Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Terhadap Asertivitas Remaja Panti

commit to user 79 dengan orang lain dan mendapatkan apa yang diinginkan karena tidak dapat dikendalikan oleh orang lain.

C. Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Terhadap Asertivitas Remaja Panti

Asuhan Remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Seiring dengan pergantian status anak menjadi dewasa, remaja banyak menemui permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh remaja pada umumnya terkait dengan hubungan interpersonalnya karena tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam lingkungannya karena hal ini merupakan pondasi supaya remaja dapat hidup bermasyarakat Havighrust dalam Panuju Umami, 1999. Remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan untuk dapat berhasil dalam tugas perkembangannya, terutama dukungan dari keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan remaja. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak setiap remaja dilindungi dalam satu keutuhan keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan psikologis dan fisik yang diperlukan dalam masa perkembangan menjadi dewasa. Misalnya, remaja yang tidak mempunyai keluarga yang utuh atau dihadapkan pada kenyataan yang pahit bahwa remaja harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim tidak mempunyai ayah, piatu tidak mempunyai ibu bahkan yatim piatu tidak mempunyai ayah dan ibu. Kondisi tersebut bisa menjadi salah commit to user 80 satu hal yang menyebabkan seorang remaja berada di lembaga yang bernama panti asuhan. Panti asuhan diartikan sebagai rumah, tempat atau kediaman yang digunakan untuk memelihara atau mengasuh anak yatim, piatu dan yatim piatu Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Panti asuhan menjadi tempat untuk membangun karakter atau keperibadian remaja yang tinggal di dalamnya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan di panti asuhan. Penelitian pertama menyebutkan bahwa 95,2 remaja panti asuhan Islam di Yogyakarta mengalami kesulitan dalam menunjukkan kompetensi interpersonal Lukman, 2000 lalu hasil penelitian selanjutnya yang menyebutkan bahwa 76 anak-anak panti asuhan di Jawa Timur cenderung kurang mampu untuk berhubungan dengan orang lain Hartini, 2001, dan sebanyak 75 anak panti asuhan di Kudus memiliki tingkat asertivitas yang kurang Masriah, 2006. Dilihat dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain yaitu dalam kompetensi interpersonalnya, termasuk dalam asertivitas. Kompetensi interpersonal memiliki lima aspek yaitu inisiatif, keterbukaan, asertivitas, dukungan emosional, dan kemampuan mengatasi konflik Buhrmester dkk, 1988. Salah satu aspek dari kompetensi interpersonal yang menjadi fokus penelitian kali ini adalah asertivitas. Asertivitas adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan baik perasaan positif maupun negatif, secara terbuka, langsung dan jujur Holland Ward, 1990. Perilaku asertif dapat memberi manfaat besar sebagai alat pengembangan diri. Seseorang dengan asertivitas yang tinggi akan memiliki commit to user 81 kesadaran diri, kepercayaan diri dan harga diri yang lebih besar, dan keterampilan komunikasi yang efektif. Seseorang yang asertif akan memiliki rasa hormat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Menurut Rich dan Schroeder dalam Rakos, 1991, asertivitas merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari dan bukan bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, perilaku asertif dapat ditingkatkan melalui serangkaian latihan. Salah satu latihan untuk meningkatkan perilaku asertif dan merupakan inti dari latihan ini adalah dengan melalui latihan berpikir positif Bishop, 2007. Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau karakter seseorang Sakina, 2009. Hal ini juga berarti bahwa seseorang yang berpikiran positif dapat menjadi pribadi yang lebih matang, lebih berani menghadapi tantangan dan dapat melakukan hal-hal yang hebat. Pikiran positif tidak akan membuat seseorang berhenti karena keterbatasan atau kelemahan, namun pikiran positif justru membuat seseorang akan mencari kekuatan yang ada dalam dirinya hari demi hari. Berpikir positif menunjukkan bagaimana mengubah pendekatan seseorang untuk hidup sehingga orang tersebut bisa merasa baik tentang diri sendiri, menciptakan hubungan yang bermanfaat, dan berhasil dalam melakukannya Quilliam, 2008. Di sini, pelatihan berpikir positif ditujukan untuk meningkatkan perilaku asertif remaja panti asuhan. Melalui pelatihan berpikir positif ini diharapkan agar remaja panti asuhan dapat mengelola pemikiran dan pandangannya ke arah yang positif sehingga lebih mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya karena pikiran ikut menentukan commit to user 82 sikap yang akan diambil dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Pelatihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas model kognitif. Pelatihan berpikir positif dalam penelitian ini dikembangkan dari model pendekatan kognitif rasional-emotif TRE-Model yang telah dikembangkan oleh Albert Ellis Corey, 1988. Teknik kognitif Ellis menekankan pada model kognitif ABC Antecedents, Behavior , dan Consequency . A Antecedents adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C Consequency adalah konsekuensi atas reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A peristiwa yang mengaktifkan bukan penyebab timbulnya C konsekuensi emosional. Tetapi B Behavior yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C yakni reaksi emosional. Selanjutnya, dalam pelatihan berpikir positif ini akan diberikan langkah-langkah efektif dalam berpikir positif menurut Quilliam 2008 seperti menantang pikiran yang dimiliki, mengubah gambaran cara berpikir yang dimiliki, menggunakan bahasa yang konstruktif, memikirkan kembali kepercayaan yang dimiliki, membangun harga diri, dan mempertahankan perilaku positif yang dimiliki. Langkah efektif berpikir positif yang dikembangkan oleh Quilliam 2008 ini sesuai dengan konsep berpikir positif Model ABC Ellis yang berupaya mengubah pikiran negatif yang dimiliki menjadi pikiran yang positif karena akibat yang dirasakan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh pemikiran yang dimilikinya. Selain itu jika dibandingkan dengan langkah efektif berpikir positif menurut Elfiky 2009 dan Asmani 2009, langkah efektif berpikir positif yang commit to user 83 dikembangkan oleh Quilliam 2008 lebih bersifat lengkap atau menyeluruh dan sistematis tetapi tetap sederhana sehingga mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan langkah efektif berpikir positif yang dikembangkan oleh Elfiky 2009 dan Asmani 2009 lebih memfokuskan pada penyelesaian masalah yang dihadapi dalam kehidupan seperti setiap permasalahan pasti ada solusinya, mengambil sisi baik dari permasalahan, belajar dari masa lalu, dan sebagainya sehingga kurang sistematis jika akan digunakan dalam sebuah rancangan pelatihan berpikir positif. Pelatihan ini ditujukan untuk membantu remaja panti asuhan dalam mengenali pola pikirnya dan memahaminya, mengubah pola pikir yang negatif menjadi pola pikir yang positif melalui serangkaian pelatihan, dan menggunakan pola pikir positif yang terbentuk itu dalam menghadapi masalah kehidupan yang akan datang. Pelatihan berpikir positif ini diharapkan mampu membuat remaja panti asuhan lebih berani dalam mengekspresikan pikiran, perasaan dan pendapatnya sehingga dapat meningkatkan perilaku asertif remaja panti asuhan. Dengan menanamkan pikiran positif dalam diri remaja panti asuhan bahwa dirinya mampu untuk bersikap asertif melalui tindakan-tindakan nyata dalam kehidupannya seperti mampu untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan perasaannya, mampu menolak permintaan yang tidak sesuai dengan dirinya, dan mampu memulai, melanjutkan, dan mengakhiri percakapan dengan orang lain yang baru dikenalnya, maka remaja panti asuhan akan menyadari bahwa dirinya memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan remaja lain yang masih mempunyai keluarga utuh. Pikiran yang positif ini akan membuat remaja panti commit to user 84 asuhan memiliki pandangan yang aktif tentang kehidupan yang merupakan salah satu aspek perilaku asertif menurut Fensterheim Baer 1980, lebih terbuka dan mampu mengungkapkan pikiran, pendapat dan perasaannya sehingga mampu bersikap asertif dalam berkomunikasi dengan orang lain dan mendapatkan apa yang diinginkan karena tidak dapat dikendalikan oleh orang lain.

D. Kerangka Berpikir