UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI WAYANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAYDI KELAS VA SDN KRAPYAK WETAN.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI WAYANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE

REVIEW HORAY DI KELAS V A SDN KRAPYAK WETAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Wahyu Ciptaning Tyas NIM 13108241109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2017


(2)

ii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI WAYANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE

REVIEW HORAYDI KELAS VA SDN KRAPYAK WETAN

Oleh:

Wahyu Ciptaning Tyas NIM 13108241109

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar bahasa Jawa materi wayang dengan menggunakan model pembelajaran course review horay pada siswa kelas VA SD Negeri Krapyak Wetan Yogyakarta.Course review horay merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat menambah keaktifan siswa dalam proses pembelajaransehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis & Taggart yang dilaksanakan secara kolaboratif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VA yang berjumlah 23 siswa. Penelitian dilakukan selama 1 siklus, tiap siklus 2 kali pertemuan. Teknis pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan soal tes, lembar observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada proses pembelajaran yang tampak dari partisipasi, diskusi, belajar memecahkan masalah, penerapan dari model pembelajaran course review horay dan pencarian informasi yang dilakukan oleh siswa. Peningkatan terjadi karena guru dan siswa telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran course review horay yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan atau mendemontrasikan materi pembelajaran, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, guru memberikan lembar latihan, siswa diminta untuk diskusi, siswa dan guru mencocokkan jawaban, guru menghitung point dan guru memberikan reward. Skor rata-rata hasil belajar bahasa Jawa materi wayang ranah kognitif pada pra tindakan sebesar 70,47 meningkat sebesar 17,03 menjadi 82,86 sesudah dilaksanakan tes pada siklus I dan hasil observasi menunjukkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sebesar 44,56% meningkat 42,94% menjadi 87,5%. Pada akhir siklus menunjukkan ≥75% siswa telah mencapai KKM.

Kata kunci: Hasil Belajar Bahasa Jawa Materi Wayang, Model Pembelajaran Course Review Horay


(3)

iii

ATTEMPTS TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES STUDENTS OF PUPPET MATTER USING COURSE REVIEW HORAY LEARNING MODEL

IN THE FIFTH GRADE A SDN KRAPYAK WETAN

By:

Wahyu Ciptaning Tyas NIM 13108241109

Abstract

This research aims to improve the learning process and the learning outcomes of puppet matter using learning model of course review horay in the fifth gradeA students of SDN KrapyakWetan Yogyakarta. Course review horay is a model cooperative learning that can increase the liveliness of the students in the learning process thus to increase learning outcomes.

This was collaborative class action research. The design of the research was Kemmis and Taggart model. The techniques of collecting data were test and observation. The techniques of analyzing data were quantitative and qualitative descriptions. The subjects of the research were the fifth grade A students which were 23 students. The research was conducted in one cycle with two meetings in each cycle.

This research shows improve process of learning which can identifyng from partisipation, discussion, study to problem solving , course review horay implementation and to find information by students. Improvement happened because students and teacher have been conduted course review horay learning model such as teacher presented or demonstrated learning matter, teacher was share peer group, teacher gave exercise, students asked to discuss by teacher,students and teacher checked answer quetions, teacher counted point, and the last teacher gave reward to students.The average score of the learning outcomes of Javanese in puppet matter of the cognitive aspect in pre-test has increased 17.03 from 70.47 to 82.86 after the first cycle of the test has been conducted and the result of the observation shows that the activities of the students have increased 42.94% from 44.56%to 87.5%. The end of the cycle

shows that ≥75% of the students have reached the minimum mastery criteria

(KKM).

Keywords: The Learning Outcomes of Javaness Puppet Matter. Model Course Review Horay Learning Study.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

“ Orang-orang optimis melihat bunga mawar bukan dari durinya. Orang-orang pesimis terpaku pada durinya dan melupakan mawarnya.”

(Kahlil Gibran)

“Ngelmu iku kelakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani setya budaya pangekese dur angkara”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan dukungan. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkatrahmat serta dan karunia- Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Wayang Menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horaydi Kelas VA SDN Krapyak Wetan” dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Supartinah, M.Hum selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Ibu Supartinah, M.Hum, Bapak Suparlan, M.Pd.I, Bapak Joko Pamungkas, M.Pd selaku Ketua Penguji, Sekretaris,dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Bapak Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyuunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini

4. Bapak Dr. Haryanto selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuaan pelakssanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Wawan Wahyudiawan, S.Pd, Kepala Sekolah SD Negeri Krapyak Wetan yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksaan penelitian Tugas Akhir Skripsi.


(10)

x

6. Para guru dan staf SD Negeri Krapyak Wetan yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 16 Juni 2017 Penulis,

Wahyu Ciptaning Tyas NIM 13108241109


(11)

xi DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGEHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD ... 8

1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa ... 9

2. Kurikulum Muatan Lokal Bahasa di Sekolah Dasar ... 10

a. Ruang Lingkup Materi Bahasa Jawa di Sekolah Dasar ... 11

b. SK dan KD Mata Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar ... 11

B. Hasil Belajar ... 11

1. Hasil Belajar Bahasa Jawa di Sekolah Dasar ... 11

2. Domain Hasil Belajar ... 12

C. Model Pembelajaran ... 19

1. Fungsi Model Pembelajaran ... 20

D. Model Pembelajaran Course Review Horay ... 21

E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

1. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 24

F. Materi Pendidikan Wayang di SD ... 26

G. Kerangka Pikir ... 30

H. Hipotesis Tindakan ... 31


(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian dan Waktu ... 35

D. Desain Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 46

H. Indikator Keberhasilan ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

1. Deskripsi Hasil Awal ... 49

2. Deskripsi Tindakan Kelas... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 SK dan KD Mulok Bahasa Jawa Kelas V di DIY ... 11

Tabel 2 Hasil Perubahan Perilaku ... 13

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 44

Tabel 4 Kisi-kisi Soal Materi Wayang KTSP ... 45

Tabel 5 Kegiatan Sebelum Tindakan ... 49

Tabel 6 Nilai Ulangan Harian Materi Wayang Kelas VA ... 50

Tabel 7 Nilai Hasil Belajar Bahasa Jawa Siswa Ranah Kognitif Pra Tindakan ... 52

Tabel 8 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Kegiatan Pra Tindakan ... 53

Tabel 9 Jadwal Penelitian Siklus I ... 54

Tabel 10 Nilai Hasil Belajar Bahasa Jawa Ranah Kognitif Siklus I ... 62

Tabel 11 Perbandingan Rata-rata Nilai Bahasa Jawa Pra Tindakan dan Siklus I ... 63

Tabel 12 Perbandingan Nilai Belajar Bahasa Jawa Siswa Ranah Kognitif Pra Tindakan dan Pasca Tindakan Siklus I ... 64

Tabel 13 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I ... 65

Tabel 14 Perolehan Point Setiap Kelompok Siklus I ... 69


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1 Diagram Ulangan Harian Siswa Bulan Januari

Akhir-Februari Awal ... 3 Gambar 2 Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 35 Gambar 3 Guru Menjelaskan Materi Silsilah Wayang pada Siswa ... 57 Gambar4 Media yang digunakan untuk Menjelaskan Materi

Pembelajaran ... 57 Gambar5 Salah Satu Kelompok Menjawab Pertanyaan ... 60 Gambar 6 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Kelas VA untuk Hasil

Belajar Bahasa Jawa Ranah Kognitif ... 63 Gambar 7 Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 80

Lampiran 2 Lembar Penilaian Siklus I ... 85

Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 86

Lampiran 4 Lembar Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan I ... 88

Lampiran 5 Lembar Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan II ... 89

Lampiran 6 Soal Model Pembelajaran Course Review Horay ... 93

Lampiran 7 Kunci Model Pembelajaran Course Review Horay ... 94

Lampiran 8 Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 96

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I ... 98

Lampiran 10 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 102

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 108

Lampiran 12 Daftar Nama Siswa Kelas VA ... 118

Lampiran 13 Daftar Nilai Ulangan Harian ... 119

Lampiran 14 Dokumentasi Pembelajaran ... 121

Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ... 124

Lampiran 16 Surat Ijin dari BAPPEDA Bantul ... 125


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional menurut Siswoyo (2013:16) berakar pada kebudayaan bangsa. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat diwariskan dan dikembangkan melalui pendidikan, sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh kebudayaan yang ada dalam masyarakat.

