Sumber – Sumber Stres Stres

2.1.4 Sumber – Sumber Stres

Sumber stres dapat berubah – ubah sejalan dengan perkembangan manusia. Sarafino dalam Smet, 1994: 115 membedakan sumber – sumber stres sebagai berikut : a. Sumber – sumber stres di dalam diri seseorang. Tingkat stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu, stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik , konflik merupakan sumber stres yang utama. b. Sumber – sumber stres di dalam keluarga. Stres bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga seperti perselisihan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan – tujuan yang saling berbeda, atau bahkan kematian orang tua. Misal: perbedaan keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dengan anak – anak yang menyetel tapenya keras – keras, timbul di lingkungan yang terlalu sesak bahkan kehadiran anggota keluarga baru. c. Sumber – sumber stres di dalam pekerjaan. Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan dengan pekerjaan mereka. Pekerjaan dapat menyebabkan stres apabila hasilnya tidak sesuai dengan perintah dan dapat menyebabkan stres. Tuntutan kerja dapat menimbulkan stres dalam 2 cara. Pertama, pekerjaan itu mungkin terlalu banyak. Orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan harus mengerjakan, mungkin alasan uang atau alasan lain. Kedua, jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih stressfull daripada jenis pekerjaan lainnya Smet, 1994: 117. d. Sumber – sumber stres yang berasal dari komunitas dan lingkungan. Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber – sumber stres. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti kebisingan, suhu yang terlalu panas dan kesesakan yang mengganggu kenyamanan, dan dapat menyebabkan kemarahan, bahkan pertengkaran Smet, 1994: 116. Iskandar 2012: 48 mengungkapkan bahwa lingkungan yang berada di sekitar manusia memberikan stimulasi yang dapat dimaknakan sebagai stresor atau stimulus yang dapat menimbulkan tekanan pada seseorang. Ketika seseorang menghadapi suara yang bising maka ia merasa bahwa suara tersebut menekan dirinya atau menjadi stressor karena ia merasa tidak menyenangi suara bising. Namun demikian, suatu peristiwa dapat dipersepsi sebagai ancaman atau bahkan sebagai tantangan. Kemungkinan sesuatu menjadi ancaman akan ditentukan oleh sejumlah faktor. Faktor – faktor yang memungkinkan seseorang merasa terancam adalah dikarenakan adanya penilaian terhadap objek lingkungan. Penilaiannya dapat dikategorikan sebagai berikut 1. Peristiwa yang dikategorikan sebagai kejadian yang mendadak dan tidak ada atau sedikit sekali memberikan peringatan bahwa akan terjadi suatu peristiwa atau disebut juga cataclysmic event. 2. Kategori stres personal yang merupakan stres yang dialami oleh seseorang dan tidak melanda banyak orang seperti halnya pada cataclysmic event. Contohnya meninggalnya orang yang dicintai atau sakitnya keluarga dan hilangnya pekerjaan. 3. Stres yang berulang kali terjadi, sehingga seseorang dapat mengalami peristiwanya setiap hari seperti misalnya kemacetan lalu lintas. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum sumber – sumber stres terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Stres dapat bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, bersumber dari keluarga, dari pekerjaan atau bahkan dari faktor lingkungan. Faktor internal dan eksternal ini memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada seseorang. Tingkat stres yang dialami oleh yang satu dengan yang berbeda. Anoraga 2006: 109 mengungkapkan bahwa sebenarnya ada dua faktor utama yang berkaitan langsung dengan stres, yaitu perubahan dalam lingkungan dan diri manusianya sendiri. Akibat terhadap seseorang bermacam – macam dan hal ini tergantung pada kekuatan “konsep diri”nya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi orang tersebut terhadap stres. Tetapi meskipun demikian, fleksibilitas dan adaptasibilitas juga diperlukan agar seseorang dapat menghadapi stresnya dengan baik. Menurut Smet 1994: 130 reaksi terhadap stres bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Tingkat stres yang dialami seseorang dapat ringan, sedang dan berat. Hal ini sering disebabkan oleh perbedaan masing – masing sumber stres pada setiap orang. Orang – orang yang kaku atau fanatik terhadap ambisi – ambisi dan norma – norma yang dipegangnya cenderung mengalami keadaan yang lebih buruk. Atkinson, dkk 2010: 230 menyatakan kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua orang, tergantung pada situasi apa yang berarti kepada seseorang. Berat atau tidaknya stres ditentukan oleh faktor – faktor seperti evaluasi kognitif, perasaan- perasaan mampu, adanya dukungan sosial, kendali atas lamanya terjadi stres dan daya ramal peristiwa yang membuat stres. Stres pada seseorang dapat bersumber dari faktor internal individu, faktor eksternal individu ataupun keduanya. Kedua faktor ini memiliki kontribusi yang berbeda – beda bagi setiap orangnya, dan bergantung pada seberapa besar seseorang mampu mengatasi setiap stressor – stressor yang ada.

2.2 Kesesakan

2.2.1 Pengertian Kesesakan

Kesesakan ada hubungannya dengan kepadatan namun kepadatan bukanlah merupakan syarat yang mutlak untuk menimbulkan perasaan sesak. Secara teoritis perlu dibedakan antara kepadatan density dengan kesesakan crowding. Kepadatan mengacu kepada jumlah orang dalam ruang space sehingga sifatnya mutlak, sedangkan kesesakan adalah persepsi seseorang terhadap kepadatan, sehingga sifatnya subjektif Halim, 2008: 72. Gifford 1987: 165 menyatakan bahwa kesesakan adalah perasaan seseorang atau perasaan subjektif karena banyaknya orang disekitarnya. Sarwono 1995: 77 menjelaskan bahwa kesesakan berarti a. Kesesakan adalah persepsi tentang kepadatan, dalam artian jumlah manusia. Jadi, tidak termasuk didalamnya kepadatan dalam arti hal – hal lain yang non manusia. Orang yang berada sendirian di tengah sabana yang luas maupun