benar jujur baik tulisan
maupun lisan. Disiplin
Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. - Merapikan dan mengembalikan
alat ke tempat semula. - Datang tepat waktu.
Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat, dan didengar. - Bertanya atau membaca sumber di
luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.
- Mengamati fenomena
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang
berbicara, bergaul,
dan bekerjasama dengan orang lain.
- Memberi dan
mendengarkan pendapat dalam kerja kelompok di
kelas. - Memberi
dan mendengarkan
pendapat dalam diskusi di kelas. Kemendiknas, 2010: 37-41.
2.3 Pendekatan Ilmiah