Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan pendidikan ini akan berlangsung sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Dapat di katakan bahwa dimana ada kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan, Driyarkara Dwi Siswoyo, 2007 : 32. Pendidikan itu tidak lepas dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan ini di tanamkan sejak dini mulai dari hal yang mendasar. Hal-hal yang mendasar itu di tanamkan pada saat duduk di bangku sekolah dasar. Pendidikan sekolah dasar merupakan awal untuk mengasah kemampuan dasar seperti kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan kemampuan berpikir, dimana kemampuan berpikir itu merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Menurut Peter Reason Wowo Sunaryo Kuswono,2011:05, berpikir thinking adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat remembering dan memahami comprehending. Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan berpikir thinking. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah di alami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan; sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang 2 didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan untuk memecahkan suatu masalah atau fenomena yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan manusia, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan. Pengalaman ini sangat penting agar peserta didik mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan. Dalam proses pembelajaran, keterampilan berpikir ini merupakan suatu kegiatan yang menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, karena kemampuan berpikir merupakan salah satu aspek untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memilki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya 3 ingat working memory, maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memilki daya ingat jangka panjang long term memory, maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir. Keterampilan berpikir dalam pembelajaran yang memberikan suatu aspek dalam meningkatkan keterampilan berpikir, dalam keterampilan berpikir ini keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu jenis keterampilan yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. salah satu kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis Adun Rusyna,1985: 54, berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Berpikir kritis memuat kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan yang tidak ada hubungan. Hal ini juga berarti dapat menggambarkan kesimpulan dengan sempurna dari data yang diberikan, 4 dapat menentukan ketidakkonsistenan dan kontradiksi di dalam kelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan reflektif. Fahruddin Faiz 2012:3 mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, akal sehat atau melalui media-media komunikasi. Fahrudin Faiz juga menjelaskan bahwa berpikir kritis itu setidaknya menuntut empat jenis keterampilan, yaitu: keterampilan menganalisis, keterampilan melakukan sintesis, keterampilan memahami dan memecahkan masalah, dan keterampilan menyimpulkan. Ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yaitu : sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Melalui mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep- konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Pelajaran IPS di Sekolah Dasar mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk menjadi warga negara yang baik. Menurut Chapin dan Messick Ahmad Susanto 2014:10 bahwa tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut : 1 Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang; 2 Mengembangkan keterampilan untuk 5 mencari dan mengolah informasi; 3 Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat; 4 menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial; 5 ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir dan kemampuan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan; 6 ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial. Secara umum tujuan pembelajaran IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut : 1 Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya; 2 Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; 3 Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian; 4 Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatn lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut; 5 Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya Cleaf, 1991. Rimmington 2014:70 mengemukakan bahwa dalam guru melaksanakan 6 kegiatan pembelajaran hendaknya strategi, metode yang digunakan berdasarkan suatu pemecahan masalah. Dalam hal ini proses pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat kepada kebutuhan siswa student-centered intruction. Pemberian pengetahuan dan kecakapan kepada siswa merupakan proses belajar-mengajar dimana dilakukan oleh guru disekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode tertentu demikianlah yang dimaksudkan sebagai metode pengajaran disekolah. Metode memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. hal ini sejalan dengan pendapat Wina Sanjaya 2006: 147 mengemukakan bahwa metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran sangat penting. Keberhasilan implementasi metode pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu metode pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunanan metode pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus adalah suatu kajian terhadap peristiwa, kejadian, fenomena atau situasi tertentu yang terjadi di tempat tertentu dan berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan manusia di masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang, Hasan Isriani Dewi, 2012:174. Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebuah kasus karena peristiwa itu unik serta terbatas waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut dan tidak terulang di tempat lain. Dengan metode pembelajaran studi kasus di terapkan dalam kegiatan pembelajaran berarti memberi kesempatan kepada 7 siswa untuk bekerja dengan suatu permasalahan, tidak sekedar mendengarkan dan menghafal. Selain itu, dengan melaksanakan metode studi kasus ini dapat membantu siswa agar lebih aktif dan kritis. Dalam proses belajar mengajar guru perlu merancang dan melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat menyusun pemikiran berdasarkan pengalamannya untuk menemukan cara dalam mengkaji masalah sehingga menemukan solusi yang diakui ketepatan dan kebenarannya. Untuk dapat menerapkan metode pembelajaran studi kasus ini guru perlu memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik pada setiap materi pembelajaran. Aktivitas yang akan di laksanakan siswa dalam metode studi kasus ini akan sangat membuat siswa berpikir kritis karena mengkaji suatu permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia. Hal ini menuntut siswa untuk mengkaji masalah tersebut berdasarkan pengalaman, dan untuk tahap menyimpulkan siswa harus memberikan solusi yang tepat. Penggunaan metode dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Sekolah Dasar adalah dengan menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga metode berpikir sebab dimulai dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan. Namun pada kenyataannya siswa Sekolah Dasar dalam mengerjakan suatu materi pada mata pelajaran IPS kemampuan berpikir kritisnya masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi peneliti serta wawancara 8 pada tanggal 5 februari 2015 bersama guru kelas IV SD Krapyak Wetan Sewon Bantul disekolah tersebut. Dilihat dari hasil dokumentasi peneliti mendapat data berupa nilai siswa yang berupa tugas yang membahas tentang permasalahan sosial dalam pembelajaran IPS kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang. Hasil dokumentasi dapat dilihat dari beberapa indikator yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang seperti menganalisis ; dalam menganalisis sebuah masalah siswa masih kurang memahami, selain itu menentukan kebenaran suatu masalah ; masalah yang sudah dianalisis akan dikaji kebenarannya hal ini yang membuat siswa kurang mampu menentukan kebenaran tersebut. Contohnya siswa dalam menganalisis faktor penyebab dari permasalahan tersebut, siswa mengumpulkan informasi atau data untuk menentukan kebenaran suatu permasalahan, dan menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Saat melakukan observasi dan wawancara guru menyatakan bahwa dari jumlah 24 siswa kelas IV hanya 42 yang dapat memenuhi KKM dan 58 yang belum memenuhi ketuntasan yang dilihat dari dokumentasi siswa dalam mengerjakan soal dalam mengkaji suatu masalah. Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, guru memberikan keterangan dimana dalam pelaksanaan pembelajaran yang mengkaji tentang suatu permasalahan kemampuan berpikir kritis siswa memang masih kurang optimal. Hal itu bisa terjadi disebabkan metode studi kasus ini belum diterapkan oleh guru, karena dalam proses pembelajaran metode yang umum digunakan guru 9 metode ceramah, pembelajaran yang berpusat pada guru. Selain itu pengetahuan guru mengenai ruang lingkup berpikir kritis kurang. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru tentang ruang lingkup berpikir kritis guru hanya bisa menjelaskan sebatas pengertian umumnya tidak menjelaskan pentingnya berpikir kritis tersebut. Berdasarkan hasil temuan masalah di atas, peneliti dan guru bermaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis menggunakan metode studi kasus pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Krapyak Wetan Sewon Bantul.

B. Identifikasi Masalah