Indonesia mempunyai bermacam-macam kebudayaan, salah satunya adalah wayang. Wayang menurut Mertosedono (1994) merupakan seni budaya bangsa Indonesia lahir dan berkembang sejak jaman raja-raja di Jawa. Dalam perkembangannya wayang sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu wayang purwa, gedhog, klithik, golek, topeng, wong dan beber.

Pertunjukan wayang memiliki kandungan nilai pendidikan sangat luas sesuai dengan pendapat Bastomi (1993:19) termasuk di dalamnya pendidikan etika atau pendidikan moral dan budi pekerti, pendidikan politik atau pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sosial dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui pada karakter yang terdapat di cerita pewayangan.Dari karakter-karakter yang dimiliki wayang serta kandungan ceritanya harus dipahami dan dijadikan tetap lestari.

Namun pada kenyataannya di era modern saat ini banyak anak yang asing dengan cerita-cerita wayang. Faktor penyebab awal anak tidak suka dengan wayang adalah cerita wayang yang dianggap kuno serta bahasa yang digunakan


(17)

2

bahasa yang tidak sering didengar oleh anak selain itu banyak media menayangkan cerita-cerita tidak layak ditonton, sehingga anak asing dengan cerita-cerita wayang serta materi wayang yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal yang diajarkan di sekolah waktunya dua jam pelajaran selama satu minggu, satu jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Apabila dikalkulasikan jumlah jam tersebut kurang karena hal yang berhubungan dengan bahasa tidak hanya materi tetapi juga praktek.

Agar anak terbiasa dengan cerita-cerita wayang maka perlu ditanamkan sejak dini yaitu pada usia SD.Usia SD yaitu sekitar 7-12 tahun, menurut Bahri dalam Elmubarok (2009:8) pada usia tersebut adalah masa matang untuk belajar . Pada masa matang, perkembangan intelektual anak sudah dapat berpikir atau mencapai antarkesan secara logis serta membuat keputusan tentang apa yang dihubungkan - hubungkannya secara logis. Untuk itulah peran orangtua dalam membentuk sikap dan intelektual anak sangat diperlukan, kemudian di sekolah, guru tentu memberikan nilai-nilai kehidupan yang baik bagi siswanya melalui sebuah pembelajaran. Guru, khususnya yang berada di Pulau Jawa (Jawa Tengah, dan Yogyakarta) dapat menggunakan kisah-kisah wayang untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan, tujuannya adalah agar siswa termotivasi, karena kisah wayang mengandung nilai-nilai moral yang harus diteladani oleh siswa.

Permasalahan lainnya ketika melakukan observasi di SD Negeri Krapyak Wetan adalah hasil ulangan bahasa Jawa memiliki rata-rata terendah dari hasil ulangan mata pelajaran lainnya. Berikut merupakan grafik ulangan siswa.


(18)

3

Gambar 1. Diagram Ulangan Harian Siswa Bulan Januari Akhir-Februari Awal 2017.

Hasil ulangan di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran bahasa Jawa mendapatkan jumlah dan rata-rata terendah dari hasil ulangan mata pelajaran lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bahwa hasil belajar bahasa Jawa perlu untuk ditingkatkan.

Saat melakukan observasi di kelas VA SDN Krapyak Wetan, beberapa siswa kebanyakan belum bisa memahami bacaan cerita wayang karena siswa masih bertanya tentang isi bacaan cerita wayang selain itu ketika menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan tokoh pewayangan siswa masih menggunakan buku pepak bahasa Jawa. Hasil belajar ulangan harian pembelajaran bahasa Jawa materi wayang , menunjukkan dari 23 siswa yang melampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75 sisanya berada dibawah KKM. KKM yang telah ditentukan yaitu 75.

1718 1784 1849 1742

1613 1730

74.69 77.56 80.39 75.73 70.13 75.21

Matematika B. Indonesia IPA IPS B.Jawa PKN Ulangan Harian Siswa Kelas V A Bulan Januari

Akhir-Februari Awal 2017 Jumlah Rata-rata


(19)

4

Sementara ketika wawancara tidak terstruktur dengan guru berinisial L pada 3 Februari 2017, guru mengatakan bahwa pada materi wayang siswa masih belum bisa membedakan tokoh pewayangan . Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa hasil belaja rsiswa kelas VA di SDN Krapyak Wetan pada materi wayang rendah .Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa kelas V A SDN Krapyak Wetan adalah model pembelajaran yang digunakan kurang bervariatif sehingga siswa bosan dan siswa tidak tertarik lagi dengan pembelajaran. Selain itu kegiatan pembelajaran di kelas dilakukan secara klasikal, yaitu guru memberikan materi pembelajaran dengan cara ceramah sementara siswa hanya mendengarkan saja atau dapat dikatakan bahwa siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu pembelajaran materi wayang bersifat pemahaman konsep, apabila siswa hanya melakukan pembelajaran secara pasif maka banyak siswa yang tidak paham dengan materi wayanng.

Oleh sebab itulah siswa memerlukan pembelajaran aktif sehingga pembelajaran tidak membosankan. Salah satu solusinya guru harus menggunakan model pembelajaran course review horay. Hal tersebut dilakukan agar siswa aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar materi wayang.

Model pembelajaran Course Reviwe Horay merupakann model pembelajaan yanng dapat menguji pengetahuan dan pemahaman konsep siswa pada materi wayang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam bentuk kuis, pertanyaan tersebut sudah dikategorikan sesuai dengan kompetensi yang dicapai. Siswa juga dapat belajar dengan pembelajaran yang menyenangkan.


(20)

5

Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan berubah ke arah yang lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diadakan penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran course review horaypada siswa kelas V A SDN Krapyak Wetan, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan terdapat masalah dalam penelitian sebagai berikut.

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi wayang.

2. Media masa yang kebanyakan menyuguhkan cerita-cerita tidak layak ditonton bagi anak.

3. Guru belum menggunakan variasi model pembelajaran sehingga menyebabkan siswa bosan ketika pembelajaran berlangsung.

4. Siswa belum dibiasakan untuk membaca cerita wayang secara mandiri.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka batasan dalam penelitian ini adalah 1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi wayang

2. Guru belum menggunakan variasi model pembelajaran sehingga menyebabkan siswa bosan ketika pembelajaran berlangsung.


(21)

6 D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat diajukan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah menggunakan model pembelajaran course review horay pada materi wayang?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa materi wayang setelah penerapan model pembelajaran course review horray ?

E.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

1. Dengan menggunakan model course reiew horay bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar materi wayang pada siswa kelas VA SDN Krapyak Wetan.

2. Setelah penerapan model course review horay melalui beberpa kali pertemuan diharapkan menjadi inovasi pembelajaran bagi guru sehingga hasil belajar dapat mencapai standar KKM yaitu ≥75.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Sekolah Dasar

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan variasi model pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Jawa materi wayang


(22)

7 b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang penelitian tindakan kelas.

c. Bagi Siswa

1) Dapat menumbuhkan minat belajar siswa.

