Gejala – Gejala Stres Stres

ketakutan dan kecemasan sehingga dapat merusak keadaan fisiologis serta menganggu keseimbangan hidup bagi individu.

2.1.2 Gejala – Gejala Stres

Gejala – gejala stres menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan mental. Individu yang mengalami stres bisa menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Individu tersebut sering menjadi mudah marah dan agresi, tidak dapat rileks, atau menunjukkan sikap yang tidak kooperatif. Lebih lanjut individu tersebut melarikan diri dengan minum alkohol atu merokok secara berlebihan. Selain itu, bisa menderita penyakit fisik seperti, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi dan sulit tidur Handoko, 2001: 200. Selye dalam Bell dalam Iskandar, 2012: 49 menjelaskan proses stres dari kajian fisiologis. Seseorang berinteraksi dengan stimulus lingkungan yang dapat menimbulkan stres bagi seseorang, maka di dalam dirinya akan muncul gejala – gejala aktivitas saraf otonom. Aktivitas saraf otonom secara otomatis bekerja karena dirinya merasakan stres. Adapun ciri – ciri dari peningkatan saraf otonom adalah meningkatnya detak jantung, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya pengeluaran keringat di telapak tangan, sering buang air kecil dsb. Lazarus dalam Bell dalam Iskandar 2012: 50 memperbaiki pendapat Selye. Seseorang akan mengalami stres apabila ia telah melakukan penilaian kognitif yang terdapat dalam dirinya. Apabila hasil penilaian kognitif menyatakan bahwa stimulus lingkungan yang dihadapinya tidak mengancam dirinya , maka proses fisiologis tersebut tidak berlangsung. Hal ini berarti bahwa tidak muncul perasaan tegang dalam dirinya, sehingga kondisi psikologisnya menjadi seimbang kembali. Menurut Atkinson, dkk 2010: 349 situasi stres menghasilkan reaksi emosional mulai dari kegembiraan sampai emosi umum kecemasan, kemarahan, kekecewaan dan depresi stres yang ditunjukkan dengan gejala – gejala sebagai berikut: 1. Gejala emosional atau reaksi psikologis yaitu marah – marah, cemas, kecewa, suasana hati mudah berubah – ubah, depresi, agresif terhadap orang lain, mudah tersinggung dan gugup. a. Kecemasan Respon yang paling umum adalah kecemasan yang diartikan sebagai emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh istilah seperti khawatir, prihatin, tegang dan takut. b. Kemarahan dan Agresi Reaksi umum lain terhadap situasi stres adalah kemarahan, yang mungkin dapat menyebabkan agresi. Anak – anak seringkali menjadi marah dan menunjukkan perilaku agresif jika mereka mengalami frustasi. Agresi langsung terhadap sumber frustasi tidak selalu dimungkinkan. Riset telah membuktikan bahwa agresi bukan merupakan respon yang pasti terjadi setelah frustasi, tetapi jelas merupakan salah satu darinya. c. Apati dan Depresi Walaupun respon umum terhadap frustasi adalah agresi aktif, respon kebalikannya adalah menarik diri dan apati juga sering terjadi. Jika kondisi stres terus berjalan dan individu tidak berhasil mengatasinya, apati dapat memberat menjadi depresi Atkinson, dkk 2010: 352. 2. Gejala Kognitif Selain reaksi emosional terhadap stres, individu seringkali menunjukkan gangguan kognitif yang cukup berat jika berhadapan dengan stresor yang serius. Individu merasa sulit berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran mereka secara logis, sebagai akibatnya kemampuan mereka melakukan pekerjaan terutama pekerjaan yang kompleks cenderung memburuk Atkinson, dkk 2010: 354 yaitu merasa sulit berkonsentrasi, kacau pikirannya, mudah lupa, daya ingat menurun, suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 3. Gejala Fisik Sulit tidur, sulit buang air besar, sakit kepala, adanya gangguan pencernaan, selera makan berubah, tekanan darah menjadi tinggi, jantung berdebar – debar, dan kehilangan energi. Stres kronis dapat menyebabkan gangguan fisik tertentu seperti ulkus, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Stres kronis juga menganggu sistem imun, dengan demikian menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri dan virus yang menyerang Atkinson, dkk 2010: 359. Sedangkan Anoraga 2006: 109 menyatakan bahwa stres yang tidak teratasi menimbulkan gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dapat ringan, sedang dan berat. Gejala ringan dan sedang dapat ditandai dengan keluarnya keringat dingin dan keringat pada telapak tangan, rasa panas dingin badan, asam lambung yang meningkat sakit maag, kejang lambung dan usus, mudah kaget, dan gangguan seksual. Sedangkan gejala berat akibat stres sudah tentu kematian, gila psikosis dan hilangnya kontak sama sekali dengan lingkungan sosial. Anoraga 2006: 109 menjelaskan gejala – gejala dari stres meliputi : 1. Gejala badan: sakit kepala, sakit maag, mudah kaget, banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai punggung, dada merasa panas atau nyeri, rasa tersumbat pada kerongkongan, gangguan psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit, bermacam – macam gangguan menstruasi, keputihan, kejang – kejang, pingsan dan jumlah gejala lain. 2. Gejala emosional: pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan, cemas, was –was, kawatir, mimpi – mimpi buruk, murung, mudah marah atau jengkel, mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah dan pandangan putus asa. 3. Gejala sosial : makin banyak makan, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar dan membunuh. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, pada dasarnya stres dapat dilihat dari 4 gejala yaitu gejala emosional, gejala kognitif, gejala fisik atau badan dan gejala sosial. Keempat gejala tersebut akan digunakan dalam pembuatan instrumen penelitian. Dalam pembuatan instrumen, peneliti menggabungkan gejala – gejala stres dari Atkinson dan Anoraga dengan alasan peneliti menganggap bahwa gejala – gejala stres menurut Atkinson dan Anoraga saling melengkapi, sehingga dapat mengungkap keseluruhan gejala – gejala stres yang ada.

2.1.3 Faktor Penyebab Stres