Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

penskoran yang digunakan menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini, skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, yaitu Sangat Setuju SS dengan skor 4, Setuju S dengan skor 3, Tidak Setuju TS dengan skor 2, dan Sangat Tidak Setuju STS dengan skor 1 untuk pernyataan positif dan skor sebaliknya untuk pernyataan negatif.

3.4.3 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan dokumen atau data- data yang mendukung penelitian, yaitu daftar nama siswa, nilai rapor fisika, data guru yang menjadi reviewer kelayakan LKS, dan foto pelaksanaan penelitian.

3.4.4 Metode Observasi

Metode observasi digunakan sebagai pembanding hasil dari angket perkembangan karakter siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui karakter jujur, disiplin, rasa ingin tahu, dan komunikatif pada siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi perkembangan karakter yang berisi indikator- indikator yang dijadikan sebagai acuan penilaian. Observasi dilakukan oleh ketua dari masing-masing kelompok yang menilai perkembangan karakter dari anggotanya, sedangkan ketua kelompok dinilai oleh observer.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Uji Coba Tes Pilihan Ganda 3.5.1.1 Validitas Persamaan untuk menghitung validitas menurut Arikunto 2007: 79 adalah sebagai berikut. √ Keterangan: = koefisien korelasi biserial = rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya = rerata skor total = standar deviasi dari skor total = proporsi siswa yang menjawab benar = proporsi siswa yang menjawab salah 1- Nilai yang diperoleh disesuaiakan dengan r tabel . Jika maka soal dikatakan valid. Dari 40 soal yang diujicobakan, 23 soal dinyatakan valid, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, dan 35.

3.5.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R. 20. Persamaan untuk menghitung reliabilitas menurut Arikunto 2007: 100 adalah sebagai berikut. ∑ Keterangan: = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah 1-p ∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S 2 = standar deviasi dari tes standar deviasi adalah akar varians Setelah diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel . Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila .

3.5.1.3 Taraf Kesukaran

Persamaan untuk menghitung taraf kesukaran menurut Arikunto 2007: 208 adalah sebagai berikut. Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut Arikunto 2007: 210, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut. Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah Analisis yang dilakukan menunjukkan soal nomor 2, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 22, 27, 29, 30, 34, dan 37 tergolong soal mudah, soal nomor 1, 3, 5, 9, 10, 14, 17, 25, 28, 32, 33, dan 40 tergolong soal sedang, kemudian soal nomor 18, 20, 22, 24, 26, 31, 35, 36, 38, dan 39 tergolong soal sukar.

3.5.1.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi. Persamaan untuk menghitung daya pembeda menurut Arikunto 2007: 213 adalah sebagai berikut. Keterangan: DP = daya pembeda B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto 2007: 218 adalah sebagai berikut: 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 = jelek 0,21 ≤ DP ≤ 0,40 = cukup 0,41 ≤ DP ≤ 0,70 = baik 0,71 ≤ DP ≤ 1,00 = baik sekali Penggunaan persamaan di atas menunjukkan soal nomor 5, 6, 7, 8, 12, 13, 18, 20, 22, 23, 30, 34, 36, 37, 38, 39, dan 40 memiliki daya pembeda jelek, soal nomor 2, 4, 9, 11, 15, 19, 21, 26, 27, 32, 33, dan 35 memiliki daya pembeda cukup, soal nomor 1, 10, 14, 16, 17, 24, 25, 28, 29, dan 31 memiliki daya pembeda baik, sedangkan soal nomor 3 memiliki daya pembeda baik sekali. 20 diantara 40 soal uji coba kemudian dipakai untuk pre-test dan post-test, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 9, 11, 14, 17, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, dan 35.

3.5.2 Analisis Kelayakan LKS

Tingkat kelayakan LKS dihitung dengan mencari persentase. Menurut Sudijono 2008: 43 untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. Keterangan: p = angka persentase f = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum Kriteria tingkat kelayakan LKS: 21 p ≤ 40 = kurang layak 41 ≤ p ≤ 60 = cukup layak 61 ≤ p ≤ 80 = layak 81 ≤ p ≤ 100 = sangat layak

3.5.3 Analisis Keterbacaan LKS

Menurut Sudijono 2008: 43 untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks LKS dihitung dengan persamaan berikut. Keterangan: p = angka persentase f = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum Menurut Rankin Culhane sebagaimana dikutip oleh Suryadi 2007 tingkat keterbacaan LKS menggunakan tes klos adalah sebagai berikut. 40 = rendah sukar dipahami 40 - 60 = sedang telah memenuhi syarat keterbacaan 60 = tinggi mudah dipahami

3.5.4 Analisis Perkembangan Karakter

Perkembangan karakter siswa dihitung dengan mencari persentase. Menurut Sudijono 2008: 43 untuk memperoleh persentase dari suatu nilai dapat menggunakan persamaan sebagai berikut. Keterangan: p = angka persentase f = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum Kriteria perkembangan karakter siswa menurut Kemendiknas 2010: 24 adalah sebagai berikut. 81,25 - 100 = membudaya 62,5 - 81,24 = mulai berkembang 43,75 - 62,49 = mulai terlihat 25 - 43,74 = belum terlihat

3.5.5 Analisis Peningkatan Hasil Belajar Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Menurut Sudjana 2005: 273, uji normalitas menggunakan rumus: ∑ Keterangan: X 2 = chi kuadrat E i = frekuensi yang diharapkan O i = frekuensi pengamatan k = jumlah kelas interval Jika X 2 yang diperoleh berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut terdistribusi normal. Uji-t Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS digunakan uji-t. Menurut Sugiyono 2007: 122 uji-t dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan: x 1 = nilai rata-rata pre-test x 2 = nilai rata-rata post-test s 1 = simpangan baku pre-test s 2 = simpangan baku post-test s 1 2 = variansi data pre-test s 2 2 = variansi data post-test Uji Gain Menurut Savinainen Scott sebagaimana dikutip oleh Wiyanto 2008: 86 untuk melihat besarnya peningkatan hasil belajar siswa digunakan uji gain dengan persamaan sebagai berikut: g = Keterangan: g = faktor gain S pre = skor rata-rata tes awal S post = skor rata-rata tes akhir Kriteria faktor gain g: g 0,7 = tinggi 0,3 g 0,7 = sedang g 0,3 = rendah 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN