Identifikasi Variabel Penelitian Metode Analisis data

BAB III METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif korelasional merupakan metode penelitian non-eksperimen untuk mengidentifikasi hubungan antara beberapa variabel Howitt Craer, 2011.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah atribut, karakter, objek, kejadian, situasi yang nilainya berbeda pada tiap orang dan dapat berubah Field, 2009. Variabel menurut Suryabrata 2010 merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel bebas merupakan variabel yang dianggap menjadi penyebab suatu akibat, sedangkan variabel tergantung merupakan variabel yang dianggap akibat dari variabel bebas Field, 2009. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah: 1. Variabel bebas : a. Kolektivisme horisontal b. Kolektivisme vertikal c. Individualisme horisontal d. Individualisme vertikal 2. Variabel terikat : Toleransi social loafing

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk mengukur variabel tersebut Kerlinger, 1995. Definisi-definisi operasional variable-variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Toleransi social loafing

Sesuai dengan definisi yang peneliti ajukan sebelumnya, toleransi social loafing adalah kemampuan individu untuk menerima dan bertahan dalam kondisi dimana terdapat pengurangan usaha yang dilakukan oleh anggota ketika bekerja dalam kelompok. Hal ini dapat dioperasionalisasikan dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan skala toleransi social loafing, yang aitem-aitemnya merupakan pertanyaan-pernyataan tentang sejauh mana individu dapat menerima dan bertahan dengan perilaku social loafing yang dilakukan oleh anggota atau anggota-anggota kelompoknya. Alat ukur sebagai bentuk dari operasionalisasi variabel peneliti jelaskan selanjutnya.

2. Individualisme kolektivisme

a. Individu memiliki orientasi individualisme vertikal jika individu merasa terpisah dari orang lain, dan mengakui perbedaan antar individu. b. Individu memiliki orientasi individualisme horisontal jika individu merasa terpisah dari orang lain dan menganggap tidak ada perbedaan antar individu. c. Individu memiliki orientasi kolektivisme vertikal jika individu merasa memiliki hubungan emosional yang kuat antar individu, dan menekankan perbedaan antar individu. d. Individu memiliki orientasi kolektivisme horisontal jika individu merasa memiliki hubungan emosional yang kuat antar individu dan menganggap tidak ada perbedaan antar individu. Alat ukur individualism kolektivisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala individualisme kolektivisme yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia agar dapat lebih mudah dipahami dan sesuai dengan kondisi individu Jadi, semakin tinggi skor partisipan pada pengukuran individualisme kolektivisme ini, maka semakin tinggi derajat individualisme kolektivisme yang ia miliki. Hal ini dapat dioperasionalisasikan dengan menggunakan alat ukur individualisme-kolektivisme berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Triandis 1995, di mana pernyataan-pernyataan dalam alat ukur tersebut sudah mengungkapkan keempat dimensi yang disebutkan di atas.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari Field, 2009. Ridwan dan Kuncoro dalam Erlina, 2011 juga menyebutkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari segi objeknya, populasi dalam penelitian ini adalah derajat individualisme vertikal, individualisme horisontal, kolektivisme vertikal dan kolektivisme horisontal dengan toleransi social loafing yang melekat pada subjek penelitian. Sedangkan dari segi subjek, populasi di dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area.

2. Sampel

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka sering kali peneliti mengumpulkan data dari sebagian dari populasi yang dikenal dengan istilah sampel Field, 2009. Sampel merupakan bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik incidental sampling. Hadi 2000 mengatakan bahwa incidental sampling adalah teknik pengambilan sampel non-probability di mana tidak semua populasi diberi peluang yang sama untuk dijadikan sampel, hanya individu-individu atau kelompok-kelompok yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mendapatkan sampel penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengungkap suatu fakta mengenai variabel yang akan diteliti Azwar, 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah self report berupa kuesioner. Self-report merupakan pengumpulan data yang mengandalkan laporan dari partisipan itu sendiri mengenai symptom, perilaku, kepercayaan, sikap atau variabel lainnya Hadi, 2000. Bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa tipe pilihan dengan metode rating atau lebih dikenal dengan penskalaan model Likert. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala yakni, skala individualisme- kolektivisme dan skala toleransi social loafing yang masing-masing menggunakan penskalaan model likert.

1. Skala individualisme kolektivisme

Alat ukur individualisme-kolektivisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala individualisme kolektivisme yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia agar dapat lebih mudah dipahami dan sesuai dengan kondisi individu di Indonesia. Skala peneliti ciptakan dengan mererata aitem untuk membentuk skala individualisme kolektivisme yang merentang antara 1 sampai 4 1 = rendah – 4 = tinggi. Jadi, semakin tinggi skor partisipan pada pengukuran individualisme kolektivisme ini, maka semakin tinggi derajat individualisme kolektivisme yang ia miliki. Alat ukur ini terdiri dari 32 item. Di mana subjek diminta untuk memilih “STS” sangat tidak setuju, “TS” tidak setuju, “S” setuju, atau “SS” sangat setuju. Setiap aitem akan diberikan skor 1 = “STS”, 2 = “TS”, hin gga 4= “SS”. Jumlah aitem pada skala ini ada 32 aitem dan terbagi menjadi 4 dimensi, di mana individualisme horisontal memiliki 10 aitem. Individualisme vertikal memiliki 5 aitem. Kolektivisme horisontal memiliki 12 aitem. Kolektivisme vertikal terdiri atas 5 aitem. Tabel 1: Blue Print Skala Individualisme Kolektivisme Sebelum Uji Reliabilitas Dimensi Aitem Jumlah Individualisme Vertikal 17, 18, 19, 20, 35, 36 6 Individualisme Horisontal 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 37 13 Kolektivisme Vertikal 1, 7, 8, 9, 14, 42, 43 7 Kolektivisme Horisontal 2, 3, 4, 5, 6, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 27, 29, 38, 39, 40, 41 17 TOTAL 43

2. Skala Toleransi social loafing

Toleransi social loafing pada penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan defenisi yang dikembangkan oleh Chong pada tahun 1994. Skala ini memiliki 8 pernyataan dengan 4 poin skala likert yang akan mengarahkan responden untuk menentukan tingkat toleransi yang dimilikinya terhadap individu lain yang melakukan social loafing. Skala peneliti ciptakan dengan mererata aitem untuk membentuk skala kolektivisme vertikal yang merentang antara 1 sampai 4 1 = toleransi social loafing rendah – 4 = toleransi social loafing tinggi. Jadi, semakin tinggi skor partisipan pada pengukuran toleransi social loafing ini, maka individu akan memiliki toleransi yang tinggi terhadap perilaku social loafing. Dengan kata lain, semakin tinggi skor individu tersebut, semakin ia semakin menerima atau membiarkan perilaku social loafing yang dilakukan rekan kerjanya. Tabel 2: Blue Print Skala Toleransi Social loafing Sebelum Uji Reliabilitas

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti apakah sebuah instrumen benar-benar mengukur apa yang hendak diukur Field, 2009. Menurut Azwar 2010 validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut Azwar, 2009. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi content validity. Validitas isi adalah sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur mencermikan ciri atribut yang akan diukur Azwar, 2009. Peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis rasional atau profesional judgement Azwar, 2009. Dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Konsep reliabilitas mengacu pada apakah suatu instrumen dapat diinterpretasi secara konsisten di situasi yang berbeda-beda Field, 2009. Uji reliabilitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi Definisi Favorable Unfavorable Jumlah Toleransi Social loafing 1, 2, 4, 7, 9, 10, 11, 13, 15 3, 5, 6, 8, 12, 14 15 internal Cronbach’s alpha coeffecient dengan menggunakan metode penyajian tunggal single-trial administration yaitu menggunakan satu bentuk tes yang hanya dikenakan sekali pada satu kelompok subjek, karena hal ini dinilai sangat praktis dan memiliki efisiensi yang tinggi dibanding metode yang lainnya Azwar, 2004. Hasil uji reliabilitas pada alat ukur disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Reliabilitas alat ukur Alat ukur Koefisien alpha - Toleransi social loafing .69 Individualisme Kolektivisme - Individualisme Horisontal - Individualisme Vertikal - Kolektivisme Horisontal - Kolektivisme Vertikal .77 .70 .78 .62 Tabel 4: Blue Print Skala Individualisme Kolektivisme Setelah Uji Reliabilitas Dimensi Aitem Jumlah Individualisme Vertikal 13, 14, 15, 16, 27 5 Individualisme Horisontal 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 10 Kolektivisme Vertikal 4, 5,11, 31, 32 5 Kolektivisme Horisontal 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 28, 29, 30 12 TOTAL 32 Tabel 5: Blue Print Skala Toleransi Social loafing Setelah Uji Reliabilitas Favorable Unfavorable Jumlah Toleransi Social loafing 1, 2, 4, 7, 10, 11, 13, 15 - 8