2) Menciptakan suasana belajar yang bervariasi sehingga siswa tidak bosan. 3) Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

d. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah penggunaan modul dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Pengembang Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk menentukan usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan hasil belajar materi wayang pada mata pelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar.


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal wajib di sekolah untuk daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di provinsi DIY, muatan lokal bahasa Jawa diatur dalam Peraturan Gubernur DIY nomor 64 tahun 2013. Peraturan ini sebagai pedoman pelaksanaan muatan lokal bahasa Jawa dan bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan daerah sesuai dengan ciri khasnya masing-masing.

Darasuprapto (1994:2) mengatakan bahwa bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia yang terus senantiasa mengalami perkembangan dan hidup dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Pembelajaran bahasa Jawa tentunya sebagai media untuk melestarikan kebudayaan yang mulai dilupakan oleh masyarakatnya.

Pembelajaran menurut Aunurohman (2010:34) adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Ketika berlangsungnya pembelajaran seorang guru harus merancang dan mempertimbangkan materi pembelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan kondisi.

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem daripada lambang berupa sebarang bunyi yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan


(24)

9

perasaan. Sedangkan bahasa Jawa sendiri merupakan bahasa daerah yang digunakan dalam interaksi sehari-sehari oleh masyarakat suku Jawa ( Jawa Tengah dan DIY)

Pembelajaran bahasa Jawa menurut penjabaran di atas adalah sebuah sistem proses belajar yang telah dirancang oleh guru dengan mempertimbangkan kondisi sekitar, pada materi mata pelajaran bahasa Jawa. Mata pelajaran bahasa Jawa sesuai dengan KTSP memiliki empat aspek yaitu diantaranya aspek mendengarkan/menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Pembelajaran bahasa Jawa merupakan muatan lokal artinya merupakan pelajaran tambahan yang harus dipelajari dan pelajaran tersebut berdasarkan kebijakakan pendidikan dari setiap pemerintah provinsi. Pembelajaran bahasa Jawa di SD dimulai ketika kelas I sampai kelas VI.

1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa

Berdasarkan kurikulum muatan lokal bahasa, sastra dan budaya Jawa (2010:2) pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa secara khusus memiliki tujuan agar siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa Jawa dengan tepat, berkomunikasi secara efektif dan efisien, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa Jawa memiliki peran yang penting meski sebagai mata pelajaran muatan lokal. Adapun fungsi pembelajaran bahasa Jawa menurut Hutomo (Konggres Bahasa Jawa IV, 2006:251) yaitu

1. mengawetkan kekayaan bahasa dan kelangsungan hidup bahasa; 2. untuk mencegah terjadinya inferensi bahasa;

3. untuk pengawetan unsur kebudayaan yang terungkapkan dalam bahasa; 4. pengembangan bahasa, baik dalam perbendaharaan kata maupun dalam

struktur bahasa;


(25)

10

6. untuk kelancaran komunikasi dan keteraturan mengemukakan pikiran; 7. sebagai alat pendidikan dan pembelajaran, dan

8. untuk pengembangan unsur kebudayaan lain yang melibatkan bahasa Jawa di dalamnnya.

Muatan lokal bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai wahana untuk menyemaikan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral,spritual dan karakter. Selain fungsi, muatan lokal mempunyai tujuan yang penting pula. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY nomor 64 tahun 2013 pasal 4, dijelaskan beberapa tujuan muatan lokal bahasa Jawa di sekolah/madrasah sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa.

b. menghargai dan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana berkomunikasi, lambang kebanggaan dan identitas daerah;

c. menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial;

d. memanfaatkan dan menikmati karya sastra dann budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti dan meningkatkan pengetahuan;dan

e. menghargai bahasa dan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan pembahasan di atas, pembelajaran bahasa Jawa pada materi wayang diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual, menghargainya sebagai khazanah budayadan identitas daerah serta memanfaatkan dan menikmatinya untuk memperhalus budi pekerti melalui karya sastra yaitu cerita-cerita wayang.

2. Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY nomor 64 tahun 2013 pasal 5 disebutkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa yang diajarkan secara pragmatik, atraktif, rekreatif dan menyenangkan, serta budaya guna bagi kehidupan siswa dan


(26)

11

bersumber dari Tata Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Kurikulum muatan lokal tersebut terdiri dari dari satu standar kompetensi dan beberapa kompetensi dasar.

a. Ruang Lingkup Materi Bahasa Jawa di SD

Ruang lingkup materi dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa yang harus dipelajari siswa meliputi: (1) cerita wayang; (2) dongeng hewan; (3) tembang dolanan; (4) permainan tradisional; (5) unggah-ungguh; (6) aksara Jawa; (7) cangkriman; (8) tembanng macapat; (9) geguritan.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar Kelas V Materi Wayang

Berikut merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran bahasa Jawa kelas V materi wayang.

Tabel 1. SK dan KD Mulok Bahasa Jawa kelas V SD di DIY No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

1 8.(Mendengarkan) Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pesan langsung, cerita wayang, drama dan ungkapan teman tentang kegembiraan.

8.1 Mendengarkan cerita tokoh wayang

8.1.1 Menentukan tokoh-tokoh pewayangan dan perwatakannya 8.1.2 Menceritakan kembali

dengan bahasa sehari-hari . 8.1.3 Menyimpulkan

isi cerita B.Kajian Mengenai Hasil Belajar Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

1. Hasil Belajar Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang didapatkan dari seseorang melalui berbagai proses untuk mendapatkan perubahan kearah yang lebih. Perubahan


(27)

12

tersebut diperoleh dari usaha, interaksi dengan banyak orang dan pengalaman hidup dalam kurun waktu yang relatif lama.Eko Putro Widoyoko (2010:25) mengemukakan bahwa perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran bersifat fisik dan non fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan.Berbagai perubahan bergantung pada diri siswa sendiri.

Menurut Sudjana (2009:3) menjelaskan bahwa penilaian dari hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, perencanaan tujuan intruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang ingin dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar acuan penilaian siswa.

Mengacu pada pendapat para ahli di atas penulis mengemukakan bahwa hasil belajar Bahasa Jawa adalah perubahan perilaku yang berupa hasil utama pengajaran maupun hasil sampingan yaitu pengiring.Hasil utama bahasa Jawaadalah kemampuan hasil belajar yang direncanakan sesuai dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran bahasa Jawa.Sedangkan hasil pengiring adalah hasil yang tidak direncanakan, misalnnya anak menjadi gemar mempelajari bahasa Jawa.

2. Domain Hasil Belajar

Purwanto (2009:48) berpendapat domain hasil belajar adalah perilaku kejiwaan yang diubah dalam proses pendidikan. Perilaku itu dibagi dalam tiga


(28)

13

domain: kognitif, afektif dan psikomotor. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2.Hasil Perubahan Perilaku

Input Proses Hasil

Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotor

Proses belajar mengajar

Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotor Potensi perilaku

yang dapat diubah

Usaha mengubah perilaku

Perilaku yang telah berubah: 1. Efek pengajaran

2. Efek pengiring

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi tersebut dapat diubah melalui pendidikan berdasarkan domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bloom dalam Hasan (1991:23-27) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

MenurutGunawan danRetno P (2012:26-30), mengemukakan bahwa revisi taksonomi Bloom ranah kognitif sebagai berikut.

1. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha untuk mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).


(29)

14 2. Memahami/mengerti (understand)

Memahami atau mengerti dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membanding (comparing).

3. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan procedural (procedural knowledge), meliputi kegiatan menjalan kegiatan prosedur (executing) dan implementasi (implementing)

4. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permaasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif member atribut (attributing) dan mengorganisasikan (organizing).

5. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkankriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang digunakan biasanya adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).


(30)

15 6. Mencipta (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Mencipta meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing).

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa revisi taksonomi Bloom ranah kognitif meliputi: mengingat, memahami/mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Pendapat tersebut sejalan dengan Churches (2008:2) yang menjelaskan bahwa:

In the 1990’s, a former student of Bloom, Lorin Anderson,revised Bloom’s

Taxonomy and published this-Bloom’s Revised Taxonomi in 2001. They are arranged below increasing order, from low to high. Each of categories or taxonomic elements has a number of key verb associated with it Lower Order Thinking Skills (LOTS)

1. Remembering-Recognising, listing, describing, identifying, retrieving, naming, locating, finding;

2. Understanding-Interpreting, Summarising, inferring, paraphrasing, classifying, comparing, explaining, exemplifying;

3. Applying-Implementing, carrying out, using executing;

4. Analysing-Comparing, organising, deconstructing, attributing, outlining, finding, structuring, integrating;

5. Evaluating-Checking, hypothesising, critiquing. Experimenting, judging, testing, detecting, monitoring;

6. Creating-designing, constructing, planning, producing, inventing, devising, making.

Penilaian ranah kognitif siswa SD , jenjang penilaian yang diperoleh siswa dibagi ke dalam tiga kategori yaitu, (C1) mengingat, (C2) memahami/mengerti, dan (C3) menerapkan. Untuk kategori mengingat, siswa mengenali dan memanggil kembali pengetahuan tentang materi wayang, misalnya siswa pernah menonton pagelaran wayang atau pernah menonton serial cerita wayang di acara


(31)

16

televisi sehingga siswa dapat menyebutkan perangkat dalam pagelaran wayang, tokoh-tokoh pewayangan dan jalan cerita tersebut. Materi yang menjadi fokus utama adalah yang wayang pandhawa dan punakawan.

Untuk kategori memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas siswa mengklasifikasikan dan membandingkan tokoh wayan.Siswa dapat mengklasifikasikan siapa saja tokoh wayang Pandhawa dan Punakawan dalam cerita Mahabaratha.Selain mengklasifikasikan tokoh-tokoh, siswa dapat menbandingkan watak-watak tokoh wayang serta silsilah tokoh wayang dengan benar. Kemudian dalam kategori menerapkan siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi (hukum, dalil, aturan, gagasan, konsep) secara tepat, misalnya dalam konsep perwatakan wayang antara tokoh pandhawa, punakawan dan kurawa siswa dapat membedakan watak baik dan buruk yang dimiliki oleh wayang, kemudian menerapkan watak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ranah Afektif

Sudjana (2009:29) Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar menghargai guru dalam teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana samapi tingkat kompleks.

1. Recieving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,


(32)

17

gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan luar.

2. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup tepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari yang datang dari dirinya. 3. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4. Organization, yakni pengembangan diri nilai kedalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai yang dimilikinya. Termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain.

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semuasistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di dalamnya termasuk keseluruhan nilai karakteristiknya. c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling tinggi hanya dicapai ketika siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah.Simpason dalam Hasan (1991:27) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu sebagai berikut.

a) Persepsi yaitu dengan membedakan gejala yang ada di sekitar siswa. b) Kesiapan yaitu dengan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan.


(33)

18

c) Gerakan terbimbing yaitu dengan meniru model yang dicontohkan, misalnya guru membuat gerakan melompat ke kanan maka siswa juga mengikuti.

d) Gerakan terbimbing yaitu dengan meniru model yang dicontohkan, misalnya guru membuat gerakan melompat ke kanan maka siswa juga mengikuti.

e) Gerakan terbiasa, yaitu dengan melakukan gerakan tanpa model hingga mencapai kebiasaan, misalnya kebiasaan menulis siswa dengan tangan kiri. f) Gerakan kompleks yaitu dengan melakukan serangkaian gerakan secara

berurutan, misalnya gerakan senam irama yang diadakan di sekolah.

g) Kreativitas yaitu menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang asli.

Baik buruknya hasil belajar siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor internal yang terjadi dari dalam dirinya dan faktor eksternal dari lingkungan. Menurut Slameto (2003:54-64) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, meliputi: kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, tata cara belajar. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitar. Faktor-faktor internal maupun eksternal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pencapaian hasil belajar.Salah satu factor eksternal yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa


(34)

19

pada materi wayang Pandhwa dan Punakawan adalah dengan menggunakan model pembelajaran course review horay.Dengan menggunakan model pembelajaran course review horay dapat memudahkan siswa dalam mempelajari materi wayang. Siswa dapat belajar dengan menyenangkan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C.Model Pembelajaran

Model of teaching can be defined as an instructional design which describess the process of specifyng and producing particular environmental situations which cause the student to interact in such a way that a spesific change occurs in their behavior. ( SS Chauhan, 1979:20) dalam Wahab.

Dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah sebuah petunjuk rancangan yang didalamnya berisi mengenai proses yang telah ditetapkan dan menghasilkan fakta yang terdapat di lingkungan sekitar disebabkan oleh carainteraksi pada siswa hal tersebut terjadi dalam perubahan tingkah laku siswa. Penjelasannya yaitu model pembelajaran merupakan sebuah petunjuk yang dirancang oleh guru, di dalamnya terdapat proses mengenai tahap-tahapnya yang harus dilakukan, setelah model pembelajaran tersebut dilaksanakan, menghasilkan sebuah perubahan yang terjadi secara spesifik ditunjukkan melalui perilaku siswa.

Joyce dkk (2011:7) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh guru kepada siswanya untuk memperoleh informasi, gagasan, skill,nilai dan tujuan mengekpresikan diri mereka sendiri. Beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa seorang guru tentunya sudah mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di kelas. Karena model pembelajaran merupakan unsur terpenting dalam


(35)

20

sebuah kegiatan belajar mengajar selain itu model pembelajaran juga merupakan langkah-langkah dari kegiatan belajar mengajar yang disampaikan guru kepada siswanya, tujuannya agar siswa tertarik dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan membuat hasil belajar meningkat.

1. Fungsi Model Pembelajaran

Menurut Azis (2009:55) model pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Pedoman. Model mengajar dapat berfungsi sebagai pedoman yang dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan guru. Dengan memiliki rencana pengajaran yang bersifat komprehensif guru diharapkan dapat membantu siswa mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dengan demikian maka mengajar menjadi sesuatu yang ilmiah, terencana dan merupakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan.

b) Pengembangan kurikulum. Model mengajar dapat membantu dalam pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam pendidikan.

c) Menetapkan bahan-bahan pengajaran. Model mengajar menetapkan secara rinci betuk-bentuk bahan pengajaran yang berbeda dan digunakan guru dalam membantu perubahan yang baik dari kepribadian siswa

d) Membantu perbaikan dalam mengajar. Model mengajar dapat membantu proses mengajar-belajar dan meningkatkan keefektifan mengajar


(36)

21

Fungsi-fungsi model mengajar di atas dapat digunakan oleh guru dalam mengembangkan model-model mengajar yang dianggap sesuai dengan tujuan, bahan dan sarana pendukung dalam melaksanakan tugas-tugas mengajar guru.

D.Model Pembelajaran Course Review Horay

Model pembelajaran course review horay menurut Shoimin (2016:54) adalah salah satukegiatan belajar mengajar dengan pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran ini merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep siswa. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay dan yel-yel lainnya. Melalui pembelajaran course review horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil.Senada dengan Shoimin, Huda (229:2013) menyatakan Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan. Course review horay merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif.Siswa diminta untuk aktif berinteraksi dengan teman, selain itu siswa juga diharuskan untuk menyatakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Adapun langkah-langkah model pembelajaran course review horray menurut Huda (230:2013) sebagai berikut: a. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi pembelajaran.

c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok , yang sudah ditentukan sebelumnya.


