Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian .1 Statistik Deskriptif

Langkah perbaikan yang dilakukan agar distribusi data menjadi normal, salah satunya adalah dengan melakukan transformasi Logaritma Natural Ln. Adapun data setelah dilakukan tranformasi Logaritma Natural Ln dan pendeteksian outlier sebagai berikut : Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Ln

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ln_HARGASAH AM 33 1.61 10.83 7.4828 2.25142 ln_CR 33 -.07 2.38 .8943 .57815 ln_BEP 32 -4.56 -.43 -1.7184 .88374 ln_DPR 33 -1.94 -.05 -.7909 .45779 Valid N listwise 32 Universitas Sumatera Utara 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, data residual berdistribusi secara normal atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data dilakukan secara grafik dan statistik sehingga dapat diketahui secara pasti bagaimana distribusi data yang diperoleh. Data yang tidak berdistribusi secara normal dalam persamaan regresi maka akan memberikan hasil yang bias. Awalnya, data penelitian ini tidak normal sehingga perlu ditansformasi bentuk dalam logaritma natural LN. Oleh karena itu, masing-masing variabel penelitian yang digunakan telah ditransformasi bentuk dalam penulisan ditambah kata LN. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menentukan data residual berdistribusi secara normal atau tidak adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov–Smirnov K-S. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0,05 Ghozali, 2005:165. Berdasarkan tabel 4.4 dibawah, diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,173 dan signifikansi sebesar 0,126. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,126 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Uji Kolmogorov – Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 32 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 2.23532638 Most Extreme Differences Absolute .207 Positive .107 Negative -.207 Kolmogorov-Smirnov Z 1.173 Asymp. Sig. 2-tailed .128 a. Test distribution is Normal. Selain menggunakan data signifikansi pada uji Kolmogorov – Smirnov, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan analisis grafik. Analisis grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat normal probability plot dan histogram. Analisis grafik pertama yang dilakukan adalah dengan menganalisis grafik histogram. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Grafik Histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal karena grafik tidak melenceng ke kiri maupun melenceng ke kanan. Hasil komputasi dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0, menghasilkan grafik historgram seperti terlihat pada gambar 4.1 dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber: Output SPSS Uji normalitas yang ketiga juga merupakan analisis grafik dengan menggunakan grafik probability plot P-P Plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menghubungkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Grafik Normal P-P Plot di atas menunjukkan bahwa data mengikuti dan mendekati garis diagonal, secara kasat mata data dapat dikatakan normal. Universitas Sumatera Utara Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-p plot dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0, meghasilkan grafik P-P Plot pada Gambar 4.2 dibawah ini: Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Sumber: Output SPSS Pada grafik normal P-P Plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik normal probability plot dan histogram dan statistik Universitas Sumatera Utara Kolmogorov-Smirnov dapat dinyatakan bahwa asumsi normalitas dipenuhi dalam penelitian ini. 4.2.2.2 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinieritas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Adanya Multikolonieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor VIF. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Imflation Factor VIF dan nilai Tolerance, apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1 maka terjadi multikolinearitas dan apabila nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1 maka tidak terjadi multikolineraritas. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Sumber : Output SPSS Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constan t 6.864 1.480 4.640 .000 ln_CR .728 .789 .186 .923 .364 .840 1.191 ln_BEP .132 .560 .051 .235 .816 .727 1.375 ln_DPR -.216 1.041 -.044 -.207 .838 .762 1.313 a. Dependent Variable: ln_HARGASAHAM Universitas Sumatera Utara Dari data pada tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai VIF maksimum ketiga variabel independen adalah 1,375 yang berarti bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Selain itu , nilai minimum tolerance dari kelima variabel independen adalah 0,727 yang berarti bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki tolerance value lebih kecil dari 0,10. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. 4.2.2.3 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson D-W. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: 1. nilai D-W lebih kecil dari -2 berarti ada korelasi positif, 2. nilai D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. nilai D-W lebih besar dari +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.6 berikut menyajikan hasil uji Durbin-Watson dengan menggunakan program SPSS Versi 16.0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .198 a .039 -.064 2.35203 1.370 a. Predictors: Constant, ln_DPR, ln_CR, ln_BEP b. Dependent Variable: ln_HARGASAHAM Sumber : Output SPSS Dari hasil tabel di atas diketahui bahwa nilai D-W yang didapat sebesar 1,370 yang berarti nilai D-W berada diantara -2 dan +2 dan termasuk pada kriteria kedua, sehingga dari hasil uji Durbin-Watson diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi. 4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitias bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastistas. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika: 1. titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka 0, 2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas dan dibawah saja, 2. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, 3. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot Sumber : Output SPSS Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan menyebar baik diatas maupun ditengah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan demikian, model ini layak dipakai untuk memprediksi harga saham perusahaan berdasarkan masukan variabel independen CR, BEP dan DPR. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Metode Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 51 84

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 58 98

Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 36 82

Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen Dan Dividen Per Lembar Saham Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 28 91

Pengaruh Rasio Harga Laba, Rasio Pengembalian Modal, Rasio Aktivitas Dan Rasio Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 32 98

Pengaruh Rasio Hutang Dan Rasio Harga Laba Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI

1 45 125

Pengaruh rasio profitabilitas (ROA) dan rasio solvabilitas (DER) terhadap harga saham pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 9 1

Pengaruh Rasio Hutang Pada Modal Dan Rasio Harga Laba Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 4 151

Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Rasio Pembayaran Dividen dan Rasio Kemampuan Dasar Untuk Menghasilkan Laba Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 14