9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pernikahan
2.1.1 Pengertian Pernikahan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah satu
aktivitas individu. Aktifitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan.
Karena perkawinan merupakan suatu aktifitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan
itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila tersebut terjadi, maka keputusan itu harus dibulatkan agar terdapat
suatu kesatuan dalam tujuan tersebut Walgito, 2000. Menurut pandangan agama islam, pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah
yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal
selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan, persiapan fisik dan mental karena menikah merupakan sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang
Kurnia, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Peranan Usia dalam Pernikahan
Usia adalah salah satu hal yang memiliki peran besar dalam pernikahan, sebagaimana yang disampaikan Walgito 2000 mengenai beberapa kaitan pasangan
dalam keluarga yang terbentuk sebagai akibat dari pernikahan, yaitu : 1. Hubungan usia dengan faktor fisiologis dalam pernikahan.
Usia pernikahan yang ditentukan dalam undang-undang pernikahan tahun 1974 adalah untuk pria yang sudah berusia 19 tahun dan bagi wanitanya berusia 16
tahun. Usia ini dapat dilihat dari segi fisiologis seseorang yang pada umumnya sudah matang, yang berarti pada usia tersebut pasangan sudah dapat membuahkan
keturunan. 2. Hubungan usia dengan keadaan psikologis dalam pernikahan.
Usia memiliki kaitan dengan keadaan psikologis seseorang. Semakin bertambah usia seseorang diharapkan lebih matang aspek-aspek perkembangan
psikologisnya. Pernikahan pada usia yang masih muda akan mengundang banyak masalah karena dari sisi psikologis pasangan yang belum matang. Pasangan akan
mengalami keruntuhan dalam rumah tangga tangganya karena faktor usia yang terlalu muda sehingga dapat menimbulkan perceraian.
3. Hubungan usia dengan kematangan sosial. Khususnya sosial-ekonomi dalam pernikahan. Kematangan sosial ekonomi
pada umumnya berkaitan dengan usia individu. Semakin bertambahnya usia seseorang kemungkinan untuk kematangan dibidang sosial ekonomi juga makin
nyata.
Universitas Sumatera Utara
4. Usia yang ideal dalam pernikahan. Tidak terdapat ukuran yang pasti mengenai penentuan usia yang paling baik
dalam melangsungkan pernikahan, akan tetapi untuk menentukan umur yang ideal dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan :
a. Kematangan fisiologis dan jasmani. Keadaan jasmani yang cukup matang dan sehat diperlukan dalam melaksanakan tugas dalam pernikahan.
b. Kematangan psikologis. Terdapat banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang membutuhkan pemecahan dari segi kematangan psikologis.
c. Kematangan sosial. Kematangan sosial khususnya sosial-ekonomi diperlukan dalam pernikahan, karena hal ini merupakan penyangga dalam memutar roda
ekonomi keluarga karena pernikahan. d. Tinjauan masa depan atau jangkauan kedepan. Keluarga pada umumnya
menghendaki adanya keturunan yang dapat melanjutkan keturunan keluarga, disamping usia seseorang yang terbatas dimana pada suatu saat akan
mengalami kematian.
2.1.3 Hakikat dan Kedudukan Pernikahan