(37)

22

d. Sebelumnya siswa dalam kelompoknya sudah dibagikan lembar jawab dan siswa menuliskan jawaban di lembar jawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.

e. Guru membaca soal secara acak.

f. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi atau membahas jawaban yang telah dijawab.

g. Bagi pertanyaan yang djawab dengan benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung berteriak hore!” atau bisa dengan yel-yel yang telah dimilik masing-masing kelompok.

h. Guru menghitung point yang telah dijawab oleh masing-masing kelompok. i. Guru memberikan reward padakelompok yang memperoleh nilai tertinggi.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut merupakan kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran course review horay.

a. Strukturnya yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya;

b. Model yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehinggasuasana tidak menegangkan;

c. Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan .

Meski demikian, model ini juga memiliki kekurangan yaitu. a. Penyamarataan nilai antar siswa


(38)

23

b. Adanya peluang untuk curang, karena dalam hal ini siswa mencocokkan jawabannya sendiri.

c. Resiko mengganggu suasana belajar kelas lain. Karena siswa yang memainkan yel-yelnya.

Model pembelajarancourse review horay, merupakan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetisi antar siswa. Kompetisi dapatdigunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar mereka bergairah belajar. Kompetisi juga menjadikan siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.

E.Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran course review horay tergolong dalam pembelajaran kooperatif karena siswa dibagi ke dalam sebuah kelompok. Sementara itu pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Asma (2006:11) adalah siswa belajar bersama , saling menyumbang pemikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar individu maupun kelompok. Pendapat lain yaitu Asma (2006:13) pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menguntungkan bagi siswa, karena siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan menjadi tutor bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah. siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.


(39)

24 1. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif menurut Asma (2006:14) setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut yaitu prinsip belajar siswa aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktive (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Pemaparan masing-masing prinsip sebagai berikut.

a. Belajar Siswa Aktif

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran danmengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. b. Belajar Kerjasama

Seluruh siswa dalam proses pembelajaran terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Diyakini pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa.

c. Pembelajaran Partisipatorik

Pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model pembelajaran ini siswa belajar dengan


(40)

25

melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.

d. Reactive Teaching

Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan siswa.

e. Pembelajaran yang Menyenangkan

Salah satu ciri pembelajaran yang banyak dianut dalam pembaharuan pembelajaran dewasa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan, begitu juga untuk model pembelajaran kooperatif menganut prinsip pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus berjalan dalam suasana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar tertekan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pembelajaran ini dapat juga disebut pembelajaran tutor sebaya, karena bekerjasama dengan teman untuk memecahkan suatu permasalahan. Guru dalam hal ini mempunyai andil besar dalam membagi kelompok, karena kelompok juga mempengaruhi motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Model Pembelajaran course review horray termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena siswa dikelompokkan dalam sebuah kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut guru memberikan tugas kelompok berkaitan dengan materi yang disampaikan, setelah siswa paham siswa


(41)

26

diberikan kuis. Ketika menjawab pertanyaan siswa diminta untuk berembuk bersama untuk menjawab pertanyaan dengan benar.

F. Materi Pendidikan Wayang di SD

Materi pendidikan wayang diajarkan di SD dari mulai kelas I sampai kelas VI. Ketika kelasI siswa dikenalkan wayang tokoh pandhawa lima, pada kelas selanjutnya siswa dikenalkan wayang punakawan. Saat siswa dikelas tinggi materi yang disuguhkan tidak hanya mengenal wayang saja, namun siswa harus dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah bacaan wayang.

Tokoh-tokoh wayang sangat beragam tergantung aliran ceritanya, pada umumnya aliran cerita dalam pewayangan terbagi menjadi dua yaitu Mahabharata dan Ramayana. Materi pendidikan wayang di SD menggunakan aliran cerita Mahabharata hal tersebut terdapat dalam silabus kurikulum KTSP. Penelitian ini difokuskan pada tokoh Pandhawadan Punakawan.

Berikut merupakan ciri-ciri tokoh wayang menuru Moertosedono (1994: 61) 1) Yudhistira

Tertua dari Pandhawa. Anak dari Dewi Kunti. Istrinya Drupadi. Dalam peperangan Bharatayudha bertempur melawan raja Salya. Wataknya tenang dan bijaksana.

2) Bhima atau Wrekudara

Anak kedua dari Dewi Kunthi. Menikah dengan Arimbi. Mempunyai badan paling besar diantara pandhawa llima lainnya. Ayah dari Gatotkaca. Wataknya bijaksana, jujur dan pemberani.


(42)

27 3) Arjuna

Anak ketiga dari Dewi Kuthi. Menikah dengan Subadra. Menurut pengertian Jawa menikah dengan Srikandi. Ayah dari Abimanyu, dengan Subadra. Dalam peperangan Baratayudha bertempur melawan Karna wataknya tenang dan halus (sopan).

4) Nakula

Anak dari Madrim dengan Pandhu. Dalam peperangan Baratayudha tidak memiliki musuh. Nakula memiliki saudara kembar yaitu Sadewa.Wataknya sederhana.

5) Sadewa

Saudara kembar Nakula, anak dari Madrim dengan Pandhu. Dalam peperangan Baratayudha tidak memiliki musuh. Wataknya sederhana. Menurut Mahabharata,ia membunuh Sangkuni.

6) Kunthi

Menikah dengan Bhatara Surya dan mempunyai anak Karna. Menikah dengan Pandhu mempunyai tiga anak yaitu Yudhistra, Bima dan Arjuna. Wataknya tenang dan sabar.

7) Bhisma

Bhisma atau Dewa Brata. Anak dari Santanu. Seorang petapa ,tidak menikah. Kakek dari Pandhawa dan Kurawa namun dalam peperangan Baratayudha membantu Kurawa. Watak sombong.


(43)

28 8) Pandhu

Ayah dari Padhawa memiliki istri Dewi Kunthi dan Dewi Madrim. Raja dari kerajaan Amarta. Kemudian meninggal karena janji yang harus dipenuhi. Sebagai penggantinya adalah Destarasta, kakak dari Pandhu yang memimpin kerajaan Amarta. Pandhu memiliki watak yang bijaksana.

9) Drona/ Durma

Drona adalah guru dari Pandhawa dan Kurawa.Memihak pada Kurawa ketika perang Baratayudha, dibunuh oleh Drethajumna. Wataknya sedih (pemurung) tukang hasut.

10) Kresna

Kresna raja dari Dharaka (Dharawati), saudara dari Sembadra. Saat peperangan Baratayudha memihak Pandhawa. Wataknya arif dan bijaksana.

Tokoh-tokoh di atas merupakan tokoh-tokoh inti dalam peperangan Mahabharata, masih banyak lagi tokoh yang terlibat dalam peperangan Mahabharata, karena kurawa memiliki jumlah seratus orang. Selain Pandhawa, Punakawan juga terdapat pada materi pembelajaran di SD. Punakawan terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Punakawan merupakan tokoh yang berperan sebagai pengasuh Pandhawa.

Berikut merupakan watak yang dimiliki oleh Punakawan menurut Yunanto di ambil dari ttp://jurnal.untad.ac.id (2014).

a) Semar

Semar dalam pewayangan menjadi rujukan para kesatria untuk meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun karakter tetap rendah hati,


(44)

29

tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesama dapat menjadi contoh karakter yang baik. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki. b) Nala Gareng

Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya.

c) Petruk

Petruk Kanthong Bolong. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Nama Kanthong Bolong menunjukkan kesabaran. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir.

d) Bagong

Bentuknya mirip semar tetapi hitam gelap sehingga disebut sebagai bayangan semar. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia. Makna mendalam dari karakter Bagong adalah tidak terlalu kagum dengan kehidupan dunia.

