9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Siswa Autis
1. Pengertian siswa autis
Istilah autis pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Menurut Leo Kanner Handoyo, 2004: 12 “autis merupakan suatu jenis
gangguan perkembangan pada anak, berupa ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain atau penyendiri, gangguan bahasa, dan memiliki pola
ak tivitas yang repetatif dan stereotipik”. Joko Yuwono 2009:24 menjelaskan
“anak dengan gangguan autis biasanya kurang dapat melakukan kotak sosial, anak autis cenderung menyendiri karena bagi anak autis, orang dianggap
sebagai objek benda bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi”. Sedangkan menurut Hallahan, Kauffman, dan Pullen
2009:425: “Autism means a developmental disability affecting verbal and non verbal
communication and sicial interaction, generally evindent before age 3, that affect a child’s performanace. Other characteristics often assosiacited with
autism are engagement in repetitive active activities and stereotyped movements, resistance to evironmental change or change in daily routines,
and unusual respounses to sensory
experience” .
Autis diartikan sebagai gangguan perkembangan yang mempengaruhi
komunikasi verbal dan nonverbal dan interaksi sosial, umumnya terlihat sebelum usia 3 tahun, yang mempengaruhi kinerja anak. Karakteristik dari
anak autis adalah keterlibatan dalam kegiatan berulang dan gerakan stereotip, ketahanan terhadap kesempatan evironmental atau kesempatan dalam rutinitas
10
sehari-hari, dan respon biasa untuk pengalaman indrawi. Aqila Smart 2010:56 mendefinisikan autis
sebagai “suatu kondisi seseorang yang didapatnya sejak lahir atau balita, yang membuat dirinya tidak dapat
berhubungan sosial atau berkomunikasi secara normal dikarenakan anak autis mengalami hambatan perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial
dan fantasi”.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa autis merupakan gangguan perkembangan yang dapat
mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, perilaku dan emosionalnya yang terjadi karena pada saat dalam kandungan atau pada masa balita anak
mengalami gangguan perkembangan otak pada area bahasa, sosial dan fantasi sehingga mempengaruhi pola perilaku anak.
2. Ciri- ciri anak Autis
Anak autis mempunyai karakteristik yang komplek karena anak mengalami hambatan yang kompleks pada perilaku, komunikasi dan interaksi
sosialnya. Menurut Smith dan Tyler 2010: 413 karakteristik anak autis meliputi:
a. Impairment in Reciprocal Social Interactions
Anak autis sulit mengembangkan hubungan dengan orang tua, anggota keluarga, pengasuh maupun teman sebayanya. Sulit untuk berekpresi dan
memperlihatkan emosinya. Anak autis tidak dapat melakukan kontak mata dalam waktu yang lama. Permainan yang dilakukan anak autis cenderung
berulang dan tidak imajinatif. Pada beberapa bulan pertama, anak autis dapat