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis data.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan peneliti melakukan studi literatur untuk mengkaji teori dan menemukan cara untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Peneliti ada menemukan alat ukur yang sudah sering dipakai pada penelitian-penelitian sebelumnya tetapi ada juga yang harus dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menyediakan 8 aitem skala toleransi social loafing, dan 32 aitem skala individualisme-kolektivisme.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan memberikan alat ukur kepada 100 mahasiswa dari 2 universitas yaitu, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Medan Area yang memenuhi karakteristik sampel. Dalam penyebaran alat ukur, peneliti langsung menjumpai partisipan penelitian dan meminta kesediaan untuk mengisi alat ukur. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan dosen pembimbing dalam proses penyebaran alat ukur.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data meliputi pengecekan data, penomoran, input skoring, dan diolah menggunakan bantuan SPSS version 20.0 for windows.

G. Uji Normalitas dan Uji Linieritas

Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji linieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi penyebaran data dalam penelitian pada tiap variabel terdistribusi secara normal Field, 2009. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian masing-masing variabel penelitian terlah terdistribusi secara normal. Hal ini perlu dilakukan karena jika populasi dari sampel yang diambil tidak normal, maka tes statistik yang bergantung pada asumsi normalitas itu menjadi cacat sehingga kesimpulannya tidak berlaku Kerlinger, 1995. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan melihat deskripsi data. Nilai skewness dan kurtosis yang tidak melebihi 1.0 menunjukkan bahwa sebaran data bersifat normal Field, 2009. Uji normalitas dalam penelitian ini mengunakan one sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 20.0 for windows.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linier antar variabel Field, 2009. Uji linieritas dilakukan dengan analisis regresi sederhana yang melibatkan setiap variabel independen satu per satu sebagai prediktor tunggal toleransi social loafing.

H. Metode Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi Regresi Berganda dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows 20.0 version, karena peneliti Ingin melihat apakah ada hubungan antara individualisme-kolektivisme dengan toleransi social loafing dan melihat dimensi yang menjadi prediktor unik yang mempengaruhi toleransi social loafing.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian, dan pembahasan yang berkaitan dengan analisa data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisa tambahan atas data yang ada.

A. Analisis Data

1. Gambaran umum partisipan penelitian

Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan Universitas Medan Area. Sampel penelitian berjumlah 100 mahasiswa 44 orang dari USU dan 56 orang dari UMA yang terdiri dari 91 perempuan dan 9 laki-laki. Sebagian besar partisipan merupakan mahasiswa baru yaitu angkatan 2012 dan 2013 yang sudah pernah bekerja dalam kelompok.

2. Uji asumsi

Untuk melakukan analisis regresi berganda, beberapa asumsi perlu dipenuhi terlebih dahulu, yaitu normalitas, linearitas dan multikolinieritas. Hasil dari pengujian normalitas menunjukkan bahwa data tidak tersebar normal dengan nilai skewness dan kurtosis yang hampir mendekati 1,00 bahkan ada yang melebihi 1,00. Sehingga dalam penelitian ini pengujian normalitas, peneliti menerapkan teknik bootstrapping Hayes Preacher, 2008, teknik ini merupakan suatu pendekatan alternatif jika peneliti ragu dapat memenuhi asumsi pada data mereka. Pengaplikasian teknik ini membuat uji normalitas menjadi tidak perlu lagi dilakukan. Untuk linearitas, sebelum melakukan