Amir berpendapat (1991:19) bahwa wayang tidak saja merupakan salah satu sumber pencarian nilai-nilai yang amat diperlukan bagi kelangsungan hidup bangsa, tetapi wayang merupakan salah satu wahana atau alat pendidikan watak yang baik sekali. Pertunjukkan wayang sendiri merupakan alat pendidikan watak yang menawarkan metode pendidikan yang amat menarik.


(45)

30

Dapat didefinisikan bahwa pada saat pembelajaran bahasa Jawa, materi wayang mengajarkan ajaran dan nilai-nilai tidak secara teoritis melainkan secara konkret yaitu dengan menghadirkan kehidupan tokoh-tokohnya secara konkret sebagai teladan. Wayang juga tidak mengajarkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai secara kaku atau akademis, melainkan mengajak siswa untuk berpikir dan mencari sendiri.

Dengan demikian dapat dikatakan, pendidikan watak yang dipakai saat pembelajaran materi wayang adalah secara tidak langsung terdapat metode total nonformal, total nonformal yang dimaksud adalah total yaitu nilai-nilai serta ajaran-ajaran yang diceritakan seluruhnya sudah disuguhkandalam sebuahpembelajaran. Sedangkan nonformal cerita yang disuguhkan menggunakan bahasa daerah dan juga bersifat hiburan tetapi ceritanya tetap mengandung nilai-nilai kehidupan. Materi pendidikan watak yang ada dalam wayang (berupa tokoh-tokoh dan ajaran serta nilai-nilainya) .

Untuk itulah materi pembelajaran wayang sangat penting diajarkan di SD selain memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan bangsa, materi pembelajaran wayang dapat juga membentuk karakter siswa, yaitu dengan cara memahami nilai yang terkandung dalam sebuah cerita wayang.

G.Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah merupakan salah satu cara untuk mengajarkan budi pekerti serta menanamkan jiwa yang bangga terhadap budaya lokal. Dengan belajar bahasa Jawa materi wayang, siswa diharapkan


(46)

31

memahamikisah-kisah wayang. Kisah-kisah wayang sendiri memiliki kandungan budi pekerti yang luhur dan nilai-nilai kehidupan dijadikan suatu contoh bagi siswa.

Kisah-kisah wayang di dalamnya terkandung beberapa macam pendidikan budi pekerti, seperti: persaudaraan, religiusitas, penghargaan terhadap alam, sikap pantang menyerah dan disiplin diri.

Model pembelajaran dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengemas pembelajaran agar tidak monoton dan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kesempatan kali ini, peneliti menggunakan model pembelajaran course review horay.

H.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka di atas, makadapat dirumuskan bahwa hipotesis tindakan sebagai berikut.Hasil belajar bahasa Jawa pada materi wayang dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran course review horay pada siswa kelas V A SD N Krapyak Wetan Yogyakarta.

I. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari salah satu tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitin ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional variabel sebagai berikut.

1. Hasil Belajar Bahasa Jawa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman-pengalaman belajar sebagai wujudnya berupa


(47)

32

perubahan tingkah laku baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sedangkan hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif berupa penguasaan materi setelah guru menggunakan model pembelajaran course review horay pada saat proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan penilaian kognitif.

2. Model Pembelajaran Course Review Horaymenurut Shoimin (2016:54) adalah salah satu kegiatan belajar mengajar dengan pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran ini merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep . Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay dan yel-yel lainnya.


(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ). Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni Penelitian, Tindakan , dan Kelas.

Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Sistematis dapat diartikan sebagai proses yang runtut sesuai dengan aturan tertentu. Artinya proses penelitian harus dilakukan secara bertahap dari mulai menyadari adanya masalah sampai proses pemecahannya melalui teknik analisis tertentu untuk ditarik kesimplan. Empiris mengandung arti bahwa kerja penelitian harus didasarkan pada data-data tertentu. Proses pengambilan kesimpulan didukung dan didasarkan oleh adanya temuan data dan fakta, baik berupa data primer atau sekunder. Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus didasarkan pada prosedur kerja yang jelas, sehingga orang lain dapat membuktikan hasil temuan penelitian yang diperoleh.

Tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan guru.

Kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung, ini berarti penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas yang tidak di-setting untuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi Penelitian Tindakan Kelas berlangsung dalam keadaan situasi dan kondisi yang sebenarnya tanpa direkayasa.


(49)

34

Dari penjelasan di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009:25-26).

Cara atau teknik Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola kolaboratif, yaitu inisiatif melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. Guru berperan hanya sebagai anggota tim peneliti, yang berfungsi melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh peneliti(Sanjaya 2009:59).

Penelitian akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN Krapyak Wetan yang berjumlah 23 siswa. Rata-rata siswa kelas VA SDN Krapak Wetan belum bisa mengenali wayang dan kisah pewayangan yang diketahui minim. Sedangkan objek penelitian adalah peningkatan hasil belajar materi wayang siswa kelas VA SD Negeri Krapyak Wetan.


(50)

35 C.Setting Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2017-10 Maret 2017 2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Krapyak Wetan Jalan Parangtritis Km 3.5 Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY . Kode Pos 55188.

D.Desain Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart (Arikunto, 2002:84) seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan dan observasi, serta reflesksi. Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:


(51)

36 1. Perencanaan

Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dari segi definisi yang harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus memandang ke depan (Madya,1994:19).

Rencana tindakan yang dilakukan penelitian ini merupakan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah kemudian merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Menemukan masalah yang ada di lapangan, yaitu rendahnya hasil belajarsiswa pada materi wayang kelas VA SD N Krapyak Wetan.

b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran pada setiap siklus.

c. Merencanakan instrumen sebagai pedoman observasi dalam rencana pelaksnaan pembelajaran (RPP), bahan bacaan, media berupa gambar.

Penyusunan rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi wayang. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di sekolah berdasarkan hasil pengamatan awal. Setelah peneliti dan guru mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa materi wayang, peneliti bersama guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah mengenai rendahnya hasil belajar siswa materi wayang.

Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran course review


(52)

37

horay yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil perencanaan sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian diadakan setiap ada jadwal mata pelajaran bahasa Jawa di kelas 5A SD N Krapyak Wetan.

b. Peneliti dan guru membuat skenario pembelajaran serta perangkat pembelajaran, selain itu menyiapkan instrumen penelitian mulai dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media, bahan bacaan, soal disesuaikan dengan model pembelajaran course review horay dan soal evaluasi.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan dapat juga diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan peneliti yakni guru (Sanjaya,2009:57)

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran menurut skenario yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu tindakan dipandu oleh perencanaan yang telah disusun secara rasional. Sehingga sifat skenario tindakan adalah fleksibel dan terbuka terhadapperubahan dalam pelaksanaannya. Dengan kata lain tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis serta memerlukan keputusan cepat terhadap sesuatu yang perlu diakukan. Dalam tindakan ini siklusnya tidak ditentukan, apabila hasil belajar belum tercapai maka siklus dalam penelitian tetap dilanjutkan. Dalam tahap tindakan setiap siklusnya terdapat tiga kegiatan yaitu (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir, dan dijelaskan sebagai berikut.


(53)

38 a. Kegiatan Awal

1) Siswa dikelompokkan, setiap kelompok memiliki 4 atau 5 anggota. Setelah itu guru maupun peneliti menyampaikan materi sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD).

