Hubungan Antara Kesesakan Dengan Tingkat Stres

2.4 Hubungan Antara Kesesakan Dengan Tingkat Stres

Kesesakan dipandang sebagai pemicu timbulnya tingkat stres psikologis pada seseorang individu. Stres yang dialami tergantung pada situasi situasional dan variabel psikologi lain. Penelitian tentang kesesakan dan stres dilakukan oleh Rini 2006: 1 yang meneliti mengenai hubungan antara kesesakan dengan tingkat stres. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kesesakan dengan stres pada penduduk musiman. Kondisi lingkungan yang padat dan sesak mengakibatkan individu mendapat stimulus yang berlebihan sehingga individu harus melakukan adaptasi dengan cara memilih stimulus – stimulus yang dianggap relevan dan penting dari berbagai stimulus yang diterima dan memberikan sedikit perhatian terhadap stimulus yang dianggap tidak penting dan tidak relevan. Dalam usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi kelebihan informasi, penduduk musiman menjadi acuh tak acuh satu sama lain dan kurang responsif. Hal ini dilakukan dengan menarik diri atau mengurangi kontak sosial dengan orang lain. Penelitian serupa dilakukan oleh Hermawan 2014 yang meneliti gambaran crowding stress pada warga berusia remaja di pemukiman padat penduduk Kelurahan Babakan Asih Bandung yang menyatakan bahwa kondisi wilayah yang padat dapat memberikan efek negatif pada individu yang menempatinya, salah satunya adalah crowding stress. Hasil penelitian Hermawan menunjukkan bahwa secara umum remaja di Kelurahan Babakan Asih mengalami stres dengan tingkatan sedang. Adapun situasi yang paling membuat mereka merasakan ketidaknyamanan bermukim adalah kondisi spasial keterbatasan ruang yang ada di lingkungan tersebut. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Haryanto dkk 1996: 1 yang menghasilkan temuan yang serupa yaitu ada hubungan positif antara kepadatan dan kesesakan dengan stres pada remaja di pemukiman padat. Kepadatan dan kesesakan memberikan sumbangan secara bersama – sama terhadap stres sebesar 17.. Sama halnya dengan hasil temuan Evans 2007: 1 yang meneliti tentang kesesakan dan personal space pada 139 penumpang kereta api komuter, menemukan bahwa duduk terlalu dekat dengan penumpang lain dalam suasana yang sesak dan padat secara signifikan memicu timbulnya tiga indikasi stres. Tempat duduk yang padat dan sesak dengan gangguan dari orang – orang asing lebih memicu timbulnya stres daripada diantara orang – orang dengan hubungan interpersonal yang positif Evan, 2007: 3. Hasil yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Sundstrom 1975: 1 yang menyatakan bahwa kondisi dalam ruangan dengan kepadatan yang tinggi memicu timbulnya stres. Kondisi ini muncul ketika melibatkan kondisi dimana kontrol individu terganggu oleh interaksi interpersonal. Ruangan dengan kepadatan tinggi memicu timbulnya gangguan interpersonal seperti goal blocking yang dapat memunculkan stres yang berkelanjutan Sundstrom, 1975: 9. Kesesakan dipandang sebagai stres psikologis yang terkadang disebabkan oleh kepadatan. Stres yang dialami tergantung pada situasi situasional dan variabel psikologi lain Baum, 1979: 137. Hasil penelitian Baum dan Valins 1979: 171 membuktikan bahwa kepadatan dan kesesakan erat kaitannya dengan patologi sosial dan stres. Seseorang tidak akan mengalami stres selama ia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan stressor lingkungan. Ketika adaptasinya terhadap kesesakan berhasil maka stres tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang.

2.5 Kerangka Berpikir