2) Guru menyampaikan materi dengan menggunakan media gambar. Guru menjelaskan materi wayang, sejelas- jelasnya. Setiap kelompok diwajibkan untuk bertanya, selain itu guru membuat kisi-kisi berupa pertanyaan untuk persiapan melakukan model pembelajaran course review horay.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa secara kelompok diminta untuk maju ke depan menyebutkan deskripsi Pandhawa sesuai dengan bacaan yang telah dibacakan oleh guru.

2) Siswa dan guru membahas bersama tentang deskripsi yang telah disebutkan. 3) Guru melakukan model pembelajaran course review horay.

4) Guru memberikan instruksi model pembelajaran course review horay pada siswa.

5) Guru memberikan pertanyaan pada siswa.

6) Setiap anggota kelompok harus menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Menjawab pertanyaannya dijawab di lembar jawab yang sudah diberikan oleh guru.

7) Setelah semua pertanyaan dijawab, guru kemudian membahas jawaban yang telah dijawab oleh siswa. Setiap siswa diminta untuk menjelaskan jawabannya, apabila jawaban itu benar maka kelompok tersebut meneriakkan yel-yel yang dibuat sebelumnya.


(54)

39

8) Perhitungan Point. Point dihitung berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Semakin banyak jawaban yang benar, point yang diperoleh akan semakin tinggi.

9) Pemberian reward. Rewarddiberikan pada kelompok yang memiliki point paling tinggi.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. 2) Guru memberikan soal evaluasi.

3) Guru memberikan pesan moral, terkait dengan materi yang telah disampaikan. 4) Guru menutup pelajaran.

3. Observasi a. Pengertian

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengamat untuk mengumpulkan informasi tentang tindakan yang dilakukan peneliti termasuk pengaruh yang ditimbulkan oleh perlakuan guru atau teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Sanjaya,2009:86).

b. Jenis-jenis Observasi

Dilihat dari persiapan maupun cara pelaksanaannya observasi bisa bersifat sistematis atau insidental. Dalam observasi yang sistematis, sebelum pelaksanaannya dipersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan baik mengenai


(55)

40

aspek-aspek yang diamati, waktu observasi, maupun alat yang digunakan. Obsevasi insidental dilakukan kapan saja tanpa perencanaan yang sistematis.

Dilihat dari hubungan observer dan obsevant dapat dibedakan antara observasi partisipatif dan observasi nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan apabila observer ikut sert dalam kegiatan atau situasi oleh observant

Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan observer dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dalam observasi ini observer murni bertindak sebagai pengamat.

Sedangkan dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati. Kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel yang akan diamati.

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2011:205).

Observasi terhadap proses tindakan yang berorientasi pada masa yang akan datang, dalam hal ini adalah kegiatan selanjutnya, dalam hal ini adalah kegiatan selanjutnya, serta digunakan sebagai dasar untuk kegiatan refleksi yang lebih kritis.


(56)

41

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan. Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa, baik sebelum, saat , maupun sesudah implementasi tindakan dalam pembelajaran di kelas. Pengamatan ini mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran course review horay pada materi wayang. 4. Refleksi

Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2009:19)

Kegiatan penting refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi. Data yang telah tekumpul dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi (diberi makna) sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interpretasi (pemaknaan) hasil observasi ini menjadi dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan. Aspek penting dalam kegiatan refleksi yaitu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan dan terjadi peningkatan dalam profesionalisasi jabatan guru (Kasbola, 1998/1999:100-101).

Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang bisanya dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat


(57)

42

berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.

Apabila pada tindakan pertama hasil dari pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perubahan rencana tindakan pada siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya. Dalam upaya memperbaiki tindakan pada siklus yang berikutnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil observasi, baik proses maupun produk.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah tes dan observasi (pengamatan).

1. Tes

Tes merupakan pengumpul informasi. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran course review horaypada pembelajaran bahasa Jawa yang dilakukan pada akhir siklus.

2. Observasi atau Pengamatan

Pengamatan menurut Arikunto (2010:18) adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil atau dampak yang muncul dari pengaruh dikenakan tindakan pada siswa. Melalui observasi ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk memperkuat hasil observasi,


(58)

43

digunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan digunakan untuk melihat secara langsung bagaimana proses pembelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan lembar observasi, tes dan catatan lapangan.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan obervasi atau pengamatan guna memperoleh data yang dinginkan. Lembar observasi ini berbentuk checklist dengan pilihan “ya” dan “tidak” untuk menandai terjadi tidaknya kegiatan yang direncanakan dalam RPP.

Berikut ini adalah tabel keaktifan siswamenurut Sudjana (2009:60-61) yang diukur pada waktu mengikuti kegiatan pembelajaran meliputi:


(59)

44

Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi keaktifan siswa No No

Absen Siswa

Aspek yang diamati Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Ya Tidak Ya Tidak

1 Turut serta dalam

melaksanakan tugas belajar .

2 Terlibat dalam pemecahan masalah.

3 Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4 Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5 Melaksanakan diskusi

kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6 Menilai kemampuan

dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7 Melatih diri dalam

memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8 Kesempatan menggunakan

atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya 2. Tes

Tes digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh data hasil belajar. Tes diberikan pada akhir pertemuan yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran course review horay. Tes ini dikerjakan oleh siswa secara individu.


(60)

45

Adapun kisi-kisi soal yang diberikan pada pertemuan akhir siklus adalah sebagai berikut.

Tabel 4.Kisi-kisi Soal Materi Wayang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Keterangan.

C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Aplikasi 3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumen tersebut berupa foto yang memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa. Foto berfungsi untuk merekam kegiatan penting di dalam kelas dan menggambarkan aktivitas siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Indikator Isi Soal Siklus I

8.1.1Menentuk an tokoh-tokoh pewayangan dan perwatakannya 8.1.2 Menceritakan kembali

dengan bahasa sehari- hari 8.1.3Menyimp ulkan isi cerita

tokoh-tokoh , watak, senjata, nilai-nilai yang terkandung serta menceritakan kembali cerita pewayangan Punakawan, Pandhawa 5 Butir Soal Pilihan Ganda

Isian Singkat Essay C

1

C2 C 3

C1 C2 C3 C1 C2 C3 4, 6, 7, 8, 9 1,2 ,3, 5, 10 1,2 3,4


(61)

46 G. Teknik Analisis Data

Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya, 2009:106)

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang berbentuk deskriptif kualitatif yaitu untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru.Menurut Arikunto (2006:131) bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis datadimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Adapun analisis data yang akan digunakan yaitu data tes hasil belajar ranah kognitif dan analisis data observasi, penjelasannya menurut Arikunto(2006:131) akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Analisis data hasil belajar ranah kognitif

Hasil tes dideskripsikan dalam bentuk konkrit, berdasarkan skor minimal, dan skor maksimal sehingga diperoleh rata-rata. Simpulan dari analisis data diambil berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh sebelumnya. Analisis tes dilakukan dengan menganalisis hasil tes evaluasi siswa.

Dalam penelitian ini, analisis data untuk hasil belajar kognitif yang digunakan sebagai berikut.

a. Rumusan yang digunakan peneliti untuk menghitung presentase siswa yang Tuntas adalah sebagai berikut.


(62)

47 P =�

%

Keterangan:

P: Angka Presentase

F: Frekuensi yang sedang dicari presentasinya (dalam hal ini adalah jumlah siswa yang mencapai nilai KKM)

N: Jumlah frekuensi atau banyaknya individu dalam subjek penelitian (dalam hal ini adalah jumlah siswa kelas V A SD Negeri Krapyak Wetan) b. Rata-rata nilai kelas yang dihitung menggunakan rumus rerata.

Mean =∑�� Keterangan: Mean: Rata-rata

∑ : Epsilon (Jumlah dari nilai-nilai yang ada) Xi : Nilai x ke i sampai n

n :Jumlah individu

c. Perhitungan presentase kenaikan hasil belajar kognitif siswa Presentasi kenaikan = � �� � �� � − � �� �� � �)

� �� �� � �

%

Data ini digunakan peneliti untuk menganalisa data yang telah diperoleh peneliti baikdengan menggunakan analisis hasil tes dan analisis lembar observasi pada tabel 3. Pengamat memberikan cek list (√ ) pada salah satu kolom kategori pada lembar observasi.


(63)

48 H. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakanini ditandai dengan adanya perubahan kearah perbaikan, baik terkait dengan suasana belajar dan pembelajaran. Sebagai indikator keberhasilan pada penelitian ini, dikatakan berhasil menurut Sudjana (2009:62) jika 75% siswa kelas V A SD N Krapyak Wetan memperoleh nilai ≥ KKM pada pembelajaran bahasa Jawa materi wayang. KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.


(64)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Awal

Penelitian diawali dengan mewawancarai guru kelas VA SD Negeri Krapyak Wetan. Selain wawancara dengan guru, kegiatan pengamatan juga dilakukan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa dan guru saat pembelajaran bahasa Jawa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Jawa . Seperti yang telah diungkapkan di latar belakang. Hasil pengamatan dan wawancara menjadi acuan perencanaan tindakan.

Tabel 5. Kegiatan Sebelum Tindakan

No Waktu Kegitan

1 Jumat, 3 Februari 2017

a. Melakukan observasi kegiatan pembelajaran bahasa Jawa di kelas VA SD Negeri Krapyak Wetan.

b. Meminta dokumen ulangan harian.

c. Menjelaskan rencana penelitian menggunakan model pembelajaran course review horay.

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru kelas V A mengungkapkan bahwa dari ulangan harian materi wayang nilai yang didapat tergolong rendah dan kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan materi wayang sulit dipahami dan bahasa Jawa yang digunakan jarang didengar oleh siswa dalam kegiatan sehari-hari.


(65)

50

Berdasarkan hasil dokumentasi nilai awal dan wawancara kepada guru kelas VA tentang hasil belajar siswa, mengatakan bahwa sebagian besar nilai siswa belum memenuhi KKM. Dari data hasil belajar kognitif siswa yaitu hasil ulangan harian materi wayangdapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 6.Nilai Ulangan Harian Materi Wayang Kelas VA

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1 AAH 58 Belum Tuntas

2 ANM 92 Tuntas

3 AID 70 Belum Tuntas

4 ANN 44 Belum Tuntas

5 APL 90 Tuntas

6 BA 72 BelumTuntas

7 DNT 81 Tuntas

8 DAM 72 BelumTuntas

9 DSM 70 Belum Tuntas

10 IB 44 Belum Tuntas

11 KPW 67 Belum Tuntas

12 MH 61 Belum Tuntas

13 MLC 55 Belum Tuntas

14 MZS 75 Tuntas

15 NOM 68 Belum Tuntas

16 NLF 64 Belum Tuntas

17 PTK 78 Tuntas

18 RAP 84 Tuntas

19 RAPP 67 Belum Tuntas

20 SWF 75 Tuntas

21 SFR 84 Tuntas

22 TAM 78 Tuntas

23 VMP 64 Belum Tuntas

Jumlah 1613

Nilai Rata-rata 70,13

Nilai Tertinggi 92

Nilai Terendah 44

Persentase Ketuntasan 39,13%

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Nilai rata-rata siswa yaitu 70,13. Selain itu masih banyak siswa yang


(66)

51

belum memenuhi KKM untuk pembelajaran bahasa Jawa dengan KKM ≥75. Dari 23 siswa hanya 9 siswa yang tuntas KKM, sedangkan 14siswa belum memenuhi KKM. Presentase ketuntasan belajar nilai bahasa Jawa kelas VA SD Negeri Krapyak Wetan 39,13%. Nilai tertinggi adalah 92 dan nilai paling rendah 44.

Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pada kegiatan awal guru membuka dengan salam dan berdoa. Setelah itu guru memeriksa kehadiran siswa dan menyiapkan pelajaran yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media maupun model pembelajaran. Dalam menyampaikan materi guru lebih banyak duduk, sehingga siswa kurang memperhatikan dan suasana kelas menjadi ramai atau tidak kondusif. Untuk mengetahui hasil belajar, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang ada di LKS dan buku paket Basa Jawa. Guru bersama siswa mencocokkan hasil belajar bersama. Pada kegiatan penutup guru memberikan PR untuk membaca, selanjutnya guru menutup pelajaran dengan berdoa serta salam penutup. Dari hasil pengamatan tersebut, guru belum menggunakan model dan media yang bervariasi dalam pembelajaran sehingga terkesan membosankan dan membuat siswa kurang aktif.

Pada hari Rabu, 28 Februari 2017 diperoleh hasil belajar bahasa Jawa siswa ranah kognitif dari guru. Data ini diperoleh dari hasil latihan soal dengan KD 8.1 yang diberikan guru di akhir pembelajaran sebelum dilakukan penelitian. Soal tersebut terdiri dari 10 pilihan ganda, 5 isian singkat 2 soal essay. Tes ini diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi sebelum diadakan tindakan pada penelitian. Pada saat mengerjakan soal tersebut banyak siswa yang


(67)

52

kurang percaya diri dengan meminta guru untuk melihat pepak bahasa Jawa, buku LKS, buku paket, bertanya teman dan ada jawaban yang diganti-ganti pada lembar jawaban dibuktikan dengan banyaknya coretan dan tanda tipex. Berikut adalah hasil belajar bahasa Jawa siswa ranah kognitif pratindakan.

Tabel 7. Nilai Hasil Belajar Bahasa Jawa Siswa Ranah Kognitif Pra Tindakan

No

Absen Nama Siswa Pratindakan Keterangan

1 AAH 50 Belum Tuntas

2 ANM 90 Tuntas

3 AID 83 Tuntas

4 ANN 53 Belum Tuntas

5 APL 90 Tuntas

6 BA 66 Belum Tuntas

7 DNT 80 Tuntas

8 DAM 66 Belum Tuntas

9 DSM 90 Tuntas

10 IB 53 Belum Tuntas

11 KPW 66 Belum Tuntas

12 MH 40 Belum Tuntas

13 MLC 60 Belum Tuntas

14 MZS 73 Belum Tuntas

15 NOM 93 Tuntas

16 NFP 70 Belum Tuntas

17 PTK 76 Tuntas

18 RAP 63 Belum Tuntas

19 RAPP 76 Tuntas

20 SWF 80 Tuntas

21 SFR 63 Belum Tuntas

22 TAH 80 Tuntas

23 VM 60 Belum Tuntas

Rata-Rata 70,47

Nilai Tertinggi 93

Nilai Terendah 40

Sesuai dengan tabel di atas, terdapat 10 yang “Tuntas”, sedangkan 13siswa yang “Belum Tuntas atau belum mencapai KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh


(1)

121

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

1. Guru menjelaskan materi wayang. 2. Guru membagi kelompok dibantu peneliti.

3. Siswa bersama kelompok. 4. Siswa mendengarkan cerita wayang

5. Siswa mencatat cerita yang disampaikan guru

6. Siswa mengerjakan soal course review horay


(2)

122

7. Siswa berdiskusi menjawab kuis 8. Siswa menjawab soal kuis

9. Siswa memainkan yel-yel 10.Guru menghitung point yang didapat siswa


(3)

123

LAMPIRAN 4


(4)

(5